Natal Terakhir Ibu yang Sakit Parah bersama Dua Putrinya

Natal 2019 ini merupakan Natal terakhir bagi seorang ibu yang sakit parah bersama dua putrinya.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 25 Des 2019, 16:00 WIB
Natal terakhir ibu yang sakit parah bersama dua putrinya. Ilustrasi Natal di Asia Tenggara | unsplash.com/@guillealvarez

Liputan6.com, Milngavie Bagi Jennifer Bell (28), Natal 2019 merupakan Natal terakhir yang ia habiskan bersama dua putrinya. Ia didiagnosis penyakit motor neurone pada Maret lalu setelah bermasalah dengan kemampuan bicara.

Tragisnya, Jennifer hanya diperkiraan hanya akan bertahan hidup sembilan bulan. Walaupun begitu Jennifer beranggapan, bisa merayakan Natal bersama dua putrinya, Georgia (8) dan Kacey (1) adalah sebuah keajaiban.

"Natal sangat dekat. Faktanya, aku berada di sini adalah keajaiban. Aku merasa diberkati. Kami mengadakan makan malam keluarga besar saat Natal. Jadi, kami sangat senang," tutur Jennifer, yang tinggal di Milngavie, East Dunbartonshire, Skotlandia, dikutip dari Wales Online, Rabu (25/12/2019).

"Aku hanya merasa damai, bahagia, dan puas bahwa mendapatkan hari Natal yang sangat istimewa bersama dua putri beserta seluruh keluarga besar."

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Sulit Mengunyah Makanan

Jennifer sulit mengunyah makanan. (Liputan6.com/M.Iqbal)

Jennifer memasuki tahun ketiga kuliah keperawatan ketika mendadak mengalami masalah dengan kemampuan berbicara. Ia kesulitan mengucap kata-kata.

Pada awalnya diberitahu oleh dokter, penyebab gangguan itu dipengaruhi hormon dari kehamilan anak keduanya, Kacey.

Sayangnya, mendekati tahun terakhirnya di universitas, ia didiagnosis penyakit motor neurone atau yang dikenal penyakit saraf motorik.

“Karena didiagnosis penyakit tersebut, gejala kesulitan berbicara perlahan-lahan pasti memburuk. Aku juga sulit mengunyah makanan," ujar Jennifer.

"Semua gejala berkaitan dengan otot-otot bulbar di mulut dan tenggorokan. Secara fisik, lengan dan kaki baik-baik saja. Mulai sekarang aku harus menyesuaikan pola makan dengan makanan lunak."

Melawan penyakit yang semakin lama parah, Jennifer menemukan kekuatan dari kedua putrinya.

“Mereka adalah duniaku. Setiap hari aku melihat mereka tumbuh dewasa, tertawa. Dan mereka bilang mencintaiku. Aku tahu mereka membutuhkanku. Aku akan berada di sini, merawat mereka selama mungkin," ceritanya.

Meski situasi Jennifer sult, ia bersyukur atas pencapaian hidup. Ia melahirkan dan membesarkan dua putrinya, meraih gelar sarjana, dan punya kesempatan melakukan banyak hal yang beberapa orang tidak pernah dapat lakukan dalam hidup.

“Aku tidak akan pernah menyerah dengan penyakit ini. Aku akan melawannya. Saat ini, aku merasa sangat bahagia," Jennifer menerangkan.


Bahagia Lihat Anak Tumbuh

Jennifer bahagia lihat anaknya tumbuh. ilustrasi/copyright pexels.com/Sunbae Legacy

Kebahagiaan Jennifer di sisa hidupnya adalah melihat anak-anaknya tumbuh. Kacey sudah bisa berbicara dan berjalan. Bersama dua anaknya, Jennifer membuat kenangan khusus setiap hari.

“Georgia membuat buku tentang hidupku yang menurutnya lucu.Dia mengobrol secara terbuka tentang ini-itu. Aku sudah bilang tidak apa-apa untuk membicarakannya," tambah Jennifer.

"Kadang-kadang dia akan bertanya, 'Mummy, kapan akan ke surga?' Dan saya hanya mengatakan kepadanya, 'Tidak ada yang tahu kapan Tuhan akan membawa kita. Sehingga kita harus bahagia dan membuat kenangan khusus setiap hari.'

Jennifer juga menjelaskan kepada sang anak, 'kita semua akan pergi ke tempat yang sama suatu hari. Semua orang akan berkumpul bersama lagi.'

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya