Liputan6.com, Jakarta - Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, peristiwa banjir di Jakarta jelas merugikan setiap orang, baik aktivitas perusahaan, aktivitas pegawai, pedagang dan lainnya yang terkena langsung dengan banjir.
"Kalau seperti perusahaan itu kemasukan banjir, kemudian barang-barangnya mengalami kerusakan, mungkin itu bisa ditangani oleh pihak asuransi. Tapi terlepas dari asuransi itu, kegiatan aktivitas ekonomi yang lebih berdampak negatif terhadap perusahaan, perusahaan jadi tidak bisa beraktivitas, tidak bisa berproduksi, tidak bisa melakukan penjualan," Kata Piter kepada liputan6.com, Kamis (2/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Menurutnya, banjir menyebabkan perusahaan-perusahaan alami kerugian. Ia menyebut sebagai contoh yakni perusahaan ritel yang tidak bisa beroperasi, dan aktivitas jual belinya terganggu.
"Jadi kalau sendainya perusahaan begitu dia tidak beroperasi itu rugi namanya idle capasity," jelasnya.
Idle capasity adalah suatu kapasitas produk yang tidak terpakai atau kapasitas produk yang menganggur.
Kendati begitu, ia mengatakan tidak ada antisipasi yang bisa dilakukan bagi perusahaan. Menurutnya bagi yang terkena banjir secara langsung atau tidak, juga terkena dampak yang sama.
Seperti banyaknya aktivitas masyarakat yang tidak bisa bepergian, atau akses lalu lintas menuju perusahaan tertutup. Hal itulah, yang menyebabkan pegawai-pegawai perusahaan tidak bisa masuk kerja dikarenakan terjebak banjir.
Ia pun mengatakan terkait perusahaan asuransi yang juga alami kerugian diakibatkan banyak kendaraan yang rusak.
"Banjir ini berdampak negatif pada perusahaan, yang terkena banjir, dan juga untuk perusahaan-perusahaan asuransi akan meningkat, meningkatnya asuransi kan merupakan biaya asuransi," ujarnya.
Meskipun begitu, ia berpendapat bahwa dengan adanya asuransi dapat membantu masyarakat untuk mengatasi masalah kendaraan rusak akibat banjir, tapi perusahaan asuransi akan alami kerugian, karena dimungkinkan lonjakan masyarakat yang akan menggunakan jasa asuransi.
Selain perusahaan asuransi, perusahaan pengelola jalan tol seperti Jasa Marga juga alami kerugian akibat banjir. Hal ini karena akses tol yang digratiskan.
"Ya itu juga mengurangi pendapatan Jasa Marga, Jasa Marga mengalami kerugian, asuransi mengalami kerugian, pabrik-pabrik mengalami kerugian, masyarakat kecil alami kerugian, dan apabila dikumpulkan kerugian akibat banjir ini bisa besar, saya tidak bia menghitung, kalau kita hitung yah pedagang kecil pun warung-warung alami kerugian begitupun dengan perusahaan besar, tol, semuanya rugi," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pesan untuk Pemerintah
Piter juga menyampaikan pesannya untuk pemerintah agar untuk ke depannya diperlukan kerja sama berbagai pihak untuk atasi banjir.
"Ya di mana-mana kita selalu ribut akibat masalah banjir tidak mungkin bisa diatasi di Jakarta, hal itu merupakan suatu pandangan yang sangat keliru," kata Piter.
Ia pun mencontohkan kota Amsterdam, meskipun kota Amsterdam letaknya di bawah permukaan laut. Namun, di sana tidak terkena banjir, dikarenakan orang-orangnya cerdas dalam membangun infrastruktur.
Begitupun dengan Jakarta, menurutnya Jakarta sangat mungkin untuk tidak banjir apabila semua pihak bersatu dan bekerja sama.
"Kemudian infrastruktur diperbaiki, sekarang ini kan kita itu terpecah, saling menyalahkan, seharusnya tidak seperti itu. Saat ini pendukung Gubernur dengan yang tidak suka dengan Gubernur ributnya soal banjir, padahal seharusnya tidak perlu diributkan, tapi dikerjakan," jelasnya.
Advertisement
Tak Setuju Pernyataan Gubernur DKI Jakarta
Ia tidak setuju dengan pernyataan Gubernur Jakarta yang mengatakan selama air mengalir dari Selatan maka Jakarta akan selalu banjir. Menurutnya itu tidak sepenuhnya benar, yang benar itu seharusnya air bisa disalurkan, karena air itu akan bergerak mencari tempat-tempat yang rendah, dan sudah merupakan hukum alam.
"Air tidak akan menjadi banjir kalau aliran air itu di desain, dibangun atau dipersiapkan infrastrukturnya, dibuatkan saluran airnya, dibuat tempat penampungan airnya, dan sudah diperhitungkan aliran air yang paling tinggi berapa, curah hujannya. Kita ini kan mahluk yang paling sempurna dan pinter , maka seharusnya sudah bisa memperhitungkan semuanya itu," ujarnya.
Sebenarnya pada zamannya Gubernur Joko Widodo pun, menurutnya sudah direncanakan akan dibuatkan tanggul-tanggul dan bendungan-bendungan yang dimulai dari hulu, dari ciawi dan seterusnya, jadi disetiap tahapan itu ada. Seharusnya aliran air dari puncak itu di atur, supaya tidak menjadi besar.
"Nah, puncak itu sudah terlalu padat, perlu di atur supaya hutan lindung kawasan puncak dan bogor, penghijauan di kota bogor harus dikembalikan. Fungsi penadah hujan harus dikembalikan, lalu sungai-sungai harus dinaturalisasikan. fungsi dari sungai pokoknya harus dikembalikan dibuat lancar, kemudian dibuat penampungan, ada bendungan, ada danau buatan, itu yang harus dipikirkan, kemudian dikerjakan. yang jelas banjir ini merugikan kita semua, seharusnya kita bekerja sama agar menanggulanginya, supaya tidak terjadi lagi banjir di masa yang akan datang," pungkasnya.