Jorge Lorenzo Tak Pernah Dibedakan dengan Marquez, Ini Penyebab Kegagalan di Honda

Jorge Lorenzo kembali mengungkapkan apa sebenarnya yang jadi masalah utama kegagalannya dengan Repsol Honda di MotoGP 2019 lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Des 2019, 13:50 WIB
Pembalap Repsol Honda, Jorge Lorenzo, saat mengumumkan akan pensiun dari MotoGP. Kabar itu disampaikan Lorenzo pada konferensi pers jelang MotoGP Valencia, Kamis (14/11/2019). (AFP/Jose Jordan)

Liputan6.com, Madrid- Jorge Lorenzo mengakhiri karier di MotoGP dengan buruk. Dia tak bisa berbuat banyak dengan Repsol Honda dan bahkan hanya bertahan satu musim sebelum memutuskan pensiun dari MotoGP pada musim ini.

Jorge Lorenzo tak mau menyalahkan Repsol Honda sebagai penyebabnya. Dia mengatak ada beberapa hal yang membuatnya dia sulit berkembang meski Honda sudah berusaha keras.

Meski dirundung banyak cedera, sulit tampil kompetitif, hingga akhirnya memutuskan pensiun dari MotoGP akhir musim ini, Jorge Lorenzo menegaskan bahwa Honda Racing Corporation (HRC) dan Repsol Honda telah membantunya sebaik mungkin demi kompetitif.

Saat tiba di Honda, Lorenzo merasa langsung nyaman mengendarai RC213V versi 2018 dalam masa uji coba, namun sekalinya Honda menyajikan RC213V versi 2019 yang lebih bertenaga, Lorenzo seolah kehilangan arah. Berbagai cedera juga mempersulitnya beradaptasi.

Tapi Jorge Lorenzo mengaku ia sama sekali tak dianaktirikan Honda, yang juga menaungi Marc Marquez. "Saya rasa mereka sudah bekerja sebaik mungkin. Mereka juga tahu bahwa mereka sudah berusaha. Tapi kami terhalang oleh regulasi yang ketat: mesin, elektronik, dan lainnya," ujarnya via BT Sport.

 

Video


Bukan Rider Utama Honda

Pembalap Repsol Honda Team, Marc Marquez (depan) dan rekan setimnya Jorge Lorenzo saat latihan bebas pertama (FP1) MotoGP Malaysia di Sirkuit Sepang, Jumat (1/11/2019). Marc Marquez berada di posisi keempat pada FP1 MotoGP Malaysia. (AP Photo/Vincent Thian)

Meski begitu, Lorenzo juga yakin kesulitannya didukung fakta bahwa ia bukan rider nomor satu di Honda, yakni situasi yang berbeda dari saat ia masih membela Yamaha dan Ducati, di mana ia menjadi rider nomor satu dan segala pengembangan motor disesuaikan kebutuhannya.

"Memang benar bahwa saat saya tiba di Yamaha, motor mereka sudah terasa alami bagi saya. Beberapa tahun kemudian, Valentino (Rossi) pergi ke Ducati, dan saya jadi referensi utama Yamaha, hingga evolusi dan semua 'puzzle' mengikuti arah pengembangan saya," tuturnya.

"Saat di Ducati, saya juga jadi referensi utama, semua evolusi mengikuti saya. Sementara saat pindah ke Honda, saya bukan referensi utama. Ini wajar. Marc meraih banyak gelar, jadi dialah rider utama Honda, hingga motor mereka juga mengikuti arahnya. Tapi ini mempersulit rider 'standar' seperti saya," ungkap Lorenzo.

 


Hargai Perhatian Honda dan Alberto Puig

Lima kali juara dunia ini juga menyatakan hubungannya dengan HRC terjalin sangat baik, terutama dengan Manajer Tim Repsol Honda, Alberto Puig, meski mereka gagal meraih hasil baik. "Hubungan saya dengan Honda sangat baik. Alberto adalah orang yang percaya pada saya. Tapi saya malah akhirnya mengecewakannya," ujarnya.

"Tapi ia selalu mendukung saya, karena ia eks pebalap, jadi ia paham rasanya cedera. Ia selalu mendorong saya meraih hasil baik demi bertahan. Saat saya memberitahu keputusan pensiun, ia menangis. Ia tampak punya karakter keras, tapi nyatanya orang yang sangat sensitif dan sangat memahami Anda. Saya sangat menghargai ini semua," tutup Lorenzo.

Lorenzo, yang pensiun dalam usia 32 tahun, baru-baru ini digosipkan kembali didekati Yamaha untuk dijadikan test rider. Pabrikan Garpu Tala memang tengah menjadi test rider yang bisa memenuhi program tim uji coba Eropa mereka untuk MotoGP.

Disadur dari Bola.net (Anindya, published 25/12/2019)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya