Liputan6.com, Jakarta - Semenjak dilantik sebagai Menteri Pertahanan atau Menhan pada 23 Oktober 2019 lalu, Prabowo Subianto mulai melakukan kunjungan kerja ke beberapa negara.
Prabowo Subianto pun memilih Malaysia sebagai negara pertama yang dikunjunginya usai menjabat sebagai Menhan.
Advertisement
""Saya melaksanakan lawatan kunjungan resmi pertama sebagai Menhan, dan yang pertama saya kunjungi adalah Malaysia," ujar Prabowo, Kamis, 14 November 2019.
Tak hanya Malaysia, Ketua Umum Partai Gerindra itu juga melakukan kunjungan kerja ke Turki. Kunjungan Prabowo ke Turki dalam rangka pertemuan bilateral dengan Menhan Turki Hulusi Akar.
Ketika berada di Turki, Prabowo sempat bertemu Angkatan Laut Turki dan sempat menjajal kapal perang dan selamnya. Tak berhenti sampai di situ, Prabowo juga melakukan kunjungan kerja ke China.
Apakah makna lawatan-lawatan Menhan Prabowo Subianto ke sejumlah negara? Berikut ulasannya dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Malaysia
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto telah bertemu dengan Menteri Pertahanan Malaysia, Mohammad Bin Sabu pada Kamis, 14 November 2019 dalam kunjungan kerjanya ke negeri jiran tersebut.
Untuk mempererat hubungan Indonesia dan Malaysia, Prabowo berencana akan mengirim taruna TNI untuk belajar di Malaysia.
"Bertekad membangun hubungan erat dengan Malaysia, akan mengirim cadets (taruna) untuk belajar di Malaysia sebagai bentuk simbol persaudaraan dan saling berbagi pengetahuan, kebudayaan dan kemampuan militer," ujar Staf Khusus Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antar Lembaga Menhan, Dahnil Anzar Simanjuntak dalam keterangannya.
Dalam kesempatan itu pula, Menhan Malaysia mengatakan, negara mayoritas Islam di Asia Tenggara damai dan saling membantu, menjadi contoh bagi negara mayoritas Islam yang lain di dunia.
"Pak Prabowo menyatakan bahwa kontribusi Indonesia dan Malaysia sangat dibutuhkan untuk menjaga perdamaian tersebut, dan menunjukkan wajah negara-negara mayoritas Islam di ASEAN sebagai negeri yang cinta damai," pungkasnya.
Prabowo mengatakan, Malaysia adalah negara pertama yang dikunjungi setelah dilantik sebagai Menteri Pertahanan.
"Saya melaksanakan lawatan kunjungan resmi pertama sebagai Menhan, dan yang pertama saya kunjungi adalah Malaysia," ucap Prabowo.
Dalam pertemuannya dengan Menhan Malaysia, Prabowo mengaku mendapat tugas khusus dari Presiden Jokowi untuk mempererat hubungan dan persahabatan dengan Malaysia.
Dalam pertemuan bilateral dengan Menhan Malaysia, Prabowo mengungkapkan banyak hal kesamaan pandangan dan pemikiran diantara kedua negara. Dan hal itu, akan menjadi modal yang kuat bagi kedua negara dalam upaya meningkatkan kerjasama pertahanan.
"Saya juga sudah adakan pembicaraan dengan Yang Mulia Menteri Pertahanan Malaysia, banyak persamaan pandangan pemikiran kita banyak yang sama. Karena itu, sangat optimis melihat ke depan saya yakin hubungan kerjasama pertahanan Indonesia dan Malaysia akan semakin baik", ungkap Prabowo.
Dia menegaskan, upaya peningkatan kerjasama yang perlu dilakukan kedua negara, diantaranya kerjasama di bidang pendidikan dan latihan, serta kerjasama industri pertahanan.
"Kami ingin mencari bentuk-bentuk kerjasama yang lebih baik lagi pertukaran perwira dan pertukaran siswa antara Indonesia dan Malaysia saya kira sangat baik. Dan juga kerja sama di bidang teknik dan industri pertahanan", jelas Prabowo.
Turut serta dalam rangkaian kunjungan ini beberapa pejabat Kemhan antara lain Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Rizerius Eko HS, Karo Humas Setjen Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiharto dan Karo TU dan Protokol Setjen Kemhan Brigjen TNI Iroth Sonny Edhie.
Advertisement
Turki
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melawat ke Turki dalam agenda kunjungan kerjanya yang dijadwalkan pada 27-29 November 2019. Ia bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Selain didampingi oleh Duta Besar RI untuk Republik Turki Lalu Muhamad Iqbal, pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Menhan Turki, Hulusi Akar dan Ketua Presidensi Industri Pertahanan, Ismail Demir.
Dalam pertemuan tersebut, berlangsung diskusi interaktif mengenai berbagai aspek kerjasama pertahanan.
"Pertemuan berlangsung hangat dan interaktif. Menhan Prabowo menyampaikan salam dari Presiden Jokowi dan keinginan Indonesia untuk semakin memperkuat kerjasama pertahanan dan industri pertahanan yang sudah ada selama ini," ujar Duta Besar RI untuk Republik Turki, Lalu Muhamad Iqbal, menjelaskan isi pertemuan Menhan Prabowo dengan Presiden Erdogan dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 30 November 2019.
"Sementara itu Presiden Erdogan juga menegaskan kembali perhatian khusus Turki terhadap hubungannya dengan Indonesia, termasuk di bidang kerjasama pertahanan", imbuhnya.
Sebelum diterima Presiden Erdogan, Menhan Prabowo juga melakukan kunjungan resmi ke Menteri Pertahanan Turki, Hulsi Akar, di mana ia diterima dengan upacara kemiliteran. Dilanjut dengan lawatan kehormatan kepada Ketua Presidensi Industri Pertahanan (SSB), Ismail Demir.
SSB adalah lembaga yang dipimpin langsung oleh Presiden Turki dan membawahi seluruh industri pertahanan di Turki.
"Menhan mengharapkan agar Perjanjian Pertahanan di antara kedua negara dapat segera dibahas dan ditandatangani", terang Dubes Iqbal menjelaskan isi pembicaraan Menhan Prabowo dengan Menhan Hulusi Akar.
"Tidak hanya peningkatan kemampuan alutsista yang menjadi perhatian Menhan dalam pertemuan-pertemuan tersebut, tapi juga kapasitas personel TNI mendapatkan perhatian. Karena itu kerjasama di bidang pendidikan dan pelatihan akan mendaparkan porsi perhatian yang signifikan dan akan segera dimulai", imbuh Dubes Iqbal.
Selain melakukan pertemuan dengan Presiden dan pejabat tinggi di bidang pertahanan, Menhan Prabowo juga melakukan kunjungan lapangan ke Armada Utama Angkatan Laut Turki di Gölcük, Kocaeli pada 27 November. Lokasi ini merupakan galangan kapal selam tersebut.
Dalam kunjungan tersebut, Menhan Prabowo diterima langsung oleh Komandan Armada Utama, Laksamana Ercument Tatlioglu. Ia berkesempatan meninjau langsung kapal perang kelas Corvet terbaru produksi Turki, TCG Kinaliada.
Indonesia dan Turki memiliki kerjasama yang kuat di bidang pertahanan. Kedua negara sudah memiliki MoU tentang Kerjasama Industri Pertahanan sejak 2010 dan akan diperluas melalui MoU Kerjasama Pertahanan yang diharapkan dapat ditandatangani pada tahun 2020.
Indonesia-Turki juga sudah berhasil mengembangkan bersama tank kelas menengah (medium tank) dengan teknologi terbaru. Tank tersebut diharapkan sudah akan mulai diproduksi bersama pada tahun 2020.
China
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memulai lawatan tiga hari ke Beijing, China, pada Minggu (15/12/2019).
Duta Besar RI untuk China, Djauhari Oratmangun mengatakan, dalam kunjungannya ke China, Prabowo dijadwalkan bakal bertemu dengan Menteri Pertahanan Nasional China, Jenderal Wei Fenghe dan Wakil Ketua Komisi Militer Pusat China, Jenderal Xu Qiliang.
"Kunjungan ke Beijing ini direncanakan akan berlangsung selama tiga hari," kata Djauhari seperti dilansir dari Antara, Minggu, 15 Desember 2019.
Prabowo juga dijadwalkan berkunjung ke State Administration for Science, Technology, and Industry for National Defense (SASTIND) yang membawahi semua industri strategis dan pertahanan di China.
Dalan kunjungan pertamanya ke China, Prabowo akan membahas upaya peningkatan kerja sama di bidang pertahanan.
"Indonesia dan Tiongkok selama ini telah menjalin kerja sama yang baik di bidang pertahanan, baik secara bilateral maupun dalam kerangka regional. Tiongkok juga menjadi salah satu mitra Indonesia dalam modernisasi sistem pertahanan," kata Djauhari.
Sementara itu, Juru Bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan, pertemuan kali ini juga membahas terkait alutsista. Khususnya terkait dengan upaya alih teknologi alutsista.
Meski demikian, Dahnil tidak menjelaskan spesifik siapa saja yang mendampingi dan jenis alutsista yang dibahas Prabowo bersama pejabat China.
"Spesifik nanti ya," tandas Dahnil.
Dalam kunjungan ke Ibu Kota China itu, Prabowo didampingi beberapa pejabat Kemenhan. Di antaranya Komando Pertahanan Udara Nasional, Komando Operasi TNI Angkatan Udara 2, dan Komando Pusat Persenjataan Kavaleri TNI Angkatan Darat.
Kemudian juga Komando Pusat Persenjataan Artileri Medan TNI Angkatan Darat, Komando Pusat Persenjataan Artileri Pertahanan Udara TNI Angkatan Darat, Komando Armada 1 TNI Angkatan Laut, dan Komando Sekolah Staf TNI.
Sjafrie Sjamsoeddin dan Suryo Prabowo selaku penasihat Prabowo turut pula dalam rombongan delegasi tersebut.
Advertisement
Rusia
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kini sedang sibuk mengunjungi berbagai negara dengan kekuatan militer dominan. Oktober lalu, Prabowo berkunjung ke Amerika Serikat (AS), dan ia kini sedang bertolak ke China.
AS dan China sama-sama negara dengan militer dominan di wilayah masing-masing. Laporan Global Firepower 2019 menyatakan AS sebagai negara dengan militer terkuat di dunia, sementara China adalah terkuat nomor tiga di dunia sekaligus memimpin di benua Asia.
Pada daftar itu, Federasi Rusia berada di peringkat dua. Ini berarti militer negara itu yang paling kuat di benua Eropa, bahkan lebih kuat dari China.
Kedutaan Besar Rusia pun siap menyambut kedatangan Prabowo ke Moskow untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan sekaligus Panglima Tertinggi Rusia: Sergey Shoygu.
"Mengingat kami memiliki perencanaan militer dan persiapan teknis militer yang ekstensif, tentunya kami akan siap dan akan senang untuk menyambut Menteri Prabowo, Jenderal Prabowo, untuk berbincang dengan Menteri Pertahanan kami. Tentunya ini esensial," ujar Oleg V. Kopylov, Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Rusia untuk Republik Indonesia di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2019.
Oleg Kopylov mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Shoygu juga sudah memberikan ucapan selamat kepada Prabowo Subianto usai terpilih sebagai menteri.
Menurut Global Firepower, kekuatan militer tertinggi Rusia berada di angkatan darat dengan jumlah tank tempur sebanyak 21.932, kendaraan tempur lapis baja sebanyak 50.049, dan artileri self-propelled sebanyak 6.083.
Terkait proses pembelian pesawat Sukhoi SU-35 yang masih terganjal, Oleg mengakui ada pihak-pihak yang tak senang jika Indonesia membeli senjata Rusia. Namun, ia percaya Indonesia tak akan bisa ditekan.
Amerika Serikat (AS) pun dipandang tidak senang jika ada negara yang membeli senjata Rusia. Sebelumnya, ada kasus AS menegur Turki, India, dan China yang membeli senjata Rusia.
Oleg pun bisa paham jika AS tidak senang, sebab AS juga punya bisnis militer yang besar. Ia pun berharap persaingan dagang senjata bisa berjalan secara adil tanpa memberi ancaman dengan sanksi kepada negara yang ingin membeli senjata Rusia.
"Beberapa negara mencoba mengancam Indonesia, tetapi Indonesia tidak terancam, dan itu sangat bagus," ujar Oleg yang turut berkata Indonesia dan Rusia rutin berkomunikasi soal pembelian senjata.