Berdiri 100 Tahun, RSCM Ungkap Tantangan Terbesarnya

Pada 19 November 2019, RSCM atau Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo tepat berumur seratus tahun.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Des 2019, 21:00 WIB
RS Cipto Mangunkusumo Jakarta punya sistem backup manajemen listrik yang baik ketika terjadi pemadaman. (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Jakarta - Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) tepat berumur 100 tahun pada 19 November 2019.

Direktur Utama RSCM dokter Lies Dina Liastuti mengatakan, selama 100 tahun, rumah sakit yang berada di Jakarta Pusat ini telah melalui banyak tantangan.

"Kami selama 100 tahun pasti jatuh bangun dengan berbagai permasalahan karena beban rumah sakit kan bukan masalah uang sebetulnya," kata Lies ditemui di sela puncak Hari Ulang Tahun RSCM di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Sabtu (21/12/2019).

Menurut Lies, yang menjadi tantangan adalah bagaimana mengelola begitu banyak jenis layanan dan berhadapan dengan banyak orang.

"Itu semua yang harus tetap kita pompa untuk punya semangat, tidak pernah putus asa dalam menjalankan amanah ini. Tantangannya luar biasa dalam menghadapi manusia," tambahnya.

 


Inovasi RSCM

Dampak mati listrik, kemarin (4/8/2019), RS Cipto Mangunkusumo Jakarta hanya terganggu jaringan. (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono

Terkait inovasi, Lies mengatakan sudah banyak inovasi mereka telah melakukan berbagai pencapaian. Termasuk di bidang penelitian kesehatan.

"Kalau dihitung pencapaiannya apa saja tentu banyak sekali. Yang terakhir kami juga melihat kemajuan di dunia, kami juga sudah banyak melakukan penelitian termasuk sel punca, stem cell," kata Lies

Terkait pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Lies mengungkapkan setiap divisi yang ada sudah melakukan terobosan-terobosan.

"Kita punya robotik untuk menangani masalah prostat, bayi tabung juga banyak, penyakit dalam, radioterapi, anak, semua divisi memberikan terobosan baru," Lies menambahkan.

Lies mengatakan, beberapa inovasi yang telah diunggulkan di RSCM misalnya terapi bedah saraf tanpa membuka batok kepala. Selain itu, transplantasi hati, kulit, serta beberapa terapi juga telah dilakukan.

Di perayaannya ulang tahunnya yang ke 100, RSCM juga memberikan beberapa penghargaan bagi pihak-pihak yang telah bersama mereka dalam memperkuat rumah sakit tersebut.

"Ada mitra-mitra kami, pemda (pemerintah daerah) banyak sekali dari seluruh Indonesia, yang mendukung kami dalam melakukan pembinaan rumah sakit di daerah dalam penguatan mereka. Kemudian banyak sekali untuk mereka yang memberikan bantuan-bantuan bagi RSCM."

Tonggak awal RSCM sendiri dimulai ketika Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ) didirikan dan bersati dengan STOVIA. Pada 1942, CBZ menjadi Rumah Sakit Perguruan Tinggi (Ika Daigaku Byongin).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya