Liputan6.com, Pekanbaru - Brigadir Kepala (anumerta) Hendra Saut Parulian Sibarani tak bisa lagi menunaikan janji untuk mengajak keluarganya jalan-jalan pada 29 Desember 2019. Anggota Brimob Polda Riau ini pulang lebih awal karena menjadi korban meninggal dunia saat kerusuhan di Yahukimo, Papua.
Jenazah Brimob meninggal ini sudah tiba di rumah duka, Jalan Among, Gang Sawit, Kelurahan Labuh Baru Barat, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru. Setelah melalui prosesi adat Batak, jenazahnya akan dimakamkan pada 22 Desember 2019.
Baca Juga
Advertisement
Persemayaman terakhir anak ketiga dari tujuh bersaudara ini direncanakan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Darma, Jalan Jenderal Sudirman. Personel Brimob Polda akan memberikan penghormatan terakhir kepadanya.
Di rumah duka, orang tua Hendra, Lasto Sibarani dan Masdelina Boru Munte, duduk di teras menyambut pelayat yang datang bergantian. Sesekali, Masdelina menyeka air mata memakai ulos di bahunya.
Tak jarang, Masdelina memanggil-memanggil nama anaknya yang tutup usia pada umur 33 tahun itu. Dia seolah tak percaya anaknya menjadi korban kerusuhan di dekat Mapolres Yahukimo.
"Hendra, Hendra. Kemarin kau pergi baik-baik, sekarang pulang sudah jadi mayat. Kau pergi memperjuangkan negara," Mesdelina menangis.
Beberapa hari lalu, Masdelina masih mendegar suara anaknya via telepon seluler. Almarhum mengabarkan akan pulang pada 29 Desember dan membawa keluarga jalan-jalan karena akan mendapat cuti kerja.
Seharusnya, Hendra dijadwalkan pulang pada 6 Desember 2019 bersama ratusan anggota Brimob Polda Riau lainnya. Karena ada arahan baru dari atasan, kepulangannya diundur dari Papua.
"Singkat kali pertemuan ini Hendra. Adik-adikmu bilang, bang Hendra nanti tanggal 29 pulang. Nanti kita jalan-jalan ya mak. Iyalah kubilang, rupanya mana ada sampai lagi kau nak. Mana ada lagi, sudah nggak ada lagi. Singkat kali kau bikin," ucap Masdelina.
Dikabari Langsung
Kepada wartawan, Masdelina menyebut mendapat informasi anaknya gugur setelah dikabari polisi lainnya pada Rabu siang, 18 Desember 2019. Awalnya, ibu dari tujuh anak ini tidak percaya.
"Ada anggota Brimob datang ke sini ngasih kabar, saya bilang nggak ada itu. Namanya anggota yang datang itu Pak Raden, datang ke sini sekitar jam 12.30 WIB," paparnya.
"Terus bapak itu bilang dia tidak mengada-ngada, benar ibu katanya (Hendra meninggal). Saya langsung nangis menjerit. Waktu itu kami sama anak-anak," sambung
Tak lama berselang, sejumlah anggota Brimob Polda Riau langsung memasang tenda dan membawa kursi di depan rumah kala itu.
"Tidak betul itu (dapat kabar) dari Facebook. Anggota Brimob yang mengasih tahu bahwa anak saya meninggal dunia. Bukan dari Facebook," tutupnya
Masdelina bercerita, anaknya Hendra memang punya keinginan kuat menjadi polisi. Hal itu diketahuinya sejak Hendra lulus dari sekolah menengah pertama.
Hendra mendaftar tahun 2007 lalu di Polda Riau. Setelah menjalani beberapa tes, barulah Hendra yang disebut sebagai anak yang suka menghibur ini bercerita kepadanya.
"Dia sudah daftar sendiri, dia ngasih tahu ketika jebol sampai psikotes. Saya pikir, hebat anakku ini ya, saya akhirnya dukung. Tahun 2007 itu," lanjut dia.
Advertisement
Keinginan Kuat jadi Polisi
Selanjutnya, Masdelina mendampingi dan mengantar anaknya saat pemeriksaan kesehatan ke dokter. Dia juga sempat ragu akan cita-cita sang anak saat melihat kondisi keluarga yang pas-pasan.
"Kubilang samamu Hendra, tengoklah keadaan kita Hen, nggak mungkin kau bisa polisi. Dia bilang, jangan jengkal kuasa Tuhan, kalau Tuhan bicara, aku masuk polisi. Ternyata kenyataan masuk polisi anakku," terang Masdelina.
Lebih jauh dia mengisahkan, sang anak selalu patuh dengan perintah atasannya. Termasuk saat diminta untuk berangkat ke sejumlah daerah, baik di luar Pekanbaru maupun luar Riau untuk menjalankan tugas tertentu.
"Selalu pergi dia, keluar kota. Kalau saya larang ndak mau dia itu. Saya dengar kan Papua itu rawan, saya bilang ke dia nggak usah lah Hen," tuturnya.
"Dia jawab mana bisa gitu mak. Kita ini harus siap mak, mau mati saya sudah siap, ada perjanjian sumpah. Kenyataannya memang betul dia terima. Meninggal dunia dalam memperjuangkan negara. Dia pahlawan," sambungnya sambil terisak-isak.
Masdelina berharap, anak kebanggaanya itu mendapatkan kehidupan terbaik yang kekal, yang diberikan Tuhan.
"Sebatas itu rupanya dia hidup berjuang, sekitar 12 tahun," paparnya.
Disela-sela pembicaraan, Masdelina juga berdoa untuk sang anak tercinta.
"Tuhan, berikanlah dia kehidupan yang kekal. Dia sudah berjuang Tuhan, jangan sia-siakan dia. Ampunilah anakku itu Tuhan," ujarnya.
Simak juga video pilihan berikut ini: