Liputan6.com, Jakarta - 17 Desember ditetapkan sebagai Hari Internasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Pekerja Seks. Hari internasional ini tak lepas dari upaya pekerja seks di Lyon, Prancis melawan polisi yang cenderung melecehkan dan menangkap.
Melansir dari pkbi-diy.info, sebelumnya pada 2 Juni 1975 sekitar 100 pekerja seks di Lyon, Prancis, melawan karena menganggap polisi cenderung lebih sering melakukan pelecehan dan penangkapan ketimbang memecahkan masalah yang dialami pekerja seks.
Pada 17 Desember yang ditetapkan sebagai hari berakhirnya kekerasan pada pekerja seks (the Day To End Violence Against Sex Workers).
Jika membicarakan tentang prostitusi dan penanganannya, Indonesia menjadi contoh. Salah satunya seperti yang dilakukan pada lokasi prostitusi besar Gang Dolly Surabaya.
Baca Juga
Advertisement
Gang Dolly disebut-sebut sebagai tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara. Besarnya Gang Dolly juga kabarnya mengalahkan Patpong di Bangkok Thailand dan Geylang di Singapura.
Ketika Tri Rismaharini menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Gang Dolly digadang-gadang akan ditutup. Hal ini memicu kontroversi dan kemarahan penduduk terutama mucikari dan PSK karena Gang Dolly adalah sumber nafkah mereka. Sebelumnya, tidak ada pemerintahan yang menindaklanjuti dengan tegas terkait penutupan tempat prostitusi ini.
Namun, Risma mempunyai tekad kuat untuk menutup Gang Dolly ini. Melansir dari buku “Kisah, Perjuangan, & Inspirasi Tri Rismaharini” karya Ervina Pritasari, bagi Risma, Gang Dolly adalah salah satu tempat yang membuat citra Surabaya kurang baik.
Akhirnya, setelah mendapat penolakan dari berbagai pihak, mendapat ancaman hingga terror, Risma tetap kukuh dengan pendiriannya, yaitu membubarkan Gang Dolly. Gang Dolly resmi ditutup pada Rabu 18 Juni 2014.
Lama berlalu meninggalkan jejak terdahulu, prostitusi di Gang Dolly mulai berganti dengan kawasan wisata dan tempat produksi.
Warga diedukasi untuk mengubah gaya hidup dan mata pencahariannya. Warga dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan ditiadakannya prostitusi. Salah satu hasil produksi dari Gang Dolly ini adalah batik dan berbagai camilan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kebun Anggrek di Gang Dolly
Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya membeli wisma terbesar di kawasan prostitusi Gang Dolly, Barbara. Lalu, Pemkot Surabaya pun menyulapnya dengan menjadikan wisma ini sebagai Laboratorium Kultur Jaringan.
Wisma Barbara diubah menjadi taman anggrek. Terdapat tujuh jenis anggrek yang ada di tempat ini, di antaranya adalah anggrek bulan, anggrek dendrobium, anggrek kantong semar, anggrek cattleya, anggrek jawa, anggrek hitam, dan anggrek vanda.
"Di sini, ada sekitar lima ribuan anggrek, sekitar empat ribu yang sudah berbunga dan sisa seribu yang belum berbunga," kata Penjaga Rumah Hijau Saiful Ulum sambil mengecek bunga anggrek, demikian mengutip Antara, Jumat, 22 November 2019.
Pengembangan dan budidaya anggrek dilakukan di laboratorium ini. Selain itu, di Lab ini terdapat ruang bahan kimia, ruang pembuatan media, ruang inkubator atau tabur, dan ruang inkubasi.
Advertisement
Wali Kota Risma Ingin Masyarakat Sejahtera
Dengan adanya taman anggrek ini, Risma mengharapkan warga setempat dapat membudidayakan dan menjual anggrek kepada pengunjung yang datang.
"Kami akan berdayakan warga sekitar. Mereka harus mandiri secara ekonomi dengan kami gandeng untuk budidaya anggrek. Biar warga nantinya yang jualan anggrek-anggrek ini," katanya.
Risma juga berharap taman anggrek ini akan menjadi daya tarik wisata yang diminati oleh pengunjung. Ia juga optimis dengan adanya taman anggrek ini akan menopang ekonomi warga sekitar.
Risma juga membeberkan alasan mengapa memilih budidaya anggrek ini, menurutnya Pemerintah Kota memilih tanaman anggrek untuk budi daya karena telah dilakukan uji coba penanaman anggrek di tengah kota dan bisa tumbuh dengan baik.
"Kalau dahulu perekonomian kampung berasal dari prostitusi, tapi sekarang penghasilannya didapatkan dari wisata taman anggrek yang halal," katanya.
(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)