Tak Kunjung Selesai, Perundingan Damai AS-Taliban Masih Tersendat

Perundingan damai antara pihak Amerika Serikat dengan kelompok terorisme Taliban masih belum menemukan titik penyelesaian.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 27 Des 2019, 17:35 WIB
Tentara Afghanistan dalam perang melawan Taliban (AP/Rahmat Gaul)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Donald Trump dalam kampanye pilpres tahun 2016 berjanji akan mengakhiri perang Amerika di Afghanistan.

Dalam tahun 2019 yang akan segera berakhir ini, perundingan damai antara pejabat Amerika dan Taliban tampak tersendat-sendat, karena aksi-aksi kekerasan terus berlangsung yang mengakibatkan korban pada warga sipil Afghanistan dan tentara Amerika. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (27/12/2019).

Bulan Februari tahun 2019, pejabat tinggi Amerika dan Taliban mengadakan pertemuan di Doha untuk pertama kalinya, antara utusan Amerika Zalmay Khalilzad dan pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar.

Kedua pihak sangat berharap bisa dicapai suatu terobosan, tapi perundingan terhenti tanpa hasil.

Aksi-aksi kekerasan terus berkecamuk di Afghanistan, dan Taliban tidak mau mengadakan gencatan senjata sampai dicapainya perjanjian damai dengan Amerika.

Kata Adam Schiff, ketua Komite Intelijen DPR Amerika, "Saya kira Taliban sedang berusaha memperkuat posisinya dalam perundingan dengan meningkatkan kekerasan dan berbicara keras. Kita sudah melihat hal itu dalam waktu 18 tahun terakhir. Kita juga sudah menggunakan kata-kata keras dan Menteri LN Mike Pompeo mengatakan, Amerika telah membunuh ribuan anggota Taliban dalam 10 hari terakhir. Tapi kita akhirnya harus kembali ke meja perundingan, dan peningkatan kekerasan oleh kedua pihak tidak akan menghasilkan apapun."

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Presiden Trump Menghentikan Perundingan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (tengah) didampingi Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berbicara kepada anggota militer saat mengunjungi Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan, Kamis (28/11/2019). (AP Photo/Alex Brandon)

Permulaan bulan September, perjanjian damai tampak sudah hampir dicapai, tapi karena adanya aksi kekerasan baru yang menewaskan seorang tentara Amerika, Presiden Trump tiba-tiba menghentikan perundingan.

Dua bulan kemudian, ketika Presiden Trump mengadakan kunjungan mendadak ke Afghanistan, ia mengumumkan Amerika telah melanjutkan perundingan dengan Taliban, yang kemudian terhenti lagi karena adanya serangan bunuh diri oleh Taliban atas pangkalan udara Amerika di Bagram, Kabul.

Perunding Amerika Khalilzad mencuit bahwa, “Taliban harus menunjukkan bahwa mereka mau, dan bisa menanggapi kehendak rakyat Afghanistan untuk mencapai perdamaian.”

Kini perundingan damai tampaknya dimulai lagi di Doha, Qatar, dan Khalilzad juga mengadakan perundingan dengan para pemimpin Afghanistan di Kabul untuk menentukan langkah selanjutnya.

Taliban sebelum ini mengatakan tidak akan berunding dengan pemerintah di Kabul, yang dianggapnya hanya sebagai boneka Amerika. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya