Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut hujan yang telah memicu banjir besar pada awal 2020 seperti terjadi pada tahun sebelumnya. Banjir besar juga pernah terjadi pada 2015 dan 2007.
Namun curah hujan kali ini, disebutnya sebagai kondisi yang paling ekstrem.
Advertisement
"Curah hujan ekstrem awal 2020 ini merupakan salah satu kejadian hujan paling ekstrim selama ada pengukuran dan pencatatan curah hujan di Jakarta dan sekitarnya (berdasarkan batasan persentil 99% dan 99.9%). Curah Hujan ekstrem tertinggi selama ada pencatatan hujan sejak 1866," ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal kepada wartawan, Jumat (3/1/2020).
Curah hujan ekstrem tertinggi juga terkonsentrasi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Pengukuran BMKG menunjukkan curah hujan tertinggi tercatat di Bandara Halim Perdana Kusuma: 377 mm/hari, di TMII: 335 mm/hari.
"Selain itu Kembangan: 265 mm/hari; Pulo Gadung: 260 mm/hari, Jatiasih: 260 mm/hari, Cikeas: 246 mm/hari, dan di Tomang: 226 mm/hari," ujar dia.
Sebaran curah hujan ekstrem tersebut lebih tinggi dan lebih luas daripada kejadian banjir–banjir sebelumnya, termasuk banjir Jakarta 2007 dan 2015. Curah hujan 377 mm/hari di Halim PK merupakan rekor baru curah hujan tertinggi sepanjang ada pencatatan hujan di Jakarta dan sekitarnya sejak pengukuran pertama kali dilakukan tahun 1866 pada zaman kolonial Belanda.
Kejadian banjir dan curah hujan ekstrem tidak hanya terjadi di DKI Jakarta. Beberapa wilayah di Bekasi, Kota/Kab. Bogor serta Kabupaten Lebak (Jawa Barat) juga terdampak banjir bandang.
"Pantauan radar cuaca menunjukkan awan potensi hujan cukup tebal terjadi di sebagian wilayah Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penyebab Cuaca Ekstrem
Dia menjelaskan, analisis meteorologis pada 1 Januari 2020 pagi hari menunjukkan curah hujan tinggi tidak biasanya tersebut dipengaruhi oleh penguatan aliran monsun Asia dan indikasi jalur daerah konvergensi massa udara/pertemuan angin monsun intertropis (ITCZ), tepat berada di atas wilayah Jawa bagian utara.
ITCZ memicu pertumbuhan awan yang sangat cepat, tebal, dan masif akibat penguapan dari lautan sekitar Pulau Jawa yang sudah menghangat dan menyuplai kelimpahan massa uap air bagi atmosfer di atasnya.
Advertisement