Pemanjat Tebing Tewas Terjatuh di Gunung Parang, Ini Penjelasan Pengelola

Kasubbid Oras Bid Yanmas Baintelkam Polri, AKBP Andi Nurwandi meninggal dunia setelah terjatuh dari Tebing Gunung Parang Purwakarta.

oleh Abramena diperbarui 16 Des 2019, 14:00 WIB
Seorang pemanjat tebing sedang berusaha menuju puncak Gunung Parang Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta. (Liputan6.com/ Abramena)

Liputan6.com, Purwakarta - Kasubbid Oras Bid Yanmas Baintelkam Polri, AKBP Andi Nurwandi meninggal dunia setelah terjatuh dari Tebing Gunung Parang Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Sabtu (14/12/2019) lalu.

Wawan Lukman Hidayat, Operator Pendakian Gunung Parang wilayah Cihuni menjelaskan, korban terjatuh saat turun di ketinggian 70 meter.

"Iya, setelah memanjat dari ketinggian 300 meter," katanya kepada Liputan6.com, Senin (16/12/2019).

Dari hasil olah tempat kejadian perkara, yang dilakukan Kepolisian Resor Purwakarta dengan menghadirkan saksi termasuk ahli panjat tebing, Minggu (15/12/2019), kemungkinan besar Wawan jatuh di medan mendatar.

"Pada saat kejadian besar kemungkinan karabiner tidak terpasang dengan benar, kan perpindahan tangga ke tangga bergantian posisinya. Nah analisa di lokasi sesuai saksi mata melihat kejadian, kondisi besi masih utuh," katanya.

Lebih lanjut menurut Wawan, posisi karabiner terpasang saat korban jatuh maka kondisi sling dan besi akan ikut terlepas. Sehingga kemungkinan juga disebabkan karena ada human error.

"Ya kalau melihat dari SOP mungkin tidak dijalankan, karena melihat dari cantolan. Kalaupun tidak dikaitkan dan turun sesuai aturan itu masih aman. Nah dikhawatirkan juga karena setelah melewati trek landai lalu ada kepercayaan diri yang lebih sehingga tidak terpasang sehingga saat turun lagi si karabiner tidak tercantol," ungkap Wawan.

Kemungkinan lain menurut Wawan, korban terjatuh bisa juga karena terpeleset, mengingat tidak ada saksi mata secara jelas saat detik-detik kejadian.

"Cuaca pada saat kejadian usia diguyur hujan, korban turun setelah sebelumnya hujan lumayan besar turun di Gunung Parang, jadi bisa juga karena sedikit banyaknya faktor cuaca mempengaruhi," ujar Wawan.

Kemungkinan tersebut kemungkinan bisa terjadi, kata Wawan, pasalnya saat korban dievakuasi usai mengalami kecelakaan keberadaan harnes masih berada di tubuhnya.

"Kondisi harness dan tali masih baik dan baru, jadi kalau si karabiner tercantol korban tidak akan jatuh, pasti tertahan. Apalagi posisi tali itu ada dua yaitu untuk back up. Jadi saat pergantian melangkah itu digunakan satu persatu dan tidak boleh dilepas sekaligus," imbuh Wawan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:


Bantahan Pihak Pengelola

Wawan membantah jika ada pemberitaan peristiwa tersebut disebabkan tali sling putus. Mengingat sling yang bermasalah justru ada di titik lebih atas bukan di titik korban terjatuh.

"Seling putus itu ada di titik 15 meter di atasnya, itu karena ada aliran air sehingga berkarat. Terus kalau kejadiannya di titik itu maka relatif aman karena berada di area landai," papar Wawan.

Korban sendiri menghembuskan napas terakhir saat perjalanan menuju rumah sakit dan telah dimakamkan di pemakaman umum di sekitar tempat tinggal keluarganya di Sukatani, Purwakarta.

Panjat tebing via ferata Gunung Parang Purwakarta memang dikenal sebagai panjat dinding tertinggi di Indonesia dan ke dua di Asia. Dibuka secara resmi pada 2015, destinasi wisata menantang ini dikelola lima operator yang terdapat di masing-masing pos. Selain panjat tebing juga terdapat hotel gantung di atasnya.

Data dari Pos Cihuni, sampai dengan saat ini, untuk setiap pos lebih dari 20 ribu pemanjat, yang berkunjung baik lokal maupun mancanegara.

"Nah berdasar pada pengalaman kita selama ini, jangankan yang terjatuh terpeleset pun allhamdulillah belum pernah," kata Wawan menambahkan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya