Liputan6.com, Jakarta - Kemunculan E-commerce telah mendukung kemajuan ekonomi digital di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir.
Riset berjudul "Navigating Market Opportunities in Indonesia’s E-Commerce" dari SIRCLO menyebut, penjualan ritel e-commerce Indonesia diprediksi menyentuh angka USD 15 miliar (sekitar Rp 210 triliun) pada 2018 dan akan meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 2022, yakni USD 65 miliar (sekitar Rp 910 triliun).
Berpijak pada riset tersebut, pasar ritel online yang tadinya hanya menyumbang sekitar 8 persen dari total penjualan pada tahun 2018, diprediksi akan menembus 24 persen pada tahun 2022.
Baca Juga
Advertisement
Hal yang juga patut disoroti adalah keberhasilan e-commerce ini didukung oleh faktor lain, salah satunya e-commerce enabler. Ia merupakan perusahaan yang menyediakan layanan strategi digital end-to-end ke unit bisnis lain yang ingin menjual produknya secara online.
Model bisnis B2B ini, walau terhitung masih baru di industri ini, menghadirkan layanan beragam, seperti produksi konten, pembuatan halaman Official Store di marketplace, eksekusi pemasaran, integrasi kanal penjualan online, hingga pengiriman produk ke pelanggan.
Di Indonesia, inilah enam e-commerce enabler terbaik yang memiliki portofolio klien beragam:
SIRCLO
SIRCLO melayani ratusan pemilik usaha untuk meningkatkan penjualan di berbagai marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Lazada, dan Blibli.com. Perusahaan ini menangani proses penjualan end-to-end di marketplace, mulai dari pengaturan stok hingga pemasaran produk. SIRCLO mengelola lebih dari 200 merek, dengan sejumlah klien global seperti Reckitt Benckiser, KAO, L'Oréal, Eiger, Levi's, dan Unilever.
SIRCLO merupakan perusahaan lokal yang didirikan pada 2013 dan secara eksklusif beroperasi di pasar Indonesia. Hal ini memberikan keuntungan bagi SIRCLO yang dinilai memiliki pengetahuan mendalam seputar ekosistem E-commerce tanah air.
aCommerce
E-commerce enabler yang berdiri pada 2013 dan berpusat di Bangkok, Thailand ini menjalankan kegiatan operasional di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Sejumlah kliennya yang tercatat pernah dikelola antara lain Adidas, Abbott, Samsung, dan Nescafe.
Jet Commerce
Pertama kali didirikan pada 2017 sebagai mitra distribusi resmi Alibaba.com, Jet Commerce kemudian memperluas portofolionya ke industri E-commerce dengan menyediakan layanan terpadu untuk merek yang ingin berjualan secara online. Perusahaan ini beroperasi di sejumlah negara yaitu Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Tiongkok. Portofolionya meliputi Pedigree, Oppo, Sariayu, dan Shiseido.
LincGroup (8Commerce)
LincGroup awalnya berfokus pada manajemen rantai pasok (supply chain management). Kini LincGroup membuka unit bisnis khusus untuk eCommerce enabler bernama 8Commerce. Layanan ini meliputi pembuatan strategi pemasaran digital, operasional toko, manajemen kanal digital, pergudangan, dan pengiriman produk. Sama halnya seperti SIRCLO, 8Commerce secara eksklusif menjalankan kegiatan operasionalnya di Indonesia.
Advertisement
SCI E-Commerce
E-commerce enabler asal Singapura ini menangani berbagai merek di Asia Tenggara dan Tiongkok. Tahun 2017, SCI E-commerce mulai beroperasi di Indonesia dan bermitra dengan lapak marketplace Bukalapak, Tokopedia, JD.id, dan Tmall Global. SCI E-commerce sedang menangani klien seperti Vivo, Mondelez International, dan Eversoft.
Intrepid Group
Perusahaan asal di Vietnam yang berdiri pada 2017 ini telah mendapatkan pendanaan awal senilai USD 2 juta sebelum melebarkan sayap ke Filipina dan Singapura.
Pada bulan Januari 2019 Intrepid Group mulai menawarkan jasanya di Indonesia untuk menjangkau pasar konsumen lebih luas melalui kanal dan strategi E-commerce yang tepat.
E-commerce enabler memainkan peran vital dalam melayani kebutuhan merek dan marketplace. Selain itu, mereka juga menawarkan solusi end-to-end supaya setiap merek dapat menjangkau pasar lebih luas.
Menurut data SIRCLO, industri E-commerce Indonesia berkontribusi lebih dari setengah nilai ekonomi digital pada tahun 2019 dan diprediksi akan mendominasi sektor digital hingga 60 persen pada tahun 2025 mendatang.
Nilai kapitalisasi pasar (market cap) E-commerce pada tahun 2019 mencapai USD 21 miliar (sekitar Rp 294 triliun). Angka ini melampaui sektor ekonomi digital lain, seperti pariwisata online (USD 10 miliar atau setara dengan Rp 140 triliun) dan industri ride-hailing atau jasa transportasi online (USD 6 miliar atau setara dengan Rp 84 triliun). Nilai ini pun diperikirakan akan mengalami peningkatan hingga menyentuh USD 82 miliar (sekitar Rp 1.148 triliun) pada tahun 2025 mendatang.
(Why/Isk)