Liputan6.com, Jakarta - Teror ular kobra menghantui permukiman warga di sejumlah daerah. Salah satunya, penemuan puluhan ekor anak kobra di Perumahan Royal Citayam Residence, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Belum lama ini, giliran warga di Perumahan Anggrek 2 Grand Depok City, Kecamatan Cilodong, Depok dikejutkan dengan penemuan seekor induk kobra sepanjang sekitar 2 meter yang bersembunyi di saluran pembuangan air pendingin ruangan AC.
Advertisement
Teror pun berlanjut ke Kelurahan Nagrikidul, Purwakarta. Warga di Kampungbaru RT 49/RW 05 menemukan 13 anakan kobra yang baru menetas. Oleh petugas, belasan anak kobra tersebut berhasil dievakuasi.
"Ularnya berjumlah 13. Ular-ular itu diduga muncul akibat pergantian cuaca," kata Kepala Tim Reaksi Cepat Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Purwakarta, Wahyu Wibisono, Kamis, 12 Desember 2019.
Melihat banyaknya, temuan ular kobra di sejumlah permukiman warga dalam sepekan terakhir, fenomena apa yang sebenarnya tengah terjadi?
Peneliti herpetologi (ilmu tentang binatang reptil dan amfibi) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy menjawab fenomena tersebut.
Menurutnya, kerap ditemukan di permukiman warga lantaran habitat aslinya yang dulunya berupa persawahan, kini mulai terkikis dengan banyaknya lahan yang dibuka untuk membangun hunian baru. Seperti cluster misalnya.
"Ingat yah, ketika spesies itu bisa survive di lingkungan seperti itu, jenis-jenis lain akan hilang," ungkap Amir dalam program Dear Netizen Liputan6.com, Jumat (13/12/2019).
Amir pun mengungkap kenapa populasi ular kobra semakin meningkat. Hal tersebut lebih disebabkan jumlah predator yang semakin sedikit.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kurangnya Kesadaran Akan Kebersihan Lingkungan
Tingkat kesadaran masyarakat yang kurang peduli akan kebersihan lingkungan juga menjadi salah satu pemicu mengapa ular banyak ditemukan akhir-akhir ini di permukiman warga.
"Di dalam rumah, ada baiknya tidak ada tumpukan barang atau rongsokan. Begitu pun di luar rumah. Tumpukan material seperti genting, ranting tak dibiarkan berserakan, terlebih sampah sisa makanan," tambah Amir.
Melihat kondisi lingkungan yang kotor, lanjut Amir dapat menarik sebagian besar hama, seperti tikus datang ke dalam rumah. Oleh karena itu, membersihkan setiap sudut rumah secara teratur juga menjadi salah satu cara agar ular tak bersarang di dalamnya.
"Segera sampah sisa makanan dibuang pada hari itu juga. Ular lapar cari tikus," ucap peneliti LIPI ini.
Menjawab fenomena bahwa ular takut dengan garam, Amir menyatakan hal tersebut itu tidak efektif. Menurutnya ular lebih sensitif dengan bau yang menyengat daripada garam.
"Bau pembersih lantai, bau kapur barus, bau bensin, minyak tanah, dan bensin. Nggak sika dia (ular). Untuk itu rajin-rajin rumah di pel pembersin menyengat," pungkas Amir.
Advertisement