Liputan6.com, Surabaya - Penggunaan Financial Technology (fintech) di era Revolusi Industri 4.0 kini semakin gencar tak terbendung hampir di semua kalangan masyarakat.
Dekan Fakultas Bisnis dan Manajemen Teknologi Institut Teknologi Surabaya, Udisubakti Ciptomulyono, memaparkan, saat ini mahasiswa, khususnya yang memiliki minat bisnis, penting untuk mengenal fintech lebih dalam. Baik itu perkembangan, prospek, hingga tantangan ke depan.
Dosen yang kerap disapa Udi ini menuturkan, hal tersebut penting agar kesempatan berwirausaha bagi mahasiswa dapat lebih besar dan siap bersaing di level nasional.
Udi melanjutkan, fintech ialah inovasi dari bidang jasa keuangan yang sedang tren di Indonesia. Fintech memberikan pengaruh kepada masyarakat secara luas dengan memberikan akses terhadap produk keuangan, sehingga transaksi menjadi lebih praktis dan efektif.
“Fintech sendiri dikategorikan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi jembatan antara investor dan pencari modal, pembanding berbagai produk keuangan, perencana keuangan digital, serta sebagai dompet elektronik,” papar dosen Manajemen Teknik ini.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Boedi Armanto selaku pembicara FGD ini mengatakan, gencarnya penggunaan fintech akan memberikan ragam manfaat. Di antaranya ialah proses bisnis lebih akurat, jangkauan bisnis lebih luas, durasi penyampaian informasi lebih cepat dan efisien.
"Tidak hanya itu, hadirnya Fintech juga mampu mendorong ekonomi masyarakat hingga memperluas akses modal bagi para wirausahawan,” ungkap Boedi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
RI Punya Modal Besar Dukung Fintech
Staf Ahli Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini melanjutkan, Indonesia sudah memiliki modal sangat besar untuk mendukung perkembangan fintech.
Menurut Boedi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejumlah 45 juta orang Indonesia telah dikategorikan sebagai konsumen aktif dan akan menikmati bonus demografi 2030.
Boedi menambahkan, pengguna internet sudah mencapai 150 juta jiwa atau tumbuh 13 persen setiap tahun. Dengan rata-rata dari pengguna internet menghabiskan waktu 8,5 jam lebih untuk mengakses internet. "Hal ini tentu akan menjadi modal besar bagi wirausahawan manapun, dan peluang besar bagi penyedia jasa Fintech,” ujar dia.
Jika melihat situasi saat ini, Boedi berkata masih terdapat 70 persen dari 50 juta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia tidak memiliki akses pembiayaan ke bank. Di era teknologi ini, Boedi berpendapat teknologi harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
"Oleh karena itu pemerintah harus mendorong UMKM untuk menjadi digital, sehingga mendapatkan akses pembiayaan,” kata dia.
Boedi menuturkan, saat ini terdapat 144 perusahaan Fintech yang resmi terdaftar di OJK. Pada Oktober 2019 terdapat peningkatan lebih dari 100 persen dalam aktivitas pinjam-meminjam melalui Fintech.
"Perkembangan aktivitasnya (Fintech, red) saat ini sangat pesat, jika wirausahawan khususnya dari generasi muda tidak mengikuti perkembangan ini, maka akan tertinggal dan lebih sulit bersaing,” tutur Boedi.
Di ITS, salah satu dosen Manajemen Bisnis Arman Hakim Nasution sepakat jika mahasiswa harus mulai memperhatikan fintech lebih dalam lagi. Tidak hanya sebagai pengguna, Arman berharap agar mahasiswa dapat mengembangkan fintech sendiri. Dengan mengembangkan fintech yang telah ada dan memberi inovasi sesuai kondisi sekitar.
“Jika konsumen atau pengguna dapat lebih mudah dipertemukan dengan kebutuhan mereka, maka Fintech rancangan mahasiswa akan memiliki nilai lebih dibanding yang lain,” harap Kepala Subdirektorat Kerjasama dan Kealumnian ITS ini yakin.
Advertisement