Dukung Toleransi, Uni Emirat Arab Tambah Gereja dan Sinagoge

Dukung toleransi, Uni Emirat Arab akan tambah gereja untuk umat kristen dan sinagoga bagi penganut yahudi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Des 2019, 11:21 WIB
Burung flamingo terbang bermigrasi melewati gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab (28/1). Meski terdiri dari gedung-gedung mewah, pemerintah Dubai tetap menjaga habitat burung flamingo. (AP Photo / Kamran Jebreili)

Liputan6.com, Dubai - Uni Emirat Arab (UEA) makin fokus untuk menggencarkan toleransi di kalangan masyarakatnya. Fasilitas tempat ibadah tiga agama samawi, Islam, Krisitiani, dan Yahudi, akan diakomodasi lewat pembangunan proyek Abrahamic Family House.

Dilaporkan VOA Indonesia, Minggu (15/12/2019), kompleks itu tidak hanya digunakan sebagai tempat beribadah namun juga berbagai kegiatan yang menekankan pada dialog antar agama.

Prakarsa membangun Abrahamic Family House ini lahir saat kunjungan Paus Fransiskus Februari lalu ke Uni Emirat Arab. Beberapa bulan kemudian, tepatnya bulan September, bersama Imam Besar al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb, ia membuat deklarasi bersama yang mendorong persaudaraan antar umat manusia. Salah satu wujud deklarasi itu adalah membuat kompleks rumah ibadah Abrahamic Family House.

Kompleks yang luar biasa luas itu akan berdiri di pulau Saadiyat. Karena ukurannya yang raksasa dan desainnya yang fenomenal, kelak kompleks itu menjadi atraksi tersendiri bagi Abu Dhabi.

Direncanakan tuntas dibangun pada 2022, kompleks itu dirancang oleh arsitek kelas dunia Sir David Adjaye. Adjaye yang kelahiran Tanzania dikenal publik AS sebagai orang yang mendesain Museum Nasional Sejarah dan Budaya Masyarakat Amerika Keturunan Afrika yang baru selesai dibangun di Washington DC. 

Komisi Tinggi Persaudaraan Manusia membantah kalau kompleks itu kelak hanya akan menjadi atraksi turis atau museum. Menurut komisi itu, kompleks itu akan menjadi tempat ibadah rakyat Uni Emirat Arab yang sangat beragam. Sebagaimana diketahui, negara itu menjadi pusat destinasi bagi jutaan pekerja asing, dan agama mereka sangat beragam.

Komisi itu mencatat, Muslim merupakan kelompok terbesar di negara itu, namun ada ratusan ribu warga Kristiani - umumnya Katolik - dan lebih dari 3000 orang Yahudi. Rencana besar Uni Emirat Arab ini dilahirkan bersamaan dengan pengakuan bahwa tahun 2019 sebagai tahun toleransi beragama.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Sambutan Dunia Internasional

Paus Fransiskus berpidato di Nagasaki, Jepang pada Minggu (24/11/2019). (Source: AP/ Eugene Hoshiko)

Banyak orang menyambut rencana pendirian kompleks ibadah ini, termasuk Chris Wadelton dari Gereja Katolik St Phillip Neri di Maryland.

“Saya kira dalam lingkungan kita hidup sekarang ini, di mana kekerasan semakin menjadi-jadi, terutama kekerasan terkait agama, di berbagai penjuru dunia seperti di Srilanka Selandia Baru, Timur Tengah, gagasan ini sungguh menyegarkan. Kerukunan antar agama penting untuk menjaga keharmonisan dunia, kata Wadelton. 

Namun tak sedikit yang menentang, Paus Fransiskus mendapat kritikan tajam dari penganut Katolik tradisionalis. Mereka menuduhnya mendukung sinkretisme atau menyatukan berbagai agama dan kepercayaan.

Namun delegasi Vatikan yang mengiringi kunjungan Paus ke Uni Emirat Arab membantahnya. Ia mengatakan, setiap agama memegang identitasnya masing-masing di kompleks itu.

Dalam pidatonya usai menandantangani deklarasi bersama, Paus menekankan pentingnya kerukunan beragama.

“Persaudaraan antara manusia dari semua bangsa dan kebudayaan, persaudaraan antara orang-orang yang punya perbedaan pendapat namun bisa menghormati dan mendengar pandangan orang lain, dan juga persaudaraan antara orang-orang yang berlainan agama, sangatlah penting. Perbedaan yang ada antara kita bukanlah sesuatu yang mencegah kita melakukan kebaikan ataupun sesuatu yang membahayakan, tapi sumber kekayaan," kata Paus.


Masjid Agung Sheikh Zayed

Raline Shah selama di Masjid Agung Sheikh Zayed Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. (Instagram @ralineshah)

Terlepas dari pro dan kontra, Uni Emirat Arab merupakan negara yang saat ini memiliki berbagai kemegahan yang merupakan hasil hasil karya manusia. Satu di antaranya adalah Masjid Agung Sheikh Zayed. Bangunan warna putih ini memiliki 82 kubah dengan empat menara yang menjulang setinggi 100 meter.

Masjid Agung ini dapat menampung sebanyak 41 ribu jamaah, dan hanya dipergunakan saat hari besar keagamaan Idul fitri, Idul Adha, dan salat Jumat.

Masjid yang terletak di Abu Dhabi ini menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Saat berkunjung ke masjid ini, pengunjung diharuskan memakai pakaian tertutup dan sopan. Pihak pengelola pun menyediakan baju gamis khas Arab, yaitu Abaya untuk perempuan, sementara laki-laki tidak diperkenankan menggunakan celana pendek.

Saking banyaknya pengunjung, tak heran ketika masuk ke dalam masjid, pengunjung harus melewati keamanan berlapis. Yang menarik, usai melewati pintu keamanan, pengunjung akan disuguhkan sebuah mal sebelum menyeberang ke dalam masjid. 

Bangunan utama masjid ini dilapisi oleh karpet yang dibuat oleh ratusan seniman wanita selama dua tahun. Ini menjadi karpet terbesar di dunia. Pola yang ada di dalam karpet pun mempunyai arti tersendiri, yakni agar para jamaah dapat membuat garis lurus ketika mereka akan melakukan salat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya