Polisi Bubarkan Aksi Penyiksaan Adu Anjing di Sao Paulo

Polisi meringkus pelaku adu anjing di Sao Paulo.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Des 2019, 09:00 WIB
ilustrasi anjing/Photo by Quang Nguyen Vinh from Pexels

Liputan6.com, Sao Paulo - Polisi Brasil berhasil menguak jaringan adu anjing internasional di Sao Paulo. Selain meringkus puluhan orang, petugas pun harus menyaksikan nasib tragis anjing-anjing yang menjadi korban, bahkan ada yang sampai kencing darah. 

Dilansir VOA Indonesia, Selasa (17/12/2019), pihak berwenang mengatakan penangkapan itu terjadi setelah penggerebekan terhadap adu anjing yang melibatkan “ritual mengerikan” dengan menyajikan daging anjing panggang kepada para penonton.

Sembilan belas anjing jenis pitbul diselamatkan dari sebuah bangunan di pinggiran Sao Paulo. Polisi mengatakan daerah itu merupakan bagian dari sirkuit adu anjing internasional yang diadakan tahun lalu di Republik Dominika.

Dalam konferensi pers, polisi mengatakan seorang warga California sedang bertindak sebagai wasit adu anjing itu ketika polisi menggerebek bangunan tersebut Sabtu malam lalu. Seorang warga Meksiko dan Peru juga terlibat, demikian laporan AP.

Banyak orang di berbagai belahan dunia ikut bertaruh lewat dunia maya. Foto dan petikan video yang ditunjukkan polisi menunjukkan hewan-hewan yang kurang gizi dengan wajah berdarah. Salah seekor anjing yang ditempatkan di papan setrika tampak tidak mampu berdiri.

Penyelidikan dimulai ketika polisi menarget peternak dan pelatih di negara bagian Parana. Sejumlah petugas mengikuti dua tersangka ke Sao Paulo dan kemudian meminta dukungan dari polisi negara bagian itu sebelum melakukan penangkapan.

Hampir semua tersangka mengajukan banding, dan beberapa warga asing dilarang meninggalkan Brazil, demikian laporan situs media lokal. Hakim juga memblokir pembebasan seorang laki-laki yang dituduh menyelenggarakan adu anjing internasional itu. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


5 Bahaya Konsumsi Daging Anjing

Seorang aktivis dari kelompok 'Animal Liberation Wave' dan 'Last Chance for Animals' membawa anak anjing mati yang diambil dari peternakan daging anjing di Gwanghwamun Plaza, Seoul (7/7). Mereka memprotes perdagangan daging anjing. (AFP Photo/Ed Jones)

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh aktivis pecinta hewan adalah melakukan upaya penghentian konsumsi daging anjing yang terus berkembang di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Pasalnya, pada beberapa kota di Indonesia yang menjual daging anjing di pasar. Selain itu, ada juga penjual makanan dengan olahan daging anjing yang mudah ditemui di sepanjang jalan seperti di Solo. 

Kuliner olahan daging anjing ini mudah ditemui di Solo. Biasanya makanan mamalia berkaki empat ini dijual di warung-warung tenda kaki lima di jalan-jalan besar. Oleh karena itu baru-baru ini Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta pemerintah daerah di wilayah Solo Raya (Solo, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sragen dan Wonogiri) melarang warganya mengonsumsi daging anjing.

Instruksi Ganjar tersebut dilakukan setelah adanya laporan dari perwakilan Dog Meet Free Indonesia bahwa sebanyak 13.700 ekor anjing dibantai di Solo Raya untuk dikonsumsi dagingnya.

Terlepas dari hal tersebut, konsumsi daging anjing dapat menjadi masalah bagi kesehatan. Sejumlah bahaya pun dapat mengintai jika mengonsumi mamalia berkaki empat ini.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut ulasan bahaya yang mengintai konsumsi daging anjing:


1. Rabies

Sejumlah aktivis pecinta anjing membawa poster saat aksi tolak perdagangan daging anjing di Solo, Kamis (25/4).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Salah satu bahaya terbesar dari mengonsumsi daging anjing adalah penyebaran rabies pada manusia. Jika tak diolah secara benar, dapat terjangkit penyakit rabies. Tak hanya itu, orang yang memasak daging anjing ini juga dapat ikut tertular rabies.

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga mengatakan bahwa salah satu risiko penyebaran rabies berasal dari peredaran daging anjing secara bebas. Tidak sedikit anjing rabies yang dikirim ke kota-kota besar untuk dijadikan pasokan makanan.

Perdagangan daging anjing dikhawatirkan dapat menyebarkan penyakit rabies karena anjing datang dari wilayah yang belum dinyatakan sebagai daerah bebas rabies.

2. Trichinosis

Jika orang memakan daging mentah atau kurang matang dari hewan yang terinfeksi parasit Trichinella, bisa menyebabkan penyakit Trichinosis. Begitu parasit ini ada di tubuh manusia, maka dapat menyebabkan radang pada pembuluh darah.

Tanda, gejala, dan tingkat keparahan trichinosis bervariasi. Namun jika infeksinya berat, orang mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan, serta memiliki masalah jantung dan pernapasan.


3. Infeksi Bakteri

Gambar ilustrasi

Konsumsi daging mamalia berkaki empat ini juga berpotensi pada infeksi akibat parasit seperti E. Coli 107 dan salmonela.

Ada juga bahaya yang mengintai, infeksi bakteri seperti antraks, hepatitis, dan leptospirosis yang bisa menyebar melalui daging anjing kepada manusia. 

4. Kebal dari Antibiotik

Anjing liar atau anjing yang tidak higienis, yang diolah menjadi makanan bisa menyimpan banyak bakteri, kuman, dan penyakit virus. Oleh karena itu, sering kali anjing ini diberikan antibiotik dosis tinggi sebagai pencegahan penularan penyakit.

Besarnya kandungan antibiotik pada daging anjing inilah yang berbahaya bagi manusia. Pasalnya, ketika manusia mengonsumsi daging anjing tersebut maka sistem kekebalan tubuh mereka akan berubah dan penuh dengan antibiotik.

Jika suatu saat mereka sakit, maka penyakit di tubuh mereka tidak akan mempan diobati dengan menggunakan antibiotik.


5. Hipertensi

Bali terus menggalakkan pelarangan konsumsi daging anjing (Middleton, Manning & Company)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan konsumsi natrium sebaiknya tak lebih dari 2 miligram per hari. Sedangkan dalam 100 gram daging anjing, terdapat 1,06 miligram natrium.

Dalam artian mengonsumi daging anjing ditambah asupan natrium dari sumber makanan lain per hari. Bukan tak mungkin tekanan darahnya akan melampaui batas yang meningkatkan risiko hipertensi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya