Impor Indonesia pada November 2019 Capai USD 15 Miliar, Terbanyak dari China

Negara paling banyak mengimpor ke Indonesia masih ditempati oleh China senilai USD 226,9 juta.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Des 2019, 14:05 WIB
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada November 2019 sebesar USD 15,34 miliar. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 3,94 Persen dibanding Oktober 2019.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, negara paling banyak mengimpor ke Indonesia masih ditempati oleh China senilai USD 226,9 juta. Adapun komoditas yang paling banyak diimpor dari China adalah mesin dan peralatan mekanis, besi dan baja serta buah-buahan.

"Berdasarkan dari asal negara, China masih yang paling besar. Komoditas yang diimpor yaitu mesin dan peralatan mekanik dan buah-buahan," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin (16/12/2019).

Adapun rincian komoditas tersebut antara lain, mesin dan peralatan mekanis sebesar USD 4,1 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik sebesar USD 1 miliar, besi dan baja sebesar USD 908 miliar, plastik dan barang dari plastik sebesar USD 159 juta. Sementara buah-buahan sebesar USD 134 juta.

Selain China, terdapat juga impor dari Australia sebesar USD 174,8 juta, kemudian Taiwan sebesar USD 78,2 juta. Kemudian Brasil sebesar 65,1 juta serta Swiss sebesar USD 44,9 juta.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penurunan

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Sementara itu, terdapat juga penurunan impor dari lima negara lain. Pertama dari Jepang mengalami penurunan sebesar USD 207,4 juta, Thailand turun sebesar USD 91,3 juta, Korea Selatan mengalami penurunan sebesar USD 63,9 juta.

Kemudian Argentina turun sebesar USD 41 juta dan Afrika Selatan turun sebesar USD 31,8 juta.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya