China, Iran dan Rusia Bersatu, Gelar Latihan Angkatan Laut Gabungan

Di tengah tegangnya hubungan antara Amerika dan Iran, ketiga negara yaitu China, Iran dan Rusia justru bersatu dan bakal menggelar latihan angkatan laut gabungan.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Des 2019, 17:02 WIB
Kapal perang Iran Alborz, latar depan, bersiap untuk meninggalkan perairan Iran, 7 April 2015. (Kantor Berita Fars, Mahdi Marizad / AP)

Liputan6.com, Jakarta - China, Iran, dan Rusia akan menggelar latihan angkatan laut gabungan, di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika.

Dilansir dari VOA Indonesia, Jumat (27/12/2019), latihan militer ini akan dilakukan di Samudera Hindia dan Teluk Oman dari tanggal 27 hingga 30 Desember, kata pejabat Beijing dan Teheran.

Juru bicara Menteri Pertahanan China Wu Qian mengatakan kepada wartawan, Kamis, China akan mengirimkan Xining, kapal perusak yang dilengkapi peluru kendali dalam latihan itu.

Dia tidak memberi detail jumlah personil atau kapal yang akan mengikuti latihan itu secara keseluruhan.

Di Teheran, Juru bicara senior Angkatan Bersenjata Aboldalz Shekarchi menyebut, latihan itu akan “menstabilkan keamanan” di wilayah. Dia menyebut latihan gabungan ini bertujuan untuk mendukung “keamanan perdagangan internasional” dan “melawan teroris dan pembajakan.”

Sebelumnya, pihak Washington telah menawarkan misi angkatan laut yang dipimpin AS di Teluk Persia, setelah adanya rangkaian serangan di perairan Teluk yang disebut Amerika dan sekutunya dilakukan oleh Iran. Teheran membantah tudingan itu.

Gesekan semakin meningkat sejak Presiden Donald Trump menarik Amerika dari perjanjian nuklir dengan Iran bulan Mei 2018 lalu dan menjatuhkan sanksi ekonomi pada negara itu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Konflik Iran-Amerika

Presiden AS, Donald Trump berjabat tangan dengan Putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman di Gedung Putih, Selasa (20/3). Kunjungan ini sebagai bagian dari perjalanan ke Amerika di ketegangan antara Arab Saudi dan Iran. (AP Photo/Evan Vucci)

Washington menuduh bahwa Iran melakukan serangan pada September terhadap pengolah minyak terbesar di dunia di kerajaan dan ladang minyak, yang menyebabkan harga minyak melonjak dengan persentase terbesar sejak Perang Teluk 1991. Demikian menurut laporan Times of Israel. 

Sementara pemberontak Houthi sekutu Iran mengklaim serangan itu, Arab Saudi mengatakan "itu tidak diragukan lagi disponsori oleh Iran."

Iran telah membantahnya dan memperingatkan bahwa serangan balasan yang menargetkannya akan menghasilkan "perang habis-habisan."

Teheran, sementara itu, juga telah mulai memperkaya uranium di luar ketentuan perjanjian nuklir 2015 dengan kekuatan dunia, yang ditarik secara sepihak oleh AS lebih dari setahun yang lalu.

Pada tahun 2017, Iran melakukan latihan bersama angkatan laut dengan China di dekat Selat Hormuz yang strategis di Teluk Persia, sebuah lorong untuk hampir sepertiga dari semua minyak yang diperdagangkan melalui laut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya