Liputan6.com, Jakarta Berbulan-bulan menjalani hubungan dengan Agha, aku sangat bahagia. Meski kami hanya pacaran di lokasi syuting. Minggu, saat syuting libur, beberapa kali aku dan Agha menikmati staycation di hotel bintang lima. Bosan dengan Jakarta, aku dan Agha kabur ke Yogyakarta atau Bali.
Pulang syuting, kami kabur ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, memilih penerbangan terpagi lalu balik Senin penerbangan pertama. Khusus Senin, aku dan Agha minta izin datang ke lokasi syuting agak siang tapi tak sampai jam 12. Senin, yang syuting duluan para pemeran pendukung yang dapat panggilan pagi.
Baca Juga
Advertisement
Dalam hal ini, kecanggihan Agha melobi sutradara dan produser patut diacungi jempol. Perkara ada pemain pendukung dan kru yang mengomel di belakang? Peduli setan. Setengah tahun berlalu, Bali dan Yogyakarta bagai rumah ketiga kami. Pacaran dengan Agha bagai naik rollercoaster. Ada masa-masa tegang takut ketinggalan pesawat dan telat syuting. Ada momen tak sabar pengin segera sampai ke Pulau Dewata atau Kota Gudeg.
Kabur Ke Yogyakarta dan Bali
Setengah tahun setelah pacaran, aku dikenalkan Agha pada Lika Saputri, bintang sinetron yang tayang di televisi tetangga. Cantik, lembut, dan santun. Usianya 23 tahun. Lulusan salah satu kampus negeri di Jakarta. Agha kenal Lika sepekan setelah Lebaran. Kala itu, keluarga Agha dan Lika bertemu di acara halalbihalal alumni kampus top di Bogor.
Sejak itu Mama Agha dan Mama Lika intens berkomunikasi. Pernah sekampus, mereka sering mengurus kegiatan alumni bareng. Lika belum lama berkarier. Lulus kuliah, ia debut lewat sinetron Rindu Dendam. Tak pernah merajai rating dan share tapi Rindu Dendam konsisten di zona lima besar.
Ndilalah, lokasi syuting Kembali Ke Hati dan Rindu Dendam sama, yakni Cibubur, Jakarta. Sampai di sini tak ada yang mencurigakan. Lika konon sedang dekat dengan pengusaha berusia 33 tahun, sebut saja Suta. Kurang jelas sedekat apa. Agha dan aku tetap berkencan stripping dan sesekali, lebih tepatnya sebulan sekali, kabur ke Bali atau Yogyakarta.
Advertisement
Musibah Pertama
Foto-foto liburan manja kupajang di Instagram. Bulan ketujuh pacaran, tumben Agha tak mengajakku kabur ke Bali atau Yogyakarta. Alasannya enggak enak badan. Aku maklum karena sehari sebelumnya, badan Agha panas.
Akhir pekan yang harusnya kami terbang, diisi dengan mengobrol via WhatsApp. Tiket yang kadung dibeli terpaksa di-refund. Keesokan harinya, Agha menjemputku lalu kami menuju lokasi syuting.
Di mobil kami sayang-sayangan seperti biasa. Musibah yang sesungguhnya terjadi usai syuting. Musibah pertama, kami dikabari Kembali Ke Hati akan berakhir 7 atau 10 hari lagi karena rating dan share anjlok.
Ambruknya Rating dan Share
“Rating dan share makin kacau maksudnya gimana, Mas? Bukannya kita masih 10 besar?” tanyaku pada sutradara.
“Makanya kalau syuting fokus. Jangan indehoi melulu. Dua minggu lalu masih 10 besar. Minggu lalu peringkat 10 juga sudah bagus. Lo tahu enggak semalam kita peringkat berapa?” jawabnya.
“Dih, kok nyolot? Oh rating turun sekarang jadi salah gue dan Agha, gitu? Terus lo sebagai sutradara sama penulis skenario yang enggak jelas ceritanya itu ngapain?” tanyaku, emosi.
Belum sempat ia menjawab, aku menyahut, “Awas saja lo, ya!”
“Awas kenapa? Mau ngaduin gue ke produser? Gih. Rezeki sudah ada yang mengatur. Jangan dipikir lo selamanya di atas, Neng. Roda terus berputar.”
“Ya memang roda berputar dan bakal melindas kaki lo duluan.”
“Enggak apa-apa melindas kaki gue, Neng. Yang penting bukan hati gue.”
“Songong lo, ya. Baru bikin sinetron rating tinggi sekali saja belagu!”
Advertisement
Musibah Kedua
Sutradara meninggalkan kami berdua. Agha terdiam. Dalam perjalanan pulang, musibah kedua datang. Agha memulai pembicaraan dengan menanyakan arah hubugan kami. Lalu menyinggung soal perbedaan keyakinan.
“Kamu sudah memikirkan hubungan ini mau dibawa ke mana? Kepikiran, enggak kalau nanti kita menikah, salah satu harus mengalah dan mengikuti keyakinan yang lain?” Agha membuka obrolan sambil menyetir. Aku terhenyak. Kok obrolan jelang tengah malam seserius ini?
“Belum. Tapi kita, kan bisa menikah di luar negeri atau Bali. Jadi enggak harus mengorbankan keyakinan kan, Gha?” jawabku sambil mengecek Instagram.
Agha Minta Putus
“Ada baiknya kamu memikirkan baik-baik. Menikah di luar negeri enggak sesimpel dan semurah yang dibayangkan?” Agha menyambung.
“Mengundang orang terdekat saja saat di luar negeri. Resepsi di dalam negeri baru kita bikin heboh,” aku merespons. Tiba-tiba, Agha menepikan mobil. Situasi jadi serius sekaligus hening.
“Aku pikir hubungan ini tidak bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius, Chanda.”
“Kok tiba-tiba kamu ngomong begini, sih Gha?”
“Kita selesai saja. Aku mencari yang seiman. Aku enggak mau kamu jual iman cuma gara-gara aku.”
Agha kembali menghidupkan mobil. Kami terdiam. Sesampainya di rumah, tanpa cipika-cipiki aku membuka gerbang rumah. Agha membuka pintu mobil, berdiri sambil berujar, “Kita jeda dulu. Butuh waktu untuk berpikir. Besok dan selama beberapa hari ke depan aku enggak jemput. Oke?” Aku menoleh dan menatapnya. Ekspresi wajah Agha datar.
Advertisement
Permintaan Maaf Sang Sutradara
Sejak itu suasana syuting jadi hambar. Aku mencoba mendekati Agha, dia tak menjauh tapi rasanya tidak sehangat dan seindah dulu. Ingin menangis rasanya, tapi malu dengan kru dan pemain lain.
Sepuluh hari berlalu, syuting Kembali ke Hati memasuki episode terakhir. Syuting berakhir lebih cepat dari perkiraan, jam 9 malam. Anehnya, tak ada tanda-tanda Agha berniat mendekatiku lagi. Malam itu, Agha pulang lebih dulu. Saat itulah, sutradara mendekat dan berkata, “Neng, gue minta maaf kalau ada salah.”
“Santai, Mas. Namanya kerja kadang suka kelepasan emosi. Gue juga minta maaf,” kataku.
“Gue tahu lo sebenarnya baik. Kalau lo menghadapi masalah berat, gue doain lo tetap jadi orang baik, Neng.”
“Hah, maksudnya bagaimana, Mas?” Ia tak menjawab, hanya tersenyum.
Agha Di Lokasi Syuting Lika
Aku bergegas pulang. Kang Manu mengarahkan mobil melewati lokasi syuting Rindu Dendam karena jalan yang biasanya dilewati sedang ada galian. Saat itulah aku syok mendapati mobil Agha di sana.
Saat itu pula aku minta Kang Manu berhenti. Dengan emosi menjulang, aku menghampiri mobil Agha dan mengetuk jendela kacanya. Agha membuka jendela kaca dengan mata riyep-riyep.
“Kamu ngapain di sini? Kamu nungguin Lika? Jadi kamu berubah gara-gara Lika?” tanyaku menahan geram sambil membuka pintu mobil lalu masuk.
Advertisement
Amarahku Meledak!
Di mobil itulah, amarahku meledak. “Sudah berapa lama lo selingkuh sama Lika?” tanyaku, lagi.
“Penting banget untuk tahu sejak kapan gue jalan dengan Lika?” jawab Agha, enteng.
“Lo tuh an…”
“Apa? Lo mau maki gue karena gue selingkuh? Terus lo apa? Lo lupa ngeduain Madha yang lagi syuting di luar negeri demi jalan sama gue?”
(Bersambung)
(Anjali L.)
Disclaimer:
Kisah dalam cerita ini adalah milik penulis. Jika ada kesamaan jalan cerita, tokoh dan tempat kejadian itu hanya kebetulan. Seluruh karya ini dilindungi oleh hak cipta di bawah publikasi Liputan6.com.