Dokter Magang di Prancis Demo Tuntut Prospek Karier yang Layak

Dokter magang di Prancis protes karena dituntut bekerja layaknya dokter profesional, padahal mereka masih belajar.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 26 Des 2019, 09:00 WIB
Foto demo dokter magang di Prancis pada 17 Desember lalu. Dok: AP

Liputan6.com, Paris - Musim libur Natal tak menghalangi dokter magang di Prancis untuk turun ke jalan demi menuntut prospek karier yang layak. Mereka protes karena selama melakukan magang para dokter muda itu melihat prospek karier yang suram.

Dilansir AP News, Kamis (25/12/2019), sistem kesehatan rumah sakit pemerintah di Prancis sedang terkendala masalah dana. Para dokter magang merasa dijadikan sebagai pengganjal untuk mengisi kekurangan tenaga ketimbang dilatih menjadi profesional.

Dokter-dokter magang itu secara teknis masih dalam proses belajar, namun seringkali bekerja dengan jam kerja dan prosedur yang sama seperti dokter senior mereka.

"Mereka memanggil kita mahasiswa, tetapi ketika mereka membutuhkan kita, mereka memanggil kita dokter," ujar Xavier Charley yang magang di Rumah Sakit La Timone, Paris.

Para dokter magang ini dengan bangga memakai seragam dan name tag mereka ketika berdemo untuk menunjukan komitmen mereka pada pekerjaan mereka.

Di satu sisi mereka merasa bersalah karena meninggalkan tempat jaga dan pasien, di sisi lain mereka ingin meminta perhatian kepada kondisi di RS La Timone.

Akibat demo ini, dokter-dokter senior harus mengambil alih tugas-tugas dari anak magang mereka yang sedang demo. RS di Prancis diwajibkan secara hukum untuk menyiapkan level minimum pelayanan meski ada unjuk rasa.

Demo dokter magang kali ini berbeda dari aksi sebelumnya. Dahulu mereka tetap bekerja, tapi tak menerima bayaran. Xavier Charley menyebut cara demo seperti itu tidak ada artinya dan bertekad terus berdemo selama musim libur Natal.

Pihak Kementerian Kesehatan pun akan menemui perwakilan pegawai pada Januari mendatang dan berharap menemukan solusi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Demo Pensiun di Prancis

Demonstrasi terkait sistem pensiun di Prancis. (Source: AFP/ Zakaria Abdelkafi)

Sementara itu, awal bulan ini, jutaan orang Prancis tengah ambil bagian dalam aksi demonstrasi di Prancis, menentang masalah reformasi pensiun. Aksi massa ini menjadi amukan terbesar sejak Presiden Emmanuel Macron menjabat. 

Para pekerja tersebut merasa marah lantaran rencana reformasi pensiun yang akan membuat mereka mengalami pensiun dini atau pengurangan gaji.

Dilansir dari BBC, demonstran yang ikut serta berasal dari berbagai latar pekerjaan dan menuntut perubahan rencana. Di beberapa kota, bentrokan antar masyarakat dan polisi terjadi. 

Presiden Emmanuel Macron ingin memperkenalkan sistem pensiun berdasarkan poin. 

Rencananya tersebut akan menggantikan sistem yang saat ini ada, di mana 42 skema pensiun yang berbeda baik di sektor pemerintah maupun swasta dengan usia pensiun yang beragam serta keuntungannya.

"Apa yang harus kita lakukan adalah mematikan ekonomi," ujar Union Official Christian Groiller of the Force Ouvriere.

Sejak memerintah, Presiden Macron memang telah memaksakan beberapa bentuk reformasi termasuk kelonggaran undang-undang buruh serta memotong pajak bagi usaha yang berjalan.  


Terjadi di Sekitar 100 Kota

Demonstrasi di Prancis. (Source: AFP/ C. Mahoud)

Masih terkait demo di Prancis, menteri dalam negeri telah menyebutkan bahwa demonstrasi telah terjadi di lebih dari 100 kota di Prancis. 

General Confederation of Labour (CGT union) juga melaporkan bahwa para pekerja telah menutup tujuh dari delapan kilang minyak milik negara. Hal tersebut berpotensi menyebabkan berkurangnya bahan bakar jika aksi terus berlanjut. 

Di Paris, beberapa tempat wisata populer seperti Menara Eiffel, Musée d'Orsay dan the Palace of Versailles terdampak, ditutup seharian.

Pihak kepolisian di Paris sejauh ini telah menangkap 71 orang. Bahkan telah terjadi sejumlah aksi vandalisme di beberapa kota seperti Nantes, Bordeaux, Rennes. 

Sebagai dampaknya, dari 16 jalur transportasi umum metro di Paris, yang beroperaso hanyalah lima. 

Ratusan penerbangan pun terpaksa harus dibatalkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya