Hari Ketiga Natal, Demonstran Hong Kong Bersikeras Lanjutkan Unjuk Rasa

Nampaknya, para demonstran di Hong Kong tidak peduli entah hari Natal atau bukan. Mereka tetap melancarkan aksi unjuk rasanya di waktu negara lain sedang merayakan suka cita.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 27 Des 2019, 14:03 WIB
Aksi demonstrasi di Hong Kong pada hari Natal. (Source: AP/ Vincent Yu)

Liputan6.com, Hong Kong - Hong Kong mengalami kerusuhan politik selama tiga hari berturut-turut dalam periode Natal pada hari Kamis (26 Desember), ketika polisi dan pemrotes bentrok di dalam pusat perbelanjaan.

Para pengunjuk rasa menghabiskan sore hari mereka di hari itu dengan berbaris melalui beberapa mal meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan anti-polisi.

Menurut laporan Channel News Asia, Jumat (27/12/2019), polisi anti huru hara menendang puluhan demonstran berpakaian hitam di satu mal di distrik Tai Po menggunakan semprotan merica serta pewarna biru guna menandai tersangka, kata seorang wartawan AFP di tempat kejadian.

Bentrokan lebih lanjut pecah di empat mal lain. Polisi melakukan banyak penangkapan dan banyak toko menutup bagian depan toko mereka pada hari-hari sibuk mereka. 

Aksi demonstrasi di Hong Kong pada hari Natal. (Source: AP/ Vincent Yu)

Sejumlah polisi dengan tongkat dan perisai mengepung dan menyegel pusat perbelanjaan Langham Place di distrik Tsim Sha Tsui, Kowloon setelah pemrotes berpakaian hitam dan bertopeng menguasainya.

"Saya pikir tujuan kita untuk keluar adalah untuk ... membiarkan orang-orang menyadari bahwa begitu banyak pemrotes garis depan mengorbankan (barang-barang) untuk mereka. Mereka tidak boleh lupa dan (sekadar) merayakan Natal," kata Sandy, seorang demonstran muda yang mengenakan topeng hitam untuk menyembunyikan identitasnya.

"Kami telah berjuang selama hampir tujuh bulan hingga sekarang, dan polisi Hong Kong telah melakukan begitu banyak hal buruk."

Demonstran mengenakan baju dan berperan sebagai Carrie Lam serta Presiden China, Xi Jinping. (Source: AFP/ Philip Fong)

Hong Kong telah dihantui oleh aksi protes yang telah berlangsung selama kurang lebih tujuh bulan. Hal ini mengakibatkan merosotnya stabilitas keuangan sehingga membawa kota itu ke dalam status resesi.

Banyak mal di kota ini telah menjadi tempat protes rutin ketika para demonstran mencoba menyebabkan gangguan ekonomi dan menekan kepemimpinan kota yang pro-Beijing.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya