Liputan6.com, Jakarta Kandungan bisa ular kobra yang mematikan memang membuat bulu kudu merinding. Gigitan ular kobra tak segera ditangani maka korban dapat kehilangan nyawa.
Herpetologis Sara Viernum, yang tinggal di Madison, Wisconsin menjelaskan, bahaya kandungan bisa ular kobra.
Baca Juga
Advertisement
"Gigitan ular kobra dapat berakibat fatal, terutama jika tidak diobati. Seperti ular karang, kobra memiliki racun neurotoksik (racun yang serang sel saraf) yang kuat, yang bekerja pada sistem saraf," kata Viernum, dikutip dari Live Science, Jumat (14/12/2019).
“Racun neurotoksik menimbulkan masalah penglihatan, kesulitan menelan dan berbicara, kelemahan otot, kesulitan bernapas, gagal pernapasan, muntah, serta sakit perut.
Menurut peneliti University of Michigan, Amerika Serikat, korban dapat berhenti bernapas hanya 30 menit setelah digigit ular kobra. Korban gigitan ular dapat terselamatkan bila diberikan anti venom (anti bisa ular). Anti bisa ular tersedia di rumah sakit, khususnya di kota-kota besar.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Racun yang Sebabkan Kematian Sel
Ular kobra juga punya racun sitotoksik (senyawa atau zat yang merusak sel normal) yang menyerang jaringan tubuh.
Ini menimbulkan rasa sakit yang parah, pembengkakan, dan kemungkinan nekrosis (kematian sel dan jaringan). Bahkan kondisi penggumpalan darah (antikoagulasi) terjadi.
American Museum of Natural History mencatat, ular kobra memiliki kemampuan untuk menembak bisa dari taring mereka langsung ke mata korban dengan akurasi tepat.
"Tentunya, ini mengerikan. Racun kobra pada mata mengakibatkan kebutaan jika tidak segera dibersihkan dengan baik," Viernum menambahkan.
Advertisement
Protein Unik King Kobra
Ular kobra, dalam hal ini King Kobra adalah spesies ular berbisa terpanjang di dunia. National Geographic menyebut, meskipun ada ular lain dengan racun yang lebih kuat, jumlah neurotoksin yang dapat dikeluarkan King Kobra dalam satu gigitan sudah cukup untuk membunuh 20 orang atau satu gajah.
Melansir World Atlas, racun neurotoksin King Kobra memblokir neurotransmitter kimia yang terhubung pada jaringan otot dan mengendalikan kontraksi. Dari Analisis kimia racun King Kobra, ada protein baru yang dikenal sebagai ohanin.
Protein ini terbilang unik yang dimiliki King Kobra. Paparan toksin dalam jumlah kecil yang diuji coba pada tikus menimbulkan efek neurologis yang mencakup hiperalgesia dan hiperlokasi.
Hyperalgesia mengacu pada peningkatan kepekaan terhadap rasa sakit, sedangkan hiperlokasi yang menghambat aktivitas tindakan dan fisik.