Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) meminta semua pihak bergerak bersama untuk mencegah stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.
"Biasanya, kalau gizinya kurang, kecerdasannya juga kurang. Bagaimana mungkin kita bisa bersaing kalau kecerdasan kurang," ujar dia pada acara Komitmen Bersama Percepatan Pencegahan Anak Kerdil di Balai Pemuda, Kota Surabaya seperti dikutip Antara, Rabu, 18 Desember 2019.
Risma meminta kepada para undangan yang hadir agar bekerja keras mencegah anak stunting. Menurut dia, pencegahan stunting ini penting dilakukan karena mempengaruhi kecerdasan anak.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Risma, dampak anak stunting, tidak hanya mempengaruhi kecerdasan anak, kepercayaan dirinya juga kurang. Untuk itu, ia meminta semua organisasi pemerintah daerah, kader dan masyarakat harus bergerak bersama.
"Kalau ada warganya yang hamil dipantau, dan saya harap puskesmas jemput bola, untuk mengawasi terus. Diingatkan untuk rutin periksa," ujar dia.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga mengingatkan para lurah agar memperhatikan makanan, terutama untuk warga kurang mampu. Bagi ibu hamil, ia meminta untuk mendapatkan permakanan tambahan dari puskesmas. "Sebetulnya pemberian makanan kita sudah lakukan untuk Ibu hamil dan warga miskin," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Setwapres Apresiasi Penanganan Stunting
Tim Percepatan Pencegahan Stunting dari Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) mengapresiasi program penanganan "stunting" (kekerdilan anak) hingga pembentukan satgas stunting di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur.
"Saya baru mendengar di kelurahan ada anggaran untuk penanganan stunting. Ini luar biasa. Saya pikir ini terobosan, belum ada di kabupaten kota lainnya," kata perwakilan Tim Percepatan Pencegahan Stunting dari Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres), Saputera pada acara Komitmen Bersama Percepatan Pencegahan Anak Kerdil di Balai Pemuda, Kota Surabaya, Rabu, 18 Desember 2019, seperti dikutip dari Antara.
Pelaksanaan komitmen dan percepatan pencegahan stunting dihadiri sekitar 1.200 peserta, meliputi Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) pusat dan Jatim, perwakilan perguruan tinggi, pimpinan rumah sakit, 900 kader, undangan, kepala puskesmas, serta kepala Organisasi perangkat daerah (OPD), Paguyuban Pos PAUD terpadu, serta perwakilan dampingan Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Sejumlah instansi pemerintahan maupun organisasi yang ikut teken komitmen bersama untuk percepatan pencegahan anak kerdil (stunting) yakni OPD Pemerintah Kota Surabaya, Kementerian Agama, Persi Provinsi Jawa Timur dan Surabaya, BPOM, IDI Kota Surabaya, Ikatan Bidan Indonesia Kota Surabaya, Persagi Kota Surabaya, dan Forum Kota Sehat TPPKK Kota Surabaya.
Saputera menuturkan, Surabaya merupakan salah satu kota prioritas dalam program percepatan pencegahan stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.
Program Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) secara nasional dilaksanakan mulai 2018–2024. Pada 2020, sebanyak 260 kabupaten/kota yang menjadi prioritas nasional.
"Di 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) sangat penting asupan gizi, kemudian kesehatannya. Jadi pemantauan mulai hamil, melahirkan sampai anak usai 2 tahun," ujar dia.
Saputera menyampaikan, untuk penanganan stunting, kabupaten/kota mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang nilainya sekitar Rp750 juta.
Advertisement