WHO: Jumlah Pria Pengguna Tembakau Menurun

Untuk pertama kali, terlihat ada penurunan pengguna tembakau di kalangan pria. Apa sebab?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Des 2019, 17:00 WIB
Ilustrasi Tembakau (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebutkan bahwa terjadi penurunan jumlah pria pengguna tembakau di dunia. Hal ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam mengurangi kerusakan dan menyelamatkan hidup masyarakat.

"Penurunan penggunaan tembakau di kalangan pria menandai titik balik dalam perang melawan tembakau," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir dari laman resminya pada Jumat (27/12/2019).

Tedros mengatakan, selama bertahun-tahun mereka telah melihat peningkatan jumlah pria yang menggunakan produk tembakau.

"Namun sekarang, untuk pertama kalinya, kita melihat penurunan pengguna laki-laki, didorong oleh pemerintah yang lebih keras terhadap industri tembakau," tambahnya.

WHO mencatat, hampir dua dekade terakhir, penggunaan tembakau global secara keseluruhan menurun dari 1,397 miliar di tahun 2000 menjadi 1,337 miliar pada 2018. Ini dimuat dalam laporan prevalensi penggunaan tembakau global WHO 2000-2025 edisi ketiga.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Prediksi Penurunan Pengguna

Ilustrasi Tembakau (iStockphoto)

WHO menemukan bahwa sebagian besar pengurangan terjadi karena semakin sedikit perempuan yang menggunakan produk terkait tembakau. Angkanya menurun sebesar 100 juta dari 2000 hingga 2018.

Mereka juga menyatakan bahwa meski dalam periode tersebut angka penggunaan tembakau pada pria meningkat sekitar 40 juta, namun tren tersebut diprediksi berhenti tumbuh dan akan menurun pada 2020. Setidaknya, 1 juta pria akan berhenti memakai produk tembakau, hingga berkurang sebesar 5 juta pada 2025.

WHO memprediksikan bahwa pada 2020, akan ada 10 juta lebih sedikit pengguna tembakau baik pria dan wanita dibandingkan 2018. Mereka mencatat 60 persen negara mengalami angka penurunan pemakaian tembakau sejak 2010.

"Ketika pemerintah memperkenalkan dan memperkuat tindakan berbasis bukti komprehensif mereka, mereka dapat melindungi kesejahteraan warga dan komunitasnya," kata Direktur Promosi Kesehatan WHO Ruediger Krech.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya