Liputan6.com, Jakarta - Epilepsi adalah penyakit yang mengganggu aktivitas fisik sistem saraf. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menggambarkan epilepsi sebagai kondisi otak yang menyebabkan kejang berulang.
Kejang ini terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh jaringan fibrosa, yang menganggu sistem pesan antar sel-sel otak. Selain itu, stoke juga menjadi penyebab umum kejang ini terjadi. Terutama, pada usia diatas 65 tahun.
Advertisement
Hubungan antara autisme dan epilepsi, riwayat keluarga dan cidera otak merupakan penyebab utama lainnya. Namun, Epilepsy Foundation mengatakan bahwa penyebab dari penyakit ini tidak diketahui pada 60 persen orang.
Epilepsy Foundation ini juga memperkirakan bahwa 1 dari 26 orang Amerika akan terserang penyakit epilepsi selama hidup mereka. Orang dengan penyakit epilepsi memiliki berbagai pilihan perawatan, termasuk terapi alternatif.
Namun, penyakit ini merupakan kondisi yang kompleks, dan semua pilihan pengobatan alternatif harus diperhatikan untuk memastikan pengobatan yang paling efektif.
Walaupun obat anti-epilepsi (AED) membantu kebanyakan orang mengendalikan gejala mereka, pada beberapa tidak sama sekali. Selain itu, beberapa orang khawatir tentang keamanan jangka panjang dari obat-obatan tersebut.
Seperti yang diwartakan dalam laman Medicalnewstoday, dipaparkan beberapa perawatan epilepsi alternatif.
Saksikan Video Menarik Berikut:
Perawatan Epilepsi Alternatif
Ganja medis
Cannabis sativa, atau ganja telah digunakan untuk mengobati kejang selama berabad-abad. Ketertarikan dalam penggunaan ganja medis sangat kuat untuk sekitar 1 juta penduduk Amerika Serikat yang tidak mengonsumsi obat anti-epilepsi.
Charlotte's Web adalah jenis ganja yang di kembang biakkan karena mengandung kadar Cannabidiol (CBD) yang tinggi. Ganja ini diakui sejak menurunnya kondisi kejang anak dengan 2-3 bulan perawatan.
Namun, studi ilmiah memaparkan bahwa perawatan jenis ini belum membuktikan keefektifan ganja dalam mengobati epilepsi, dokter umumnya tidak merekomendasikan penggunaannya.
Diet
Diet adalah salah satu bentuk perawatan paling awal untuk epilepsi dan digunakan dengan variasi kontemporer untuk memudahkan anak-anak dan orang dewasa.
Diet ketogenik adalah diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat yang telah berhasil mengurangi kejang pada anak-anak yang tidak dapat mentolerir atau mendapatkan efek yang bagus dari obat anti-epilepsi. Diet ini memerlukan komitmen dan pemantauan yang luas.
Selain itu, diet atkins juga dapat menjadi pilihan karena diet ini tinggi protein dan juga rendah karbohidrat dan telah menunjukkan efek positif.
Perawatan Herbal
Perawatan herbal telah digunakan oleh 80 persen populasi dunia. Beberapa tumbuhan seperti chamomile, passionflower, dan valerian dapat membuat perawatan epilepsi lebih efektif dan menenangkan.
Namun, beberapa tumbuhan seperti ginkgo, ginseng, dan rempah-rempah yang mengandung kafein dan efedrin dapat memperburuk kejang.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat tidak memantau penggunaan herbal ini. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian yang lebih dan membeli ramuan herbal dari sumber terpercaya.
Vitamin
Kadar vitamin B6 yang rendah diketahui dapat menjadi pemicu kejang. Magnesium, vitamin E, serta suplemen nutrisi lainnya, telah diidentifikasi untuk mengobati epilepsi.
Orang yang mengonsumsi obat anti-epilepsi seringkali disarankan untuk mengonsumsi pula suplemen vitamin D untuk menjaga sistem tubuh agar tetap seimbang.
Seiring dengan konsumsi vitamin B6, magnesium, dan vitamin E, telah terbukti membantu mengobati epilepsi. Tiamin juga dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir pada penderita epilepsi.
Relaksasi
Ada banyak praktik yang dapat diikuti penderita epilepsi untuk membantu agar merasa lebih tenang, seperti mengendurkan otot, tidur lebih nyenyak, dan menikmati kondisi pikiran yang lebih baik.
Beberapa minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi, seperti lavender, chamomile, melati telah terbukti efektif dalam mencegah kejang ketika digunakan dengan teknik relaksasi.
Penulis : Lorenza Ferary
Advertisement