Pasir Timbul Mekko, Pulau Unik dan Indah yang Bisa Timbul Tenggelam

Tidak ada ombak besar, hanya riak kecil yang menerjang pasir.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Des 2019, 03:00 WIB
Pulau Pasir Meko berada di Desa Meko, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Foto: Nila Chrisna Yulika/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Flores Timur - Pasir timbul Mekko adalah sebuah pulau kecil yang berukuran kurang dari satu kilo meter persegi. Pasir timbul ini persis berada di wilayah perairan laut Mekko, di Timur, Pulau Adonara.

Pulau tak berpenghuni tanpa ditumbuhi pohon ini terletak di sekitar Dusun Mekko, Desa Pledo, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Selain ukurannya yang mungil, Pasir Timbul Mekko juga merupakan pulau yang unik, karena bisa timbul dan tenggelam. Pulau ini tenggelam saat air laut pasang.

Pulau kecil ini dinamakan Pasir Timbul Mekko karena ada gundukan pasir berwarna sedikit merah muda atau pink di tengah laut, yang membentuk seperti pulau kecil. Di sekitar Pasir Timbul Mekko, tidak ada ombak besar, hanya riak kecil yang menerjang pasir.

Pulau Pasir Timbul Mekko berada di tengah laut, sehingga untuk pengunjung pulau itu harus menempuh perjalanan sekitar 20 menit menggunakan perahu motor.

Ketua kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Mekko, Bakri Lolowajo mengatakan untuk melayani wisatawan yang ingin berkunjung ke Pasir Timbul Mekko, pihaknya menyiapkan 23 kapal motor.

Kapal motor milik nelayan ini, pada malam hari digunakan untuk mencari ikan, dan pada siang hari melayani wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pasir Timbul.

Selain ke Pulau Pasir Timbul, kapal-kapal ini juga siap melayani permintaan wisatawan untuk mengunjungi Pulau Watan Peni dan Pulau Kelelawar, empat pulau yang mengapit Pulau Pasir Timbul.

Menurut dia, untuk perjalanan pergi pulang ke Pasir Timbul Mekko, wisatawan dikenakan biaya Rp15 ribu rupiah per orang atau Rp90 ribu untuk rombongan berjumlah enam orang.

Besaran biaya perjalanan wisata ke Pulau Pasir Timbul Mekko ini, belum termasuk karcis masuk untuk dewasa sebesar Rp5.000 untuk orang dewasa dan Rp2.000 untuk anak-anak. Tarif ini sesuai dengan Peraturan Desa (Perdes) Nomor: 07 Tahun 2019.

"Untuk tarif tujuan wisata ke Pulau Watan Peni dan juga Pulau Kelelawar, belum diatur, sehingga kalau ada wisatawan yang ingin ke pulau itu, mereka bisa melakukan negosiasi dengan pemilik perahu," katanya menjelaskan.

 

Kepala Cabang Dinas DKP Provinsi NTT, untuk wilayah Flores Timur, Lembata dan Sikka, Antonius Andy Amuntoda menjelaskan, perairan Meko di Desa Pledo, Kecamatan Witihama merupakan perairan yang memiliki keanekaragaman hayati laut dan habitat penting bagi perikanan hiu.

Perairan Mekko juga adalah wilayah perairan yang masuk dalam Kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan (KKSAP) di Kabupaten Flores Timur.

 


Menuju Pulau Pasir Timbul Mekko

Pulau Pasir Meko dikelilingi tiga gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Api Ile Ape, Gunung Api Ile Boleng, dan Gunung Batutara. Foto: Nila Chrisna Yulika/ Liputan6.com.

Pulau Pasir Timbul Mekko, rupanya sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara, terutama para peserta lomba perahu layar internasional yang selama ini menjadikan Kota Kupang sebagai pintu masuk.

Pada bulan Juli-Agustus, puluhan wisatawan mancanegara lego jangkar di sekitar Pulau Pasir Timbul Mekko, dan membangun tenda-tenda untuk bermalam di pulau itu.

"Para wisatawan biasanya berhari-hari tinggal di pulau itu. Pada siang hari mereka mandi dan berjemur dan kembali ke kapal, tetapi pada malam hari, mereka membangun tenda untuk bermalam," kata Henry, seorang nelayan di Dusun Mekko.

Ia berharap, para wisatawan yang pernah menyinggahi pulau itu, dapat menyampaikan pesan kepada sahabat dan keluarga, agar mereka dapat mengunjungi pulau itu.

"Memang tidak ada kontribusi untuk masyarakat di pesisir ini, tetapi kalau pulau ini sudah terkenal dan banyak wisatawan yang datang berkunjung, maka secara otomatis akan memberi manfaat untuk masyarakat," kata Henry.

Dua jam perjalanan

Untuk mengunjungi Pulau Pasir Timbul Mekko, para wisatawan harus menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam dari Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan pesawat udara ke Larantuka, ibukota Kabupaten Flores Timur terlebih dahulu.

Dari Kota Larantuka, wisatawan bisa memilih penyeberangan pendek sekitar 15 menit melalui Pantai Palo menuju Tanah Merah, dan menggunakan transportasi darat menuju Dusun Mekko dengan lama perjalanan sekitar 1,5 jam.

Bagi yang memilih menggunakan pesawat udara, tentu harus merogoh kocek sekitar Rp3 juta, karena harga tiket pesawat pada rute penerbangan Kupang-Larantuka pergi pulang cukup mahal, berkisar Rp500 ribu hingga Rp860 ribu lebih sekali terbang.

Namun, selain transportasi udara, ada transportasi laut yang murah yakni menggunakan KMP Fery Kupang-Pelabuhan Deri di Pulau Adonara dengan biaya sekitar Rp100 ribu per orang.

Hanya saja, pelayaran KMP Fery pada rute penyeberangan Kupang-Deri langsung hanya satu kali dalam sepekan, yakni pada setiap Jumat dengan lama pelayaran sekitar 12-14 jam, tergantung cuaca di wilayah perairan laut.

Dari Pelabuhan Deri, wisatawan bisa menggunakan angkutan desa atau kendaraan roda dua ke Dusun Mekko, yang hanya berjarak sekitar lima kilo meter dengan biaya hanya sekitar Rp15 ribu.


Terlalu mahal

Hamparan pemandangan menawan selama menuju ke Pulau Pasir Meko. Foto: Nila Chrisna Yulika/ Liputan6.com.

Herlina, salah seorang pengunjung mengatakan, tarif baru yang ditetapkan melalui peraturan desa saat ini terlalu tinggi untuk ukuran wisatawan domestik.

"Sebelumnya, setiap rombongan yang berkunjung ke Pulau Pasir Timbul hanya membayar Rp75 ribu untuk pergi pulang, tetapi saat ini sudah Rp90 ribu, dan jumlah orang setiap kapal pun dibatasi hanya enam orang," katanya.

Biaya ini belum termasuk karcis masuk sebesar Rp5.000 per orang dewasa dan Rp2.000 untuk anak-anak, katanya.

Menurut dia, pemerintah desa seharusnya membenahi terlebih dahulu kawasan sekitar pantai Mekko, sebelum menaikkan tarif untuk para pengunjung. "Saat ini hanya ada dua rumah panggung untuk tempat berteduh. Ini tidak bisa menampung pengunjung, terutama pada hari libur seperti saat ini," katanya.

Karena itu, dia mengusulkan agar pemerintah membangun lopo-lopo di pesisir agar para pengunjung dapat beristirahat sebelum maupun setelah mengunjung Pulau Pasir Timbul Mekko.

Salkopong, pemilik perahu mengakui, pendapatan mereka menurun setelah pemerintah desa menetapkan tarif masuk ke kawasan pesisir Mekko.

"Kalau hari libur besar seperti saat ini, kita bisa kebagian dua sampai tiga trip, tetapi pada hari biasa, kadang dua sampai tiga hari tidak dapat trip karena sepi pengunjung," katanya.

Ia mengatakan, harus antre berhari-hari untuk mendapat trip ke Pulau Pasir Timbul Mekko, karena ada 23 perahu motor yang digilir.

Namun bagi Salkopong, kurangnya minat untuk berwisata ke pulau itu bukan masalah, karena pekerjaan utama para pemilik perahu adalah nelayan.

Mekko adalah surga tersembunyi di timur Pulau Adonara yang masih membutuhkan uluran tangan Pemerintah Kabupaten Flores Timur, baik dari segi fasilitas pendukung dan infrastruktur jalan menuju Mekko.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya