Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan, musibah banjir di awal 2020 yang melanda kawasan Jakarta dan sekitarnya tentu akan berpengaruh terhadap pergerakan inflasi ke depannya.
"Banjir tentunya akan berpengaruh. Kalau itu kontinyu, kalau selama banjir ini tidak berpengaruh kepada pasokan dan distribusi, besok akan pulih, itu pengaruhnya tidak akan besar, tapi pasti ada," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Banjir di musim pergantian tahun ini memang banyak menerjang berbagai wilayah Jakarta. Termasuk kantor BPS di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, yang tergenang air setinggi betis kaki pria dewasa.
Baca Juga
Advertisement
Oleh karenanya, Suhariyanto berharap, masalah banjir ini bisa segera teratasi sehingga aktivitas ekonomi dapat kembali berjalan normal.
"Tentunya kita berharap kalau banjir tidak akan keterusan, karena kita harus berjalan kaki terus-terusan. Jadi mudah-mudahan enggak, kita harapkan sudah, sehingga semua musibah ini akan berhenti," kata dia.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi dalam satu tahun kalender 2019 sebesar 2,72 persen. Angka tersebut merupakan yang terendah selama satu dekade, yakni dalam rentang waktu 2010-2019.
Suhariyanto menjelaskan, inflasi pada 2019 dalam 3 tahun terakhir adalah yang terendah dibanding 2018 (3,13 persen) dan 2017 (3,61 persen). Bahkan, menjadi yang tertinggi selama satu dekade.
"Inflasi 2019 selama satu dekade adalah yang terendah. Pada 2009, 2,78 persen, 1999 sebesar 2,13 persen. Jadi 2,72 persen selama 10 tahun terakhir adalah yang pertama," tukas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Inflasi 2019 Sebesar 2,72 Persen, Terendah Sejak 2009
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang tahun 2019 adalah 2,72 persen. Angka itu merupakan inflasi terendah sejak 2009 atau 10 tahun terakhir.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan inflasi 2019 juga lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“2009 inflasi 2,78 persen, kalau tahun 1999 itu sebesar 2,3 persen, kembali inflasi 2,72 persen ini selama 10 taun terakhir,” kata dia dalam acara konfrensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (2/1).
Dia menjelaskan, rendahnya inflasi di tahun ini karena ada perbedaan pada Administered Price atau harga barang/jasa yang diatur oleh Pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.
“Kenapa inflasi 2019 bisa lebih rendah dr tahun 2018? inflasi inti, tahun 2018 dan 2019 ga beda jauh. tapi berbeda di administered prices,” ujarnya.
Adapun tahun ini komoditas utama yang memicu inflasi adalah emas perhiasan sebesar 0,16 persen. Kemudian Bensin 0,26 persen.
“Jadi kalau boleh disimpulkan tahun 2019 inflasi 2,72 persen ini karena memang harga-harga relatif terkendali karena berbagai kebijakan, dan dari sisi administered prices gak menyumbang banyak karena memang gak ada kebijakan yang berpengaruh banyak kalau dibandingkan kebijakan di tahun 2018,” tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement