Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) atau drone buatan anak bangsa PT Dirgantara Indonesia sudah siap mengudara. Rencananya, drone yang dinamakan Elang Hitam itu akan uji terbang perdana pada awal 2020.
Drone berjenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) tersebut akan dioperasikan oleh TNI khususnya TNI AU. Jenis itu digunakan untuk menangkal ancaman teritorial seperti penyelundupan, pembajakan, terorisme, serta pencurian sumber daya alam.
Dikutip Liputan6.com dari data PT DI dan BPPT, inisiasi pengembangan PUNA MALE telah dimulai oleh Balitbang Kemhan sejak 2015 dengan melibatkan TNI, Ditjen Pothan Kemhan, BPPT, ITB, dan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Dalam pengembangan tersebut, disepakati rancangan kebutuhan dan tujuan (DR&O) yang akan dioperasikan oleh TNI khususnya TNI AU.
Pada 2019, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masuk sebagai anggota konsorsium tersebut. Kemudian dimulai tahap manufacturing drone yang diawali oleh proses design structure, perhitungan finite element method, pembuatan gambar 3D, dan detail drawing 2D yang dikerjakan oleh engineer BPPT dan disupervisi oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Baca Juga
Advertisement
Kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan tooling, molding, cetakan dan selanjutnya fabrikasi dengan proses pre-preg dengan autoclave.
Pada 2019 juga dilakukan pengadaan Flight Control System (FCS) yang diproduksi di Spanyol yang diproyeksikan akan diintegrasikan pada prototype pertama PUNA MALE yang telah di manufaktur oleh PT Dirgantara Indonesia pada awal 2020.
Mirip dengan drone canggih buatan dunia, berikut kecanggihan-kecanggihan Pesawat Udara Nir Awak atau drone Elang Hitam (Black Eagle) buatan anak bangsa:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lama Terbang Bisa 30 Jam
Pesawat Udara Nir Awak atau drone Elang Hitam didesain secanggih mungkin untuk bisa membantu mengawasi keamanan dari udara.
Oleh karena itu, Elang Hitam bisa take off dan landing sekitar 700 meter dengan kemampuan terbang di ketinggian 20.000 feet.
Kecepatan maksimum 235 kilometer per jam dan lama terbang sekitar 30 jam. Kemudian pesawat tanpa awak ini memiliki panjang 8,3 meter dan bentang sayap 16 meter.
"Pesawat udara nirawak PUNA MALE ini dapat dioptimalkan fungsinya untuk kebutuhan surveillance dan target acquisition yang dapat dipersenjatai dengan kemampuan short take off landing, maksimum endurance yaitu sampai 30 jam targetnya," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro.
Advertisement
Tugas di Bidang Keamanan
Drone Elang Hitam dibuat sesuai dengan tugasnya, yakni membantu memantau keamanan dari udara. Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, drone ini mampu terbang terus menerus selama 24 jam.
"Dengan pengendalian tanpa pilot ini kebutuhan pengawasan dari udara menjadi efisien," kata Hammam.
Pesawat nirawak ini diharapkan dapat membantu menjaga kedaulatan NKRI dari udara. Mengingat kebutuhan pengawasan di udara terus bertambah seiring dengan meningkatnya ancaman daerah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam seperti ilegal logging dan ilegal fishing.
Mata-Mata
Kehadiran drone Elang Hitam jug untuk mendukung kemandirian alat utama sistem pertahanan (alutsista) dalam negeri. Tak hanya itu saja, drone ini juga bisa diperuntukkan sebagai alat mata-mata yang canggih.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menjelaskan drone Elang Hitam bisa mendukung kegiatan intelijen, pengawasan, pengintaian dan penargetan (Intelligence, Surveillance, Reconnaissance and Targeting).
Reporter : Fellyanda Suci Agiesta
Sumber : Merdeka
Advertisement