Jakarta- Kurniawan Dwi Yulianto membuat kejutan usai menyelesaikan tugasnya sebagai asisten pelatih di Timnas Indonesia U-22. Dia terpilih menjadi pelatih kepala di satu di antara peserta Liga Super Malaysia, Sabah FA.
Kurniawan Dwi Yulianto menyampaikan kabar bahagia tersebut melalui akun Instagram personalnya. Dalam unggahannya itu, Kurniawan juga mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan dan kepercayaan manajemen Sabah FA.
Advertisement
"Alhamdulliah. Terima kasih kepada Allah SWT karena telah memberi saya berkah, kekuatan, dan kesempatan kepada saya. Hari ini, saya resmi ditunjuk sebagai pelatih kepada untuk Sabah FA. Terma kasih kepada SAFA untuk kesempatan ini dan Insya Allah saya akan melakukan yang terbaik karena ini adalah tantangan baru bagi saya di Malaysia Super League," bunyi caption yang ditulis Kurniawan.
Kabar yang datang dari Kurniawan Dwi Yulianto itu cukup menggetarkan pemberitaan di Tanah Air. Pasalnya, ia langsung menjabat sebagai pelatih kepala di Sabah FA.
Meski bertatus promosi di Liga Super Malaysia untuk musim 2020, Sabah FA bukan tim yang bisa dipandang sebelah mata. Jadi, tidak berlebihan jika Kurniawan berbangga atas jabatan pelatih kepala yang diamanatkan kepadanya.
Apalagi, masih sangat jarang pelaku sepak bola Indonesia menjadi pelatih di klub kasta teratas Malaysia.
Di sisi lain, juara Liga Premier Malaysia 2019 itu dinilai bakal cocok dengan gaya kepelatihan yang akan diterapkan pria yang semasa aktif bermain sebagai striker itu
Apalagi, performa Kurniawan Dwi Yulianto cukup apik saat menjabat sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia U-22. Bersama Indra Sjafri, Kurniawan berhasil membawa Timnas Indonesia U-22 lolos ke final SEA Games 2019.
Selain catatan apik itu, Kurniawan Dwi Yulianto juga memiliki catatan menarik lain sepanjang kariernya. Bola.com telah merangkum tiga fakta unik tentang Kurniawan Dwi Yulianto.
1. Dijuluki Si Kurus
Sepanjang kariernya sebagai pesepak bola, Kurniawan mendapat julukan Si Kurus oleh pencinta sepak bola Indonesia. Julukan itu didapat Kurniawan sejak berlaga di Piala Tiger 1996.
Julukan yang diberikan kepada Kurniawan ini sama dengan julukan yang diberikan legenda Timnas Indonesia, mediang Ronny Pattinasarany. Alasan di balik pemberian julukan itu juga tak jauh-jauh dari fisik.
Baik Ronny ataupun Kurniawan sama-sama memiliki perawakan kurus. Perawakan ini membuat Kurniawan bermain cukup lincah sebagai striker.
Advertisement
2. Pernah Bermain di Liga Swiss dan Sampdoria
Karier Kurniawan Dwi Yulianto meroket mulai era 90an. Bersama legenda Timnas lainnya yakni Kurnia Sandy, Kurniawan mendapat kesempatan belajar sepak bola di tim Sampdoria Primavera.
Pengalamannya di Sampdoria ini membuat Kurniawan dilirik oleh beberapa klub Eropa. Pada 1994, Kurniawan resmi berseragam FC Luzern, yakni tim di Liga Swiss.
Bersama FC Luzern, Kurniawan bermain sebanyak 10 kali dan mencetak satu gol. Angka yang lumayan mengingat usianya yang masih 18 tahun kala itu.
3. Menggetarkan Pemberitaan Amerika
Jelang dihelatnya Piala AFF 2018, Kurniawan menjadi nama yang santer diperbincangkan. Perbincangan itu mencuat menyusul pemberitaan yang diterbitkan oleh satu di antara media asal Amerika Serikat, Fox Sport.
Artikel yang diterbitkan pada 6 November 2018 itu memberi pujian dengan menyebut Kurniawan sebagai legenda hidup sepak bola Indonesia. Fox Sports juga menulis Kurniawan adalah pemain terbaik yang pernah bermain di sejarah Piala AFF.
Satu di antara penampilan terbaik Kurniawan yang jadi sorotan terjadi di Piala AFF 2004. Saat itu, Kurniawan Dwi Yulianto mencetak lima gol dan menuntup turnamen dengan status top scorer.
Disadur dari Bola.com (Hesti Puji Lestari/ Aning Jati, published 21/12/2019)
Advertisement