Anak Bisa Depresi, Cek Gejalanya Berikut

Depresi bisa terjadi pada anak-anak. Namun, apakah gejalanya sama seperti pada orang dewasa?

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Des 2019, 07:00 WIB
Ilustrasi depresi (iStockphoto/AntonioGuillem)

Liputan6.com, Jakarta - Sedih, terpuruk, dan kehilangan minat atau kesenangan dalam kegiatan sehari-hari adalah perasaan yang seringkali dialami setiap orang. Jika perasaan itu bertahan dan memengaruhi hidup, masalahnya bisa menjad tanda seseorang depresi

Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), depresi bisa terjadi dari berbagai umur. Termasuk, anak-anak.

Depresi lebih dari sekadar kesedihan dan bisa menjadi penyakit serius dan berpotensi mengancam jiwa. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 3,2 persen anak-anak di Amerika Serikat yang berusia antara 3 sampai 17 tahun didiagnosis depresi.

Analisis yang dilakukan pada 2018 juga menekankan bahwa depresi kurang terdiagnosis pada anak-anak. Hanya 50 persen remaja yang mengalami depresi menerima diagnosis sebelum dewasa. Hal ini telah mengakibatkan tingkat bunuh diri meningkat selama dua dekade terakhir pada anak-anak.

Untuk menangani anak dengan gangguan depresi, penting untuk mengetahui tanda, gejala, dan cara menanganinya, seperti yang dilansir pada laman Medical News Today, Selasa (24/12/2019).

Tanda dan Gejala

Anak-anak dengan depresi bisa jadi merasa sedih atau putus asa dan dapat memengaruhi aspek perilaku atau suasana hati anak.

Beberapa gejala lain dari depresi masa kecil termasuk:

  • kehilangan minat dalam aktivitas yang pernah dinikmati anak
  • motivasi rendah
  • perubahan kebiasaan tidur, seperti tidur sangat sebentar atau terlalu lama
  • perubahan kebiasaan makan, seperti makan berlebihan atau kurang makan
  • menarik diri
  • memiliki pemikiran atau berbicara tentang bunuh diri
  • tingkat percaya diri yang rendah
  • kesulitan berkonsentrasi
  • membuat masalah di sekolah, saudara kandung, atau teman
  • menggunakan alkohol atau narkoba, terutama di kalangan remaja

 

Simak Video Menarik Berikut:


Faktor Risiko, Diagnosis, dan Penanganan

Faktor Risiko

Depresi adalah penyakit yang kompleks dengan beberapa penyebab seperti biologis, psikologis, dan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap depresi, termasuk:

  • riwayat depresi keluarga
  • dilahirkan dari seorang ibu yang lebih muda dari 18 tahun
  • riwayat stres atau trauma, termasuk konflik antara orang tua atau pengasuh anak
  • masalah tidurmasalah medis, terutama penyakit kronis, seperti asma
  • gaya berpikir yang negatif
  • hubungan yang buruk dengan teman
  • kehilangan baru-baru ini, seperti pindah sekolah atau kematian orang yang dicintai

Diagnosis

Seorang profesional kesehatan mental seperti psikiater, terapis, atau pekerja sosial akan membantu seseorang yang didiagnosa depresi. Dokter akan menentukan apakah mereka mengalami depresi, kondisi kesehatan mental lain, atau keduanya.

Pengasuh, orang tua, dan keluarga dapat membantu dokter membuat diagnosis dengan membuat daftar gejala anak. Mereka harus siap menjawab pertanyaan tentang riwayat anak, kapan gejala pertama kali muncul, dan apakah ada riwayat keluarga depresi.

Dokter bisa jadi ingin bertemu dengan anak itu sendirian karena beberapa anak, terutama remaja, mungkin merasa tidak nyaman mendiskusikan permasalaha mereka di depan orang lain.

 


Penanganan

Perawatan untuk depresi dapat meliputi terapi, pengobatan, perubahan gaya hidup, dan konseling.

Beberapa orang perlu mencoba beberapa strategi perawatan sebelum mereka menemukan satu yang cocok untuk mereka. Dokter dapat merekomendasikan terapi individual untuk membantu anak mengelola emosi dan stres dengan baik, atau meningkatkan aktivitas pada anak dengan berolahraga. Jika diperlukan, dokter juga akan memberikan obat anti depresan.

Selain itu, untuk menangangi seorang anak yang mengalami depresi, peran dari keluarga merupakan salah satu hal yang terpenting. Salah satunya, menciptakan suara rumah yang stabil dan seharmonis mungkin. 

Mendidik anggota keluarga tentang depresi dapat memberikan dukungan dan bantuan kepada anggota keluarga lain yang terkena depresi.

 

Penulis : Lorenza Ferary

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya