Ini Alasan Kenapa TIM Perlu Direvitalisasi

Arie mengatakan ada dua hal mengapa TIM perlu direvitalisasi. “Pertama adalah fisik, perbaikan fasilitas seperti yang dibutuhkan adalah teater arena. Kedua adalah nonfisik, seperti restrukturisasi kelembagaan seni di Jakarta.

oleh Liputan Enam diperbarui 21 Des 2019, 19:15 WIB
Arie F Batubara / AM Awwal

Liputan6.com, Jakarta Para seniman yang berkumpul dalam diskusi Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM): Membayangkan Pusat Kesenian Ideal Masa Depan di kawasan Palmerah, Jumat (20/12/2019), menyatakan TIM memang membutuhkan banyak pembaharuan. Menurut seniman, TIM tidak hanya memikul hasil karya seni temporer, tetapi juga harus memikul beban masalah kesenian yang baru.

Kemudian, disadari bahwa perlu untuk merevitalisasi TIM. Proses revitalisasi ini sebenarnya sudah direncanakan bertahun-tahun sebelumnya, yakni sejak arsitek Andra Matin memenangi sayembara rancang revitalisasi TIM pada 2007 lalu.

Seniman Arie F Batubara mengatakan bahwa munculnya pikiran revitalisasi ini sudah dimulai dari 2005 dan sayembara master plan itu dimenangkan oleh Andra Martin, katanya di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta (20/12).

Ada dua hal mengapa TIM perlu direvitalisasi, "Pertama adalah fisik, perbaikan fasilitas seperti yang dibutuhkan adalah teater arena. Kedua adalah nonfisik, seperti restrukturisasi kelembagaan seni di Jakarta," kata Arie.

Ia mengatakan bahwa keinginan seniman pada dasarnya hanya ingin mengembalikan dan ingin menghidupkan kembali TIM menjadi pusat kesenian, bukan pusat kebudayaan, apalagi sebagai pusat pertunjukan kesenian.

Ketua Komite Film dan Plt Sekjen Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Hikmat Darmawan, mengatakan kepada Liputan6.com mengatakan bahwa revitalisasi TIM secara fisik itu perlu. Namun, yang juga penting, katanya, adalah perubahan paradigma dalam pengelolaan kesenian, baik di TIM maupun di Jakarta ini harus berubah dan lebih sesuai dengan keadaan sekarang.

"Jadi ada masalah, seperti bagaimana tuntutan seni pertunjukan yang baru itu bisa dipenuhi oleh gedung dengan peralatan maupun ruang yang lama. Kita ambil prinsipnya yang lama, memang bagus, tetapi fisiknya memang perlu diubah," kata Hikmat.

Selain itu, Hikmat mengatakan, seni menjadi syarat penting di dalam kemajuan kota di dunia. Kota-kota maju pasti punya feel harmony. DKJ berupaya untuk punya feel harmony-nya, tapi ruanganya tidak cukup.

"Setiap kota memiliki galeri yang kuat. Ada tempat bereksperimen sebagai garda depan, baik seni rupa, seni teater, seni tari dan lain sebagainya. Nah, harusnya memang sentra kesenian yang seperti itu yang jadi fungsi TIM. Sebab, mutu sekarang berubah, sekarang hiburan juga berubah. Jadi, TIM perlu direvitalisasi," kata Hikmat kepada Liputan6.com.

 

Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ.

 

Simak Video Pilihan Berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya