Liputan6.com, Jakarta - Lengking suara terompet menggema di Pasar Asemka, Jakarta Barat. Para pedagang musiman sibuk meniupkan terompet untuk menarik perhatian pembeli. Maklum saja, pergantian tahun tinggal menghitung jam. Momen emas mereka menjual ragam pernak-pernik malam tahun baru.
Ujang, berkali-kali meniupkan terompet plastik dagangannya. Dia mempraktikkan terompet yang dijual bisa dilipat dan dipanjangkan. Terompet tiup ini dijual mulai dari Rp 7.500 sampai Rp 15.000.
Sesekali dia juga menekan tuas terompet jenis pegas. Suaranya pun menggema kemana-mana. Jenis ini dijual mulai dari harga Rp 10.000 sampai Rp 25.000.
Meski bising, cara Ujang ternyata ampuh mendatangkan pembeli ke lapak jualannya. Mereka bergantian menanyakan harga terompet plastik yang dijual.
Baca Juga
Advertisement
"Saya buka dari 10 hari lalu," kata Ujang saat berbincang dengan Merdeka.com, Jakarta, Selasa (31/12).
Sebagai pedagang musiman, Ujang mengaku hanya menjualkan barang dari seorang teman kenalannya. Dia hanya terima barang dari sang teman untuk dijual.
Ada dua dus ukuran besar yang dititipkan sang teman. Tiap dua berisi 280 lusin terompet plastik. Di hari terakhir menjelang tahun baru ini dia sudah menghabiskan satu kardus.
Meski terompet plastik yang dia jual masih banyak, namun Ujang mengaku sudah mendapatkan keuntungan. Dia mengaku belum menghitung keuntungan dari terompet plastik ini.
"Ada untung tapi enggak tahu berapa, belum dihitung," tutur Ujang.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penjualan Cenderung Menurun
Katanya, penjualan terompet tahun ini cenderung menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya. Mungkin, lanjut Ujang karena kondisi ekonomi masyarakat.
"Lebih ramai tahun lalu, mungkin karena kondisi ekonomi," ucapnya.
Sejak tahun lalu Ujang memang menjual terompet plastik tiap jelang tahun baru. Terompet jenis ini terbilang lebih awet ketimbang terompet dari kertas yang mudah basah jika sering ditiup.
Pelanggan Ujang rata-rata laki-laki. Mereka ternyata lebih kritis menanyakan kualitas produk ketimbang kaum perempuan. Rata-rata kaum perempuan mampir ke lapaknya jika membawa anak.
"Ibu-ibu kalau beli biasanya sama anaknya yang minta beli terompet," cerita Ujang.
Advertisement