Liputan6.com, New Delhi - Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal pada Kamis 19 Desember 2019 meluncurkan 100 hotspot WiFi gratis di ibu kota India. Hal itu memungkinkan konektivitas internet gratis untuk masyarakat.
Dalam peluncuran hotspot WiFi gratis tersebut, seperti dikutip dari Xinhua, Minggu (21/12/2019), Kejriwal berbicara dengan Wakil Kepala Menteri Manish Sisodia melalui panggilan video. Kejriwal berada di lokasi hotspot WiFi gratis di Delhi bagian tengah, sementara Sisodia berada di antara mahasiswa Universitas Delhi di Delhi utara menggunakan hotspot WiFi gratis lainnya.
Advertisement
Pada kesempatan itu, Kejriwal menyampaikan bahwa dirinya berencana meluncurkan 11.000 zona WiFi gratis di ibu kota India, sehingga menjadikannya kota pertama di dunia yang memiliki konektivitas internet gratis.
Menyediakan koneksi internet gratis adalah salah satu janji Kejriwal dalam kampanyenya jelang pemilihan negara bagian pada 2015 lalu. Pemilihan negara bagian berikutnya akan digelar pada Februari 2020.
"Ini merupakan langkah pertama untuk menjadikan Delhi sebagai kota kelas dunia," kata Kepala menteri tersebut, menambahkan bahwa tidak ada kota di dunia yang dapat membanggakan fasilitas konektivitas internet gratis, dan "Delhi akan menjadi kota pertama yang menyediakan fasilitas semacam itu."
Akses Internet Gratis bagi Pendaki Gunung Fuji
Layanan internet gratis kabarnya mulai diberlakukan pada 10 Juli sampai September 2015 melalui hotspot wi-fi yang tersebar di 8 lokasi, termasuk puncak Gunung Fuji, menurut laporan Asahi Shimbun.
Pihak pariwisata Jepang mengatakan, mereka sudah mengabulkan permintaan para wisatawan Amerika dan Eropa yang ingin menggunakan internet saat mendaki gunung.
Langkah tersebut diharapkan akan menarik lebih banyak pengunjung.
"Kami berharap orang-orang yang menggunakan layanan ini tidak hanya memberitahu wisatawan mancanegara tentang aktivitas para pengunjung selama berada di Gunung Fuji, melainkan juga menyebarluaskan informasi cuaca demi keselamatan masing-masing," kata seorang staf pariwisata.
Pemerintah daerah setempat bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi untuk memasang layanan baru ini.
Ide ini menimbulkan pro dan kontra. Sebagian orang setuju karena mereka bisa berbagi pengalaman perjalanan dengan teman-teman dan keluarga, sementara lainnya tidak yakin kalau smartphone bisa diakses di pegunungan, terutama saat melacak keberadaan orang.
Beberapa respons publik terkait pemberitaan ini dikutip oleh BBC News, Rabu (8/7/2015).
"Free wi-fi? Maaf, tidak seluruh titik-titik lokasi alam harus terhubung ke internet," tulis seorang pengguna.
Pengguna lainnya menambahkan secara sinis, "Dalam memori sebagian orang, mereka benar-benar kecanduan menggunakan internet.”
Advertisement
Kuba Juga Punya Pusat Internet Gratis
Sebelumnya, Etecsa, Badan telekomunikasi negara Kuba telah mengizinkan seniman Kcho untuk membuka pusat WiFi gratis untuk umum yang pertama di pusat budayanya.
Kcho yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah Kuba mengoperasikan pusat internet itu menggunakan koneksi internet miliknya sendiri yang sudah diizinkan pemerintah dan membayar sekitar US$ 900 (sekitar Rp 11 juta) per bulan untuk memberikan layanan ini.
Seperti dilansir BBC, Selasa 17 Maret 2015, diperkirakan hanya sekitar 5% sampai 25% warga Kuba saat ini yang memiliki layanan internet dalam jenis apa pun karena akses internet yang masih sangat mahal.
Sebagai contoh, biaya satu jam akses ke internet di sebuah kafe saat ini bisa mencapai US$ 4.50 (Rp 59.507) atau setara dengan hampir satu minggu gaji bagi sebagian besar warga Kuba.
Kcho mengatakan, bahwa ia ingin menawarkan internet gratis di pusat budayanya, yang dibuka di Havana barat pada bulan Januari, untuk mendorong warga Kuba mengenal internet.
Seniman pematung itu mungkin merupakan satu-satunya seniman yang diizinkan pemerintah untuk memasok layanan wi-fi untuk umum. Terakhir kali Fidel Castro muncul di hadapan umum adalah dalam sebuah pameran yang diadakan oleh seniman kontemporer ini.
Banyak analis di Kuba memandang hal ini sebagai langkah kecil yang berpotensi besar. Yang pasti, akses internet seperti itu tidak akan mungkin jika tidak ada persetujuan dari pemerintah, yang mungkin menggunakan prakarsa Kcho ini untuk menguji perlu tidaknya adanya akses internet yang lebih besar di negara itu.