Pengamat: Produksi Barang di Dalam Negeri Harus Perhatikan Kandungan Impor

Meskipun produk tersebut dibuat untuk dieskpor atau dikonsumsi sendiri, harus tetap memperhatikan kandungan impornya.

oleh Athika Rahma diperbarui 29 Des 2019, 18:30 WIB
Pekerja menyelesaikan pembuatan mobil di pabrik Karawang 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jawa Barat, Selasa (26/1). Pabrik ini memproduksi Kijang Innova serta Fortuner mencapai 130.000 unit pertahun. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi dan Politik Fachry Ali menyatakan, secara realistis, siklus perekonomian Indonesia berkerja saling berkaitan, baik ekspor, impor maupun konsumsi domestik.

Namun, dalam produksi barang dalam negeri, meskipun produk tersebut dibuat untuk dieskpor atau dikonsumsi sendiri, harus tetap memperhatikan kandungan impornya.

"Secara teknikal, benar bahwa kita produksi barang-barang yang diorientasikan kepada ekspor. Tiap ada produksi barang, yang harus kita perhatikan adalah kandungan impornya, berapa," ujar Fachry di Jakarta, Minggu (29/12/2019).

 

Fachry mencontohkan, dalam produksi kendaraan roda empat, onderdilnya masih banyak yang impor. Dalam sektor energi, Pertamina juga melakukan belanja dolar hingga USD 1 juta atau Rp 1,5 triliun per hari. Artinya, jumlah BBM yang diimpor juga sangat besar.

"Itu artinya menghabiskan devisa. Nah, darimana kita bisa peroleh devisa? Ya, dari ekspor. Jadi harus jalan semuanya," imbuhnya.

Terlebih, Indonesia dalam masa kepemimpinan Jokowi menjadi negara fiskal. Maksudnya, konsentrasi negara didominasi pada pembangunan infrastruktur.

"Sehingga kebijakan fiskal harus dibuat sedemikian rupa," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jokowi Tak Ingin Pasar Indonesia Dibanjiri Produk Impor

Presiden Jokowi didampingi Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil memberikan keterangan pers rencana pemindahan Ibu Kota Negara di Istana Negara, Senin (26/8/2019). Lokasi Ibu Kota berada di wilayah Kabupaten Pejaman Penajam Pasar utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara di Kaltim. (Liputan6 com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri pembukaan UMKM Export BRIlianPreneur 2019 di JCC, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2019). Dalam kesempatan itu Jokowi yakin bahwa produk lokal mampu bersaing dan bahkan lebih unggul dibanding dengan produk dari luar negeri.

"Kita tahu pasar domestik kita besar dan saya tidak mau pasar kita dibanjiri oleh produk impor. Enggak mau," kata Jokowi di JCC, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2019).

Tetapi kata dia bukan hal mudah untuk meningkatkan hal tersebut. Sebab ada ekonomi terbuka dan tidak dapat dipungkiri. Oleh karena itu, Jokowi ingin agar para pengusaha di Indonesia bersaing dengan produk asing. 

"Caranya hanya satu, bagaimana kita bisa berkompetisi dengan produk impor itu. Entah dari sisi harga disain, kemasan, harus menang," ungkap Jokowi.

Artinya kata dia, jangan sampai meninggalkan pasar domestik dan terlalu konsentrasi ke ekspor sehingga dalam negeri diserbu barang luar.

"Pasar dalam negeri dikuasai, namun setelah itu masuk ke pasar global untuk naikkan devisa," ungkap Jokowi.

Dia menjelaskan kontribusi ekspor masih didominasi pengusaha-pengusaha besar. Tetapi Indonesia tidak boleh berkecil hati. Sebab dia yakin usaha kecil atau umkm akan go internasional.

"Tapi melihat produk yang dipamerkan saya optimistis tidak lama lagi barang ini akan banjir pasar ekspor kalau kita konsolidasikan pasar dengan baik dan standar produk juga dibangun dengan baik sehingga betul-betul kita kampu bersaing dengan negara lain," ungkap Jokowi.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya