Kaleidoskop 2019: Wanita di Balik Bom Bunuh Diri Sibolga hingga Penusukan Wiranto

Berbagai pihak berkomentar dan turut menyayangkan, lantaran Romi, yang selama ini dikenal sebagai Ketua Umum partai paling muda, dan dikenal sebagai sosok yang bersih.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Des 2019, 08:29 WIB
Menkopolhukam Wiranto diserang orang tak dikenal saat di Pandeglang, Banten. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - 2019 menjadi tahun yang cukup ‘sibuk’ bagi warga tanah air. Selain harus menghadapi hajatan Pemilu Pilpres dan Pileg, sejumlah perisitiwa kejahatan luar biasa juga terjadi sepanjang tahun 2019.

Berdasarkan data yang dihimpun Liputan6.com, ada sejumlah kasus kejahatan yang menjadi sorotan dan menimbulkan polemik yang cukup panjang selama 2019. Beberapa di antaranya yaitu kasus  pengungkapan jaringan terorisme di Sibolga, Sumatera itu.

Yang menjadi sorotan, yaitu peran istri terduga teroris, Abu Hamzah yang menolak menyerah, dan memilih untuk meledakkan diri bersama anak-anaknya di dalam rumah yang telah terkepung aparat.

Selain itu penangkapan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy dalam operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK. Pemberitaan penangkapan Romi, sapaan Romahurmuziy ini sempat bertengger menjadi topik yang cukup lama menjadi pembahasan di masyarakat.

Berbagai pihak berkomentar dan turut menyayangkan, lantaran Romi, yang selama ini dikenal sebagai Ketua Umum partai paling muda, dan dikenal sebagai sosok yang bersih.

Dua bulan jelang berakhirnya 2019, serangan teror kembali terjadi, kali ini dialami oleh Menko Polhukam, Wiranto. Mantan Ketua Umum Partai Hanura itu ditusuk oleh terduga teroris pengikut Jemaah Ansarut Daulah (JAD) di Pandeglang, Banten.

Selain itu ada pula berita kejahatan bermuatan politik, yaitu mengenai pengungkapan pengungkapan skenario pembunuhan 4 tokoh nasional, yang menjerat mantan Pangkostrad Kivlan Zen, dan politikus PPP Habil Mariti.

Berikut sejumlah beberapa beritat terpopuler yang menjadi topik terhangat sepanjang 2019:


Detik-Detik Teroris Sibolga Gagal Bujuk Istrinya yang Memilih Ledakkan Bom

Kondisi lokasi ledakan bom Sibolga dalam keterangan pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/3). Mabes Polri mengkonfirmasi istri terduga teroris Husain alias Abu Hamzah, meledakkan diri bersama sang anak, di dalam kamar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Upaya negosiasi terhadap istri terduga teroris, Husain alias Abu Hamzah (AH) di Sibolga, Sumatera Utara untuk menyerahkan diri kandas.

Wanita yang belum diungkap identitasnya itu memilih mengakhiri hidupnya dengan melakukan bom bunuh diri bersama anaknya dari dalam rumah.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, untuk membujuk agar wanita itu mau menyerahkan diri, polisi telah melibatkan sang suami, Husain, agar  segera menyerahkan diri. Negosiasi yang dipimpin Kapolda Sumatera Utara Irjen Agus Andrianto itu juga melibatkan tokoh masyarakat.

"Suaminya itu bahkan sempat menyampaikan imbauan kepada istrinya. Tapi AH (Husain) yakin dan menyampaikan kepada petugas, istrinya lebih kuat terpapar paham ISIS dibanding dia sendiri," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/3/2019).

Aparat masih menjaga jarak dengan rumah Husain dalam negosiasi tersebut. Sebab diketahui banyak bom rakitan di dalam rumah yang siap diledakkan kapan saja. Menurutnya, negosiasi dilakukan dengan sangat hati-hati agar bisa menyelamatkan nyawa istri dan anaknya yang masih balita. 

Baca selengkapnya di sini


Penusukan Wiranto di Banten

Menko Polhukam Wiranto jadi korban penusukan saat kunjungan kerja ke Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis 10 Oktober 2019.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan kronologi terjadinya peristiwa tersebut. Saat itu, Wiranto baru sampai di lokasi untuk menghadiri acara pembekalan mahasiswa ketika seorang pria tak dikenal berusaha menusuknya.

"Peristiwa spontan. Ketika menuju mobil, ada masyarakat minta salaman. Beliau (Wiranto) menyalami, tapi bagian pengaman internal, dalam waktu singkat seorang yang diduga pelaku langsung menusukkan benda tajam. Kapolsek ada di tempat alami luka di punggung. Wiranto juga alami luka di tubuh bagian depan," tutur Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Pihak pengamanan yang saat itu bertugas sontak mendorong Wiranto agar jauh dari pelaku penusukan. Wiranto pun terjatuh ke tanah, namun sempat terluka kena benda tajam di perut bagian bawah. Pria pelaku penusukan langsung diamankan.

Selain itu, seorang Kapolsek juga sempat terkena tusuk ketika mengamankan. "Begitu srek mau menyerang, diamankan. Terus nyerang lagi, Kapolsek (kena tusuk)," sambungnya.

Baca selengkapnya di sini


Kivlan Zen dan Upaya Pembunuhan 4 Tokoh Nasional

Terdakwa kasus dugaan kepemilikan senjata api illegal, Kivlan Zen usai menjalani sidang lanjutan di PN Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2019). Majelis menunda sidang yang beragendakan pembacaan eksepsi karena alasan kesehatan dan legalitas kuasa hukum terdakwa. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Polisi menguak peran Kivlan Zen dalam kasus kepemilikan senjata api dan rencana pembunuhan terhadap empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei.

Hal ini terungkap dalam video kesaksian sejumlah tersangka kasus kepemilikan senjata api dan pembunuhan berencana yang diputar polisi dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/6/2019).

Mereka yang menjadi sasaran pembunuhan adalah Menko Polhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan mantan Kepala BNN Gories Mere, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.

Salah satunya adalah tersangka Irfansyah alias IR. Ia mengaku diperintahkan Kivlan Zen untuk membunuh Yunarto Wijaya saat bertemu dengan Kivlan Zen pada April 2019. Irfansyah bertemu Kivlan Zen di Masjid Pondok Indah ditemani rekannya, Armin dan Yusuf.

"Kivlan salat asar sebentar, setelahnya memanggil saya lalu saya masuk ke dalam mobil Kivlan, lalu (Kivlan) mengeluarkan HP dan menunjukkan alamat serta foto Yunarto quick count dan Pak Kivlan bilang 'cari alamat ini, nanti kamu foto dan video'. Siap saya bilang," kata Irfansyah dalam video yang diputar polisi dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam.

Baca selengkapnya di sini


Kisah Kelam Monika Korban Pengantin Pesanan di China

Monika, salah satu korban human trafficking atau perdagangan orang dengan modus pengantin pesanan. (Genantan Saputra)

Pernikahan Monika dengan bule asal China menyisakan kisah yang kelam. Perempuan 24 tahun itu merupakan korban pengantin pesanan dengan modus human trafficking atau perdagangan manusia.

Kisah Monika bermula saat ia diiming-imingi makcomblang atau perantara jodoh menikah dengan pria asal China. Pria yang ditawarkan disebut bekerja sebagai tukang bangunan dengan gaji besar. Makcomblang yang menjadi perantara pernikahannya berjumlah tiga orang berasal dari Jakarta, Singkawang, dan Pontianak. Mereka semua perempuan.

Monika pun dipertemukan dengan calon suaminya. Namun, dia mengaku sempat curiga lantaran foto pernikahannya tidak boleh diumbar ke media sosial.

"Mereka bilang pas foto itu kamu jangan (umbar) ke media, kita nanti ketahuan polisi, bahaya," kata Monika saat mengadu di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Minggu (23/6/2019).

Para makcomblang itu tetap meyakinkan Monika bahwa dirinya aman selama ikut suaminya ke China lantaran melalui pernikahan resmi pada umumnya. Ia bisa mengabarkan para makcomblang bila terjadi apa-apa.

"Kalau kamu nggak betah bisa telepon saya, saya pulangkan kamu, dia bilang gitu," kata Monika menirukan janji makcomblang.

Baca selengkapnya di sini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya