Banjir Surut, Jalan Tol Milik Jasa Marga Beroperasi Normal Kembali

Jasa Marga melakukan berbagai penanganan terkait banjir di jalan tol.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 03 Jan 2020, 10:00 WIB
Sejumlah kendaraan melintasi Gerbang Tol Karang Tengah Barat 2 yang masih terendam banjir, Tangerang, Banten, Kamis (2/1/2020). Banjir setinggi betis orang dewasa masih menggenangi Gerbang Tol Karang Tengah Barat 2. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Seluruh jalur maupun Gerbang Tol (GT) kelolaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk kini bisa kembali beroperasi normal. Ini setelah banjir di beberapa ruas tol surut.

Jasa Marga melakukan berbagai penanganan terkait banjir. Semisal pemasangan sand bag juga pengoperasian pompa untuk memompa genangan keluar dari badan jalan.

"Saat ini seluruh jalur maupun gerbang tol di Jalan Tol Jasa Marga seperti Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Jalan Tol Dalam Kota Jakarta, Jalan Tol Jagorawi, dan Jalan Tol JORR Non S, saat ini beroperasi normal dengan baik," tulis Corporate & Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru, Jumat (3/1/2020).

Heru kemudian mencontohkan mulai surutnya genangan air di Km 24+000 Jalan Tol Jakarta-Cikampek, yang perlahan mampu mengurai kepadatan yang terjadi.

"Oleh karena itu, Jasa Marga atas diskresi Kepolisian menghentikan contraflow di Jalan Tol Jakarta-Cikampek arah Jakarta pada (Kamis, 2 Januari) pukul 21.00 WIB," jelas dia.

Sebelumnya, Jasa Marga atas diskresi kepolisian, sejak pukul 08.15 WIB memberlakukan contraflow mulai dari Km 29+000 sampai dengan Km 23+600 Jalan Tol Jakarta-Cikampek arah Jakarta.

Hal itu dilakukan sebagai upaya mengurai kepadatan yang terjadi menyusul tertutupnya akses jalan tol akibat genangan air yang cukup tinggi di Km 24+000.

"Saat ini genangan air di Km 24+000 Jalan Tol Jakarta Cikampek arah Jakarta sudah dapat ditangani dan keseluruhan lajur 1 sampai dengan 4 sudah dapat dilalui oleh kendaraan seluruh golongan," tukas Heru.

Tonton Video Ini


Aktivitas Ekonomi Jakarta Terganggu Gara-gara Banjir

Warga melintasi sejumlah mobil yang terbalik akibat terjangan banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (2/1/2020). Derasnya terjangan banjir menyebabkan puluhan mobil terbalik dan belasan sepeda motor ringsek akibat terbawa arus. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, peristiwa banjir di Jakarta jelas merugikan setiap orang, baik aktivitas perusahaan, aktivitas pegawai, pedagang dan lainnya yang terkena langsung dengan banjir. 

"Kalau seperti perusahaan itu kemasukan banjir, kemudian barang-barangnya mengalami kerusakan, mungkin itu bisa ditangani oleh pihak asuransi. Tapi terlepas dari asuransi itu, kegiatan aktivitas ekonomi yang lebih berdampak negatif terhadap perusahaan, perusahaan jadi tidak bisa beraktivitas, tidak bisa berproduksi, tidak bisa melakukan penjualan," Kata Piter kepada liputan6.com, Kamis (2/1/2020).

Menurutnya, banjir menyebabkan perusahaan-perusahaan alami kerugian. Ia menyebut sebagai contoh yakni perusahaan ritel yang tidak bisa beroperasi, dan aktivitas jual belinya terganggu. 

"Jadi kalau sendainya perusahaan begitu dia tidak beroperasi itu rugi namanya idle capasity," jelasnya.

Idle capacity adalah suatu kapasitas produk yang tidak terpakai atau kapasitas produk yang menganggur.

Kendati begitu, ia mengatakan tidak ada antisipasi yang bisa dilakukan bagi perusahaan. Menurutnya bagi yang terkena banjir secara langsung atau tidak, juga terkena dampak yang sama.

Seperti banyaknya aktivitas masyarakat yang tidak bisa bepergian, atau akses lalu lintas menuju perusahaan tertutup. Hal itulah, yang menyebabkan pegawai-pegawai perusahaan tidak bisa masuk kerja dikarenakan terjebak banjir.

Ia pun mengatakan terkait perusahaan asuransi yang juga alami kerugian diakibatkan banyak kendaraan yang rusak. 

"Banjir ini berdampak negatif pada perusahaan, yang terkena banjir, dan juga untuk perusahaan-perusahaan asuransi akan meningkat, meningkatnya asuransi kan merupakan biaya asuransi," ujarnya.

Meskipun begitu, ia berpendapat bahwa dengan adanya asuransi dapat membantu masyarakat untuk mengatasi masalah kendaraan rusak akibat banjir, tapi perusahaan asuransi akan alami kerugian, karena dimungkinkan lonjakan masyarakat yang akan menggunakan jasa asuransi. 

Selain perusahaan asuransi, perusahaan pengelola jalan tol seperti Jasa Marga juga alami kerugian akibat banjir. Hal ini karena akses tol yang digratiskan. 

"Ya itu juga mengurangi pendapatan Jasa Marga, Jasa Marga mengalami kerugian, asuransi mengalami kerugian, pabrik-pabrik mengalami kerugian, masyarakat kecil alami kerugian, dan apabila dikumpulkan kerugian akibat banjir ini bisa besar, saya tidak bia menghitung, kalau kita hitung yah pedagang kecil pun warung-warung alami kerugian begitupun dengan perusahaan besar, tol, semuanya rugi," jelasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya