PM Irak Kecam Serangan AS ke Pangkalan Milisi di Suriah dan Iran

Perdana Menteri Irak, Adel Abdel Mahdi mengecam serangan yang dilakukan oleh AS ke pangkalan milisi yang berada di Suriah dan Iran.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 31 Des 2019, 18:05 WIB
Serangan AS ke pangkalan milisi Irak di Suriah dan Iran. (Source:AP)

Liputan6.com, Baghdad - Perdana Menteri Irak Adel Abdel Mahdi mengecam serangan udara dari AS yang menewaskan sedikitnya 25 anggota milisi Irak yang didukung Iran.

Mahdi mengatakan tindakan AS pada hari Minggu 29 Desember 2019, telah melanggar kedaulatan Irak.

Dikutip dari BBC, Selasa (31/12/2019), Perdana menteri Mahdi tampaknya menyarankan bahwa Irak sekarang harus meninjau kembali hubungannya dengan AS.

Pasukan AS menargetkan milisi Kataib Hezbollah sebagai pembalasan atas serangan terhadap pangkalan di Irak yang digunakan oleh militer AS.

Amerika telah berperang selama bertahun-tahun bersama pasukan pemerintah Irak dalam konfrontasi mereka dengan kelompok militan Islam. 

"Perdana menteri menggambarkan serangan Amerika terhadap pasukan bersenjata Irak sebagai serangan yang tidak dapat diterima dan akan memiliki konsekuensi berbahaya," kata kantornya.

Mahdi mengatakan dia mencoba untuk memberi tahu anggota milisi tentang serangan udara yang akan dilakukan AS dan mengarah kepada mereka.

"Pasukan Amerika bertindak berdasarkan prioritas politik mereka, bukan prioritas rakyat Irak," kata sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa serangan seperti itu "melanggar kedaulatan Irak".

Serangan itu, "memaksa Irak untuk meninjau kembali hubungan dan keamanannya, kerangka kerja politik dan hukum untuk melindungi kedaulatannya", tambah pemerintah.

Duta Besar AS di Baghdad juga akan dipanggil untuk membahas masalah ini, kementerian luar negeri Irak menyampaikan melalui akun Twitter resminya. 

"Kami juga menekankan bahwa Irak adalah negara merdeka, bahwa keamanan internalnya adalah prioritas ... dan itu tidak akan dibiarkan menjadi medan perang, sebuah bagian untuk melakukan serangan, atau tempat [yang akan digunakan] untuk membahayakan negara tetangga," tambahnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


AS Anggap Irak Gagal Melindungi Kepentingannya

Presiden Donald Trump berbicara di hadapan pasukan militer Amerika dalam kunjungan kejutan di Pangkalan Udara al Asad, Irak, Rabu (26/12). Trump memberikan kejutan dengan melakukan kunjungan mendadak tersebut dalam rangka perayaan Natal (AP/Andrew Harnik)

Washington pada Senin 30 Desember telah menuduh pemerintah Irak gagal "melindungi" kepentingan AS.

"Kami telah memperingatkan pemerintah Irak berkali-kali, dan kami telah berbagi informasi dengan mereka untuk mencoba bekerja dengan mereka guna melaksanakan tanggung jawab mereka untuk melindungi kami sebagai tamu undangan," kata seorang pejabat senior departemen luar negeri AS kepada wartawan di Washington.

Beberapa serangan dalam beberapa pekan terakhir menargetkan pangkalan Irak di mana juga teradapat orang Amerika di sana.

AS menyalahkan serangan terhadap faksi pro-Iran.

Serangan udara hari Minggu di Irak dan Suriah terhadap Kataib Hezbollah merupakan sebuah tanggapan atas pembunuhan seorang kontraktor sipil AS.

Tembolok senjata dan pusat komando dan kontrol di lima lokasi yang terkait dengan milisi terkena, kata AS.


Kataib Hezbollah Ditetapkan AS sebagai Teroris

Pasukan Irak berjaga usai serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat. (Source: AP Photo/Nasser Nasser)

Kataib Hezbollah adalah milisi Syiah Irak yang kuat yang menerima dukungan keuangan dan militer dari Iran.

Sejak 2009, AS telah menetapkan kelompok itu sebagai organisasi teroris, menuduh mereka mengancam perdamaian dan stabilitas Irak.

Pengaruh Iran atas urusan internal Irak telah berkembang dengan yakin sejak invasi pimpinan AS yang menggulingkan Saddam Hussein pada 2003.

Hal ini memiliki hubungan dekat dengan politisi Syiah yang merupakan bagian dari elit yang berkuasa, dan telah mendukung Mobilisasi Populer, yang memainkan peran kunci dalam mengalahkan IS.

Para pengunjuk rasa di Irak menuduh Iran terlibat dalam kegagalan dan korupsi Irak. Mereka telah membakar sejumlah gedung konsulat Iran di negara itu selama gelombang protes baru-baru ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya