Liputan6.com, Jambi - Gugusan Bukit Barisan di wilayah barat Jambi dikenal dengan jajaran pegunungannya yang mempesona. Selain Gunung Kerinci, gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia, Jambi juga memiliki Gunung Masurai yang masih tersembunyi.
Berada di Kabupaten Merangin, Jambi, jalur Gunung Masurai belum banyak terjamah. Gunung Masurai berkategori gunung yang sudah tidak aktif lagi, atau sleeping mountain.
Meski tak sepopuler Kerinci, dengan ketinggian 2.935 meter di atas permukaan laut (mdpl), Gunung Masurai dikenal sebagai surganya pendaki. Jalur yang belum banyak dikenal adalah tantangan tersendiri untuk para pemacu adrenalin di pegunungan.
Baca Juga
Advertisement
Pendakian Masurai dapat ditempuh dengan perjalanan dari Jambi menuju Kota Bangko, ibu kota Kabupaten Merangin dengan menggunakan jalur darat dengan waktu sekitar enam jam. Setibanya di Bangko perjalanan dilanjutkan menuju ke Desa Sungai Lalang, Kecamatan Lembah Masurai.
Desa Sungai Lalang adalah desa yang terdekat dari jalur pendakian Gunung Masurai. Saat ini pendakian hanya bisa dilalui lewat satu jalur resmi di desa tersebut.
Dari desa ini pendaki harus menuju ke pintu rimba jalur pendakian di ketinggian 1.618 mdpl. Untuk sampai pintu rimba diperlukan waktu sekitar satu jam dengan trek melewati hamparan perkebunan penduduk.
Hawa dingin mengiringi setiap langkah pendaki dalam perjalanan di jalur Masurai. Dua gunung yang berada tidak jauh dari Masurai menemani sepanjang perjalanan, yakni Gunung Sumbing, 2.469 mdpl dan Gunung Hulunilo 2.507 mdpl.
Simak video pilihan berikut ini:
Mitos Emas di Puncak Gunung dan Pemburu Harta Karun
"Rekomendasinya untuk mendaki Masurai lewat jalur dari Sungai Lalang, di desa ini juga sudah ada tempat penginapan dan pos jaga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)," kata Riski Putra warga Desa Sungai Lalang kepada Liputan6.com, belum lama ini.
Tiba di pintu rimba, perjalanan dilanjutkan dengan melewati vegetasi hutan lebat dan trek menanjak menuju puncak. Butuh waktu sekitar 10 jam untuk sampai puncak utama Masurai di ketinggian 2.935 mdpl.
Meski berstatus gunung tidak aktif pendaki tak perlu khawatir dengan hewan yang biasa ditemui di vegetasi rimba pegunungan, pacet. Nyaris tak pernah ditemukan ada pacet di jalur ini.
Di balik keindahannya, Gunung Masurai menyimpan cerita rakyat yang populer di kalangan warga setempat dan pendaki. Nama gunung tersebut konon diambil dari mitos bahwa di puncak gunung terdapat emas yang terurai.
Lantaran mitos itu lah, beberapa orang, mengejar peruntungan. Tak aneh jika kini banyak ditemukan sisa lubang bekas pemburu harta karun.
"Namanya Masurai itu, katanya ada emas terurai, ya namanya memang cocok. Tapi itu hanya mitos atau legenda yang berkembang sejak dulu," dia mengungkapkan.
Gunung Masurai yang secara administrasi berada di empat kecamatan di Kabupaten Merangin, Jambi ini merupakan sisa gunung api kompleks yang sangat luas dan besar. Setengah kaldera tersisa berada di bagian timur.
Advertisement
Danau Kumbang, Mabuk dan Tanjakan Syaiton
Di balik gagahnya Gunung Masurai yang tegak di hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), terdapat pesona keindahan dua danau yang menjadi daya tarik bagi para pendaki. Adalah Danau Kumbang 2.430 mdpl dan Danau Mabuk yang berada di ketinggian 2.533 mdpl.
Posisi kedua danau ini terletak berdampingan, tetapi dibatasi bukit. Keindahannya bakal sulit dilupakan.
Untuk mengakses pinggiran danau ini, pendaki harus melewati jalur yang sangat terjal, curam dan licin. Saking terjal dan berbahayanya, tanjakan ini disebut sebagai tanjakan Syaiton.
Danau Kumbang di Gunung Masurai, menjadi tujuan populer dan sering dikunjungi oleh pendaki untuk mengisi persediaan air. Dari jalur pendakian jaraknya cukup dekat atau hanya sekitar 30 menit perjalanan.
Danau Kumbang merupakan danau kaldera yang memiliki luas 23,55 hektare. Danau ini menjadi tujuan utama pendaki untuk mendirikan tenda selain di puncak Masurai.
Keindahan Danau Kumbang ini dibuktikan dengan airnya yang jernih dan suasana tenang. Keheningan bertambah lantaran danau ini dikelilingi hutan lebat.
Selain itu, ada pula Danau Mabuk. Namun keberadaan danau ini masih sulit ditempuh dan tertutup hutan belantara. Kondisi ini membuat danau yang sebenarnya tak kalah mempesona itu jarang dikunjungi pendaki.