Kecanduan Pinjaman Online, Orang-Orang Ini Berutang Sampai Rp 400 Juta

Sayangnya, kemudahan ini malah menjadi celah bagi orang-orang yang konsumtif untuk mendapatkan uang cepat buat membiayai hobi dan kebutuhan tersier mereka.

oleh Athika Rahma diperbarui 17 Des 2019, 20:00 WIB
Ilustrasi Stres karena terjerat utang | foto : istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Kemudahan pinjaman online memang membuat banyak orang tergiur mendapatkan uang besar dalam waktu yang singkat. Tak butuh urus dokumen yang merepotkan, cukup dengan isi data diri dan dokumen pribadi seperti KTP, maka sejumlah uang segera cair ke dalam rekening pribadi.

Sayangnya, kemudahan ini malah menjadi celah bagi orang-orang yang konsumtif untuk mendapatkan uang cepat buat membiayai hobi dan kebutuhan tersier mereka.

Seperti yang dialami seorang insinyur telekomunikasi bernama Peng Jieze. Dirinya yang hobi gonta-ganti smartphone dan sepatu mahal membuatnya meminjam ke platform pinjaman online di internet.

Mengutip laman The Strait Times, Selasa (17/12/2019), awalnya dia hanya meminjam 300 yuan atau USD 58 (Rp 812 ribu, asumsi kurs Rp 14.025). Lalu, dia jadi kecanduan meminjam ke 20 fintech berbeda.

Alhasil, utangnnya langsung menumpuk hingga 100 ribu yuan atau Rp 201 juta. "Hampir seluruh penghasilan saya saya gunakan untuk melunasi utang," ujarnya. "Ini adalah jurang maut."


Utang Buat Belanja Sampai Rp 400 Juta

Buat yang suka belanja di online shop, hati-hati dengan modus penipuan baru yang meminta cashback. (Ilustrasi: Pexels.com)

Tak cuma itu, kejadian lainnya yang dialami wanita asal Shangdong Timur juga berkaitan dengan jebakan kemudahan pinjaman online. Dirinya kini berutang hingga 200 ribu yuan atau Rp 400 juta.

Ternyata, duit yang dipinjam hanya digunakan untuk kesenangan semata, yaitu berbelanja. Si wanita merasa stress hingga berencana bunuh diri.

Lalu, ada pula pria asal Provinsi Zhejiang yang berutang hingga 130 ribu yuan atau Rp 262 juta. Beruntung, orang tuanya mampu membayar utangnya yang menggunung.

Namun kini dirinya mendapat kredit buruk dari lembaga keuangan dan itu membuatnya trauma setengah mati.

"Orang tua saya bersedia membantu namun hanya kali ini saja. Jika terjadi kembali, mereka tidak akan peduli apakah saya akan hidup atau mati. Mendapatkan uang dengan mudah bisa dengan mudah pula membuatmu kesal," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya