Gubernur Sumsel Sebut Tewasnya Petani Durian Bukan karena Serangan Harimau

Gubernur Sumsel Herman Deru membantah jika petani durian yang tewas mengenaskan di Kabupaten Lahat Sumsel, merupakan korban dari serangan harimau sumatra.

oleh Nefri Inge diperbarui 24 Des 2019, 21:00 WIB
Gubernur Sumsel Herman Deru membantah jika petani durian yang tewas mengenaskan di Kabupaten Lahat Sumsel, merupakan korban dari serangan Harimau Sumatera (Dok. Humas Pemprov Sumsel / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Kematian SW (56), warga Desa Pajar Bulan, Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan (Sumsel), pada hari Minggu (22/12/2019) lalu, diduga kuat akibat diserang harimau sumatra.

Beberapa fakta kuat mengarah ke penyerangan harimau sumatra, seperti pondokan korban yang hancur, jejak kaki harimau sumatra hingga kondisi tubuh korban yang terpotong-potong tercecer di beberapa tempat.

Ternyata ini tidak membuat Gubernur Sumsel Herman Deru yakin, bahwa SW tewas karena serangan harimau sumatra. Bahkan, dia membantah jika ada isu tentang bertambahnya korban serangan hewan buas ini.

"Bukan itu, bukan harimau yang menyerang. Belum bisa dipastikan kematiannya itu akibat harimau atau bukan," katanya, Senin (23/12/2019).

Orang nomor satu di Sumsel ini juga meminta kepada masyarakat untuk menunggu hasil autopsi dari rumah sakit terlebih dahulu sebelum menyimpulkan penyebab kematian korban. Apakah benar petani durian tersebut tewas akibat Harimau Sumatra atau bukan.

Untuk menguatkan argumennya, Herman Deru juga sudah menerima laporan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel. Bahwa kematian petani asal Lahat Sumsel tersebut, bukan dari serangan harimau sumatra.

"Kata BKSDA Sumsel, gigitan di tubuh korban itu bukan dari harimau sumatra. Mungkin meninggalnya korban itu akibat hal yang lain," ujarnya.

SW sendiri ditemukan tewas mengenaskan di kebun duriannya, di Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat Sumsel. Korban sudah satu minggu menginap di pondokannya, untuk menunggu panen durian miliknya.

Jika benar korban tewas akibat serangan harimau sumatra, akan menambah panjang deretan korban serangan hewan buas ini. Sudah ada empat korban yang meninggal dunia secara mengenaskan di kawasan perkebunan. Terutama di Kota Pagar Alam dan Kabupaten Lahat Sumsel.

Sebelumnya, Gubernur Sumsel memastikan kepada masyarakat di Kota Pagar Alam dan Kabupaten Lahat untuk tidak khawatir dengan adanya harimau sumatra karena hewan buas tersebut tidak akan mengganggu.

Dia juga meminta warga Pagar Alam dan sekitarnya, agar tidak terpancing dengan isu yang marak menyebar, jika ada teror harimau sumatra di dua daerah ini.

"Masyarakat tidak perlu takut yang berlebihan. Tetaplah beraktivitas seperti biasa. Namun, tetap waspada dan tidak boleh beraktivitas sendirian," katanya usai menggelar kunjungan kerja dan rapat koordinasi (rakor) di Pagar Alam beberapa waktu lalu.

Dia menegaskan jika manusia dan alam akan terjadi interaksi saling berkaitan. Apalagi wilayah di Kota Pagar Alam dan Kabupaten Lahat Sumsel, merupakan bagian dari alam dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA), termasuk habitat Harimau Sumatera.

 


Harimau Terancam Punah

Kawasan Gunung Dempo Kota Pagar Alam menjadi salah satu tempat habitat hidup Harimau Sumatera di Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

"Harimau sumatra tidak akan menyerang jika habitatnya tidak diganggu. Saya minta masyarakat jangan sekalimengganggu habitat harimau sumatra,” ungkapnya.

Isu teror harimau sumatra, menurutnya juga, sangat merugikan Kota Pagar Alam, apalagi kawasan ini menjadi salah satu pusat wisata alam yang banyak dikunjungi wisatawan jelang akhir tahun.

Dia sudah melaporkan kasus penyerangan harimau sumatra ke Kementrian Lingkungan Hiduo dan Kehutanan (KLHK). Herman Deru juga sempat bertanya ke warga yang bermukim di sekitar hutan di kawasan Gunung Dempo Kota Pagar Alam.

"Warga mengakui tidak merasa resah dengan berita harimau menyerang masyarakat. Karena tidak ada sejarahnya masyarakat Kota Pagar Alam yang diserang harimau," katanya.

Ketua Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel Genman Suhefti Hasibuan mengungkapkan, di Indonesia ada tiga jenis harimau yakni harimau bali, harimau jawa, dan harimau sumatra. Namun, hanya bersisa harimau sumatra yang juga habitatnya terancam punah.

BKSDA Wilayah II Lahat telah melakukan upaya mengatasi isu harimau sumatra, dengan melakukan sejumlah langkah. Seperti koordinasi dengan sejumlah pihak terkait, melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan keberadaan satwa liar yang dilindungi.

"Kami juga laporkan hingga saat ini sudah ada lima orang yang menjadi korban, tiga meninggal dunia dan dua orang lagi luka-luka yang cukup serius. Semuanya penyerangan terjadi di kawasan hutan lindung yang merupakan habitat harimau," ucapnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya