Heboh Teror Ular, di Kampung Ini Anak-Anak Malah Akrab dengan Piton Raksasa

Anak-anak ini memang sudah sangat akrab dengan ular-ular jumbo. Sebab, mereka selalu melewati kandang piton raksasa yang dibangun dengan tembok berpengaman kaca ini

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 26 Des 2019, 13:00 WIB
Nyaris tiap hari, anak-anak ini bermain dengan ular, di sela kesibukannya mengaji. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Kebumen - Akhir-akhir ini, warga di berbagai belahan Indonesia heboh oleh penampakan ular-ular di rumah atau permukiman. Celakanya, fenomena alam yang sebenarnya biasa itu memunculkan isu teror ular.

Kemunculan alam saat intensitas hujan meningkat sebenarnya adalah hal lumrah. Mereka mencari perlindungan, dan tentu, makanan.

Semuanya berujung ke bagaimana ular bertahan hidup atau survival. Dan kondisi ini sangat alamiah.

Munding Aji, pemilik 10 ekor ular piton raksasa di Pejagoan, Kebumen, mengatakan ular tak sengaja masuk ke permukiman atau ke dalam. Bisa jadi lantaran habitatnya terganggu, atau karena perubahan cuaca yang signifikan.

Manusia adalah makhluk yang paling ditakuti oleh ular.Muskil kiranya, jika ular sengaja mendekati permukiman dengan risiko bertemu dengan predator terhebat di muka bumi.

“Mereka hanya bertahan hidup,” ucapnya, melalui aplikasi pesan, Senin, 22 Desember 2019.

Munculnya isu teror ular itu membuat Munding khawatir. Pasalnya, ular akan dianggap menjadi musuh. Akibatnya, ular akan semakin terancam.

Simak video pilihan berikut ini:


10 Ekor Piton Raksasa

Bagi anak-anak, piton berbobot 300 kilogram adalah sahabat. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Padahal, ular bukan lah hewan berbahaya, asal mengusai ilmunya. Dan itu dibuktikan Munding yang selama belasan tahun memelihara ular piton berukuran raksasa. Salah satunya bahkan berbobot sekitar 300 kilogram.

Ular-ular ini pun sangat jinak. Secara berkala, banyak rombongan anak-anak TK, PAUD, SD atau kelompok lainnya yang menyambangi rumahnya untuk melihat ular.

Tentu saja, ketika ada kunjungan, Munding menyiapkan para pawang untuk mendampingi anak-anak ini bermain dengan ular.

Dia ingin membuktikan bahwa ular tak seberbahaya seperti yang beredar di masyarakat. Ia ingin mengenalkan ular-ular ini kepada masyarakat luas. Karenanya, ia pun tak memungut bayaran dari kunjungan anak-anak ini.

“Yang penting mereka yang penasaran, datang ke sini dengan senang hati. Di sini bermain bersama ular2 dengan senang hati. Dan pulang dengan senang hati. Tanpa dipungut biaya apa pun,” ucapnya.

Liputan6.com sempat berkunjung ke rumah Munding beberapa waktu lalu. Rumah munding bersebelahan dengan madrasah atau Tempat Pendidikan Alquran (TPQ). Saat ular-ular raksasa itu dikeluarkan secara bersamaan tiba waktu istirahat madrasah.


Keakraban Bocah dengan Sanca Berbobot 300 Kilogram

Anak-anak di Pejagoan, Kebumen akrab dengan ular-ular piton raksasa. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sontak, santri-santri cilik ini berlarian semacam gasing. Sebagian dari mereka langsung mendekati ular. Beberapa lainnya bahkan ikut sibuk membantu mengeluarkan hewan raksasa ini. Beberapa saat kemudian, mereka pun ikut membersihkan tubuh ular dengan kain lap.

Anak-anak ini memang sudah sangat akrab dengan ular-ular jumbo ini. Sebab, mereka selalu melewati kandang piton raksasa yang dibangun dengan tembok berpengaman kaca ini.

Nyaris tiap sore, sebelum atau sesudah mengaji, anak-anak kecil di RT 01 RW 2 Desa Pejagoan Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen ini bermain dengan ular-ular piton raksasa peliharaan Munding.

Jenis ular sanca batik terbesar peliharaan Munding berbobot 300 kilogram. Namanya Rambo. Rambo telah dipelihara selama 10 tahun. Saat itu, Rambo baru berukuran sebesar jempol tangan dengan panjang kurang dari satu meter.

Namun kini Rambo telah berbobot 300 kilogram dengan panjang tubuh mencapai delapan meter. Rambo akrab pula dengan anak-anak ini. Namun, lantaran terlalu besar, anak-anak kepayahan untuk hanya sekadar mengangkat kepala Rambo.


Edukasi untuk Pelestarian Alam

Anak-anak membantu pawang ular mengeluarkan piton berbobot kwintalan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Karenanya, bocah-bocah ini lebih suka bermain dengan ular lain, Syahrini dan Selvi, yang berkategori raksasa, tapi bobot tubuhnya masih di bawah Rambo. Dua sanca Batik ini berbobot kurang lebih 200 kilogram,.

Alasannya, Syahrini dan Selvi lebih mudah diajak bermain lantaran kepalanya masih bisa diangkat oleh tubuh kecil anak-anak ini. Syahrini juga menjadi idola lantaran tabiatnya yang manis.

“Nggak takut, tapi berat,” kata salah satu anak, Arif Hidayat, Rabu, 25 Januari 2018.

Tak berbeda dengan Arif, Ahmad Nabil juga akrab dengan ular. Tak sedikit pun ia terlihat takut menggendong atau membelai-belai kepala ular.

Sang ular pun tampak akrab dengan anak-anak ini. Beberapa kali sang ular mendesis. Mendesis dalam pengertian awam adalah suara menyeramkan dari hewan yang nyaris tersebar merata di seluruh kawasan tropis ini.

Tetapi, di sini, suara desisan ular piton dianggap semacam suara ngorok kucing yang bahagia bertemu dengan tuannya. Desisan itu adalah suara napas piton.

Munding turut gembira jika anak-anak bermain dengan ular. Baginya, itu adalah cara efektif untuk mengenalkan dan mengajarkan kelestarian alam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya