Eksportir Tukar Dolar Bikin Rupiah Menguat di Akhir Tahun

Penguatan nilai rupiah dalam beberapa hari terakhir merupakan hal yang wajar terjadi jelang akhir tahun.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Des 2019, 15:16 WIB
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat pada Jumat (27/12/2019) pagi ini berada pada level Rp 13.955 per 1 USD. Posisi tersebut menguat bila dibandingkan pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, yang berada di level Rp 13.958 per 1 USD.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan, penguatan nilai rupiah dalam beberapa hari terakhir merupakan hal yang wajar terjadi jelang akhir tahun.

Sebab, pada akhir tahun para eksportir cenderung menukarkan asetnya yang bernilai dolar ke rupiah seiring dengan tingginya angka permintaan ekspor.

"Kita lihatnya penguatan rupiahnya ini di market ya, karena memang ada kebutuhan ekspor/impor akhir tahun yang tinggi. Jadi dollar dalam ekspor masih butuh ke rupiah karena memang akhir tahun ada ketersediaan dollar-nya," jelas Destry di Jakarta, Jumat (27/12/2019).

Destry membeberkan, kondisi perekonomian global saat ini sedang tidak bersahabat dengan ketidakpastian tinggi. Hal tersebut juga mempengaruhi performa ekspor kita yang masih mengalami perlambatan.

Dia pun menyebutkan, sektor eksternal seperti ekspor berpengaruh terhadap perekonomian negara sebesar 15-20 persen, dan itu akan sangat mempengaruhi stabiltas di domestik.

"Pengaruhnya lewat nilai tukar (rupiah), currency kita. Sementara kalau bicara nilai tukar rupiah dengan USD sangat tergantung dari supply dolar dan permintaan dolar," ujar dia.

"Dalam hal ini lah masuk satu keharusan bahwa kami di BI kita harus memiliki suatu data yang akurat sehingga bisa perkirakan berapa sebenarnya supply dolar dan permintaan dolar itu baik yang sekarang berlangsung ataupun kita buat prediksi," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rupiah Menguat di Bawah 14.000 per Dolar AS

Teller menunjukkan mata uang dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini. Penguatan didorong oleh penerbitan surat utang pemerintah dan turunnya impor.

Mengutip Bloomberg, Jumat (13/12/2019), rupiah dibuka di angka 14.015 per dolar AS, menguat dibandingkan saat penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.032 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah berada di level 13.969 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.968 per dolar AS hingga 14.032 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 2,93 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.982 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.042 per dolar AS.

Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira mengatakan, penguatan rupiah bersumber dari dua faktor. Pertama, penerbitan surat utang pemerintah yang agresif seiring upaya menambal defisit APBN.

Data penerbitan surat utang menunjukkan pemerintah sudah menerbitkan SBN secara bersih Rp 396,79 triliun, naik 48,43 persen dari posisi tahun lalu Rp 268,68 triliun.

"Ini luar biasa, investor asing berbondong masuk dan menukarkan dolarnya ke rupiah. Maklum SBN kita bunganya cukup tinggi. Untuk tenor 10 tahun berkisar 7,3 persen," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (13/12/2019). 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya