Liputan6.com, Jakarta - Telah berlangsung sejak lama, tak heran kebiasaan ngemil lekat dengan budaya Indonesia. Efek dari kebiasaan yang sebenernya sangat mungkin dilakukan banyak orang di berbagai belahan dunia ini tak luput tampak di dalam negeri.
Pengamat Sosial Erna Ermawati Chotim menjelaskan, ngemil sudah jadi bagian dari kultur. "Terbukti dengan munculnya berbagai camilan unik di tak sedikit wilayah Indonesia," ucapnya di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Ragam camilan yang hadir sebagai khas sebuah wilayah ini tak lagi bisa dilepaskan dari masyarakatnya. Deretan makanan ringan tersebut kemudian mengemban nilai dan memori yang berbeda bagi para penikmat.
"Keluarga punya peran penting dalam distribusi makanan, termasuk camilan. Apakah mereka terbiasa menyediakan makanan ringan dalam keseharian, entah sebagai kudapan di pagi, sore, maupun kedua waktu tersebut," tuturnya.
Dinamika soal sajian saat ngemil pun terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Lumrahnya, kata Erna, makanan ringan yang biasa dikenal hanya memanfaatkan sedikit metode memasak, termasuk rebus, bakar, dan goreng.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Komponen Pemenuh Nutrisi
Perubahan zaman, dikatakan Erna, membuat pola konsumsi camilan berubah, terutama di kota-kota besar dengan mobilitas sangat tinggi. Camilan tak semata jadi selingan, namun juga komponen pemenuh nutrisi.
"Tapi, (camilan) belum dalam posisi menggantikan (makanan berat). Sifatnya hanya subsitusi karena konteks terpenting masyarakat modern adalah total nutrisi harian yang harus dipenuhi," Erna menjabarkan.
Karenanya, dalam pengamatan Erna, secara natural industri sudah mengikuti tren. "Tidak sekadar bikin kenyang, tapi sehat juga," tuturnya. Juga, lebih ramah lingkungan dengan bijak dalam penggunaan plastik sebagai bahan baku atau olahan kemasan setelah konsumsi.
Advertisement