3 Sindiran Komisioner KPK untuk Jokowi Jelang Akhir Masa Jabatan

Jelang akhir masa jabatan, para pimpinan KPK sempat memberikan sindiran untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Des 2019, 18:31 WIB
Tiga pimpinan KPK, Laode M Syarif, Saut Situmorang dan Agus Rahardjo (ki-ka) bersiap mengajukan judicial review UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK di Gedung MK, Jakarta, Rabu (20/11/2019). Mereka bersama Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi bakal jadi pemohon. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Masa jabatan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK periode 2015-2019 tinggal menghitung hari. Kepemimpinan Agus Rahardjo Cs akan berakhir pada 20 Desember 2019.

Nantinya, mereka akan digantikan oleh Komjen Firli Bahuri dkk yang terpilih menjadi komisioner KPK periode 2019-2023.

Jelang akhir masa jabatan, para pimpinan KPK sempat memberikan sindiran untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Misalnya saja Saut Situmorang.

Kala itu, Saut mengajak Presiden Jokowi agar bisa mengobrol dengan para penyidik KPK. Hal itu dilakukan agar orang nomor satu di Indonesia itu mengetahui kinerja lembaga antirasuah.

Berikut sindiran-sindiran komisioner KPK jelang masa akhir kepemimpinannya:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Saut Ajak Jokowi Berbincang

Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang saat menyampaikan keterangan terkait pengembangan kasus korupsi e-KTP di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (13/8/2019). KPK menetapkan empat tersangka baru sehingga hingga kini telah memproses 14 orang yang terlibat dalam kasus tersebut. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Masa kepemimpinan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang akan segera berakhir. Saut pun sempat meminta kepada Presiden Jokowi agar mengunjungi kantor antirasuah dan meminta agar berbincang bersama para penyidik.

"Main-mainlah ke KPK, ada benih yang sudah tumbuh di KPK, ngobrol lah dengan penyidik, terus dengan tim pencegahan yang sudah keliling Indonesia," kata Saut, Minggu, 15 Desember 2019.

Menurutnya, jika Jokowi berbincang bersama penyidik KPK, Jokowi akan melihat kinerja lembaga antirasuah.

"Itu kan nanti dia bisa lihat, oh ternyata sudah lakukan banyak ya, ya udah nanti saya tambahin pegawai lagi deh,Itu saran saya kepada Presiden," jelas Saut.

 


Kekecewaan Saut

Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang usai menyampaikan keterangan terkait pengembangan kasus korupsi e-KTP di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (13/8/2019). KPK menetapkan empat tersangka baru sehingga hingga kini telah memproses 14 orang yang terlibat dalam kasus tersebut. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Saut juga sempat menyindir Presiden Jokowi karena tak hadir saat pembukaan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2019 yang diselenggarakan di Gedung Penunjang KPK pada Senin, 9 Desember 2019.

Padahal, Saut ingin memeluk Jokowi jelang akhir masa jabatannya.

"Kita tunggu datang, eh malah ke SMK," ungkap Saut sambil tertawa.

Pada perayaan Hakordia 2019, sejatinya KPK mengundang Jokowi untuk membuka acara tahunan tersebut. Namun rupanya Jokowi memilih ke SMKN 57. Alhasil, pembukaan Hakordia 2019 di KPK dibuka oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Meski sedikit kecewa, namun Saut menyatakan dirinya tak pernah membenci Jokowi.

"Ya 50:50 lah (kecewa tak bisa peluk Jokowi). Jadi enggak boleh ada rasa benci terhadap pemimpin negara. Tetapi jangan juga berhenti mengkritik pemimpin dan negara," kata Saut.

 


Saut Sindir Mimpi Jokowi

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang saat konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (21/6). KPK menetapkan empat orang sebagai tersangka dalam OTT di Bengkulu, termasuk Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti dan istrinya, Lili Martiani. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Joko Widodo alias Jokowi tak menyinggung isu pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pidato perdananya sebagai Presiden RI 2019-2024. Beberapa pihak berpandangan bahwa isu pemberantasan korupsi sudah tak lagi jadi fokus Jokowi.

Saut pun memiliki pandangan tersendiri meski Jokowi tak menyinggung pekerjaan lembaganya.

"Lebih baik tidak disebut tapi dilaksanakan, daripada disebut-sebut tapi tidak dilaksanakan. Jangan skeptical dulu atas pidato itu," ujar Saut saat dikonfirmasi, Senin, 21 Oktober 2019.

Saut mengatakan, dalam pidatonya, Jokowi secara garis besar menyinggung pemberantasan korupsi. Menurutnya, dalam pidato Jokowi menyinggung mimpi NKRI tahun 2045. Tanpa isu pemberantasan korupsi, mimpi itu tak mungkin terwujud.

"Dalam pidato ada disinggung mimpi NKRI tahun 2045, jadi secara eksplisit atau implisit pasti 'include' di dalamnya pemberantasan korupsi, sebab mimpi anda tahun 2045 akan sulit tercapai kalau perilaku korup masih terus berlanjut," kata Saut.

Menurut Saut, dengan teori apapun mimpi Jokowi tersebut tak akan terlaksana jika korupsi masih merajalela. Saut mengatakan, mimpi 2045 sudah pasti di dalamnya ada harapan pemberantasan korupsi.

"Jadi saya anggap Jokowi bicara mimpi 2045 itu di dalamnya negara minim korup," pungkas dia.

 

Reporter : Fellyanda Suci Agiesta

Sumber : Merdeka

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya