Musim Hujan, Omzet Penjual Terompet Turun

Para pejual terompet di Cikini terpaksa gigit jari karena seringnya turun hujan

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 31 Des 2019, 19:00 WIB
Penjual Terompet di Cikini (dok: Maulandy)

Liputan6.com, Jakarta - Hujan jadi penyebab penjualan terompet jelang perayaan pergantian tahun sepi. Hal itu diceritakan Adi Hidayat (32 tahun), seorang pedagang terompet di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, yang telah berjualan terompet selama 6 tahun.

Sebagai perbandingan, Adi mengatakan, penjualan terompet pada tutup tahun 2018 lalu sepi lantaran adanya guyuran hujan non-stop.

"Tahun kemarin karena ujan mulu jadi sepi. Moga sekarang enggak ujan, jadi bisa lebih rame," ucap Adi saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (31/12/2019).

Adi melanjutkan, penjualan terompet jelang Tahun Baru 2020 masih tertolong oleh cuaca Jakarta yang belum terlalu sering hujan.

Dia sendiri mulai berjualan terompet sejak 27 Desember, dan lapaknya mulai ramai dikunjungi pembeli pada 29 Desember. Adapun harga terompet yang dijualnya beragam, mulai paling murah Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Perkiraan Pembeli

Jejeran terompet berbahan plastik yang dijual di Pasar Gembrong, Jakarta, Minggu (29/12/2019). Harga terompet plastik dijual dengan harga Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu per buah. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Dalam satu hari itu, ia menyebutkan, ada sekitar 20 orang yang memberi terompet di tempatnya. "Tanggal 27 belum begitu rame, baru mulai (tanggal) 29. Sehari ada lah 20an (pembeli)," ujar Adi.

Untuk penjualan pada perayaan Tahun Baru 2020, ia pun memprediksi ada lebih dari 100 orang pembeli pada kesempatan tersebut, jika tidak hujan.

"Kalau enggak hujan sih banyak, bakal lebih rame tahun sekarang (dibanding sebelumnya). Ada 100 (pembeli) lebih lah," tutup Adi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya