Tewasnya Jenderal Top Iran oleh AS Picu Kekhawatiran Global

Kedubes AS mengeluarkan imbauan agar warganya segera meninggalkan Irak. Pengumuman itu disebarluaskan tak lama setelah serangan di Irak menewaskan Jenderal top Iran.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jan 2020, 08:31 WIB
Komandan pasukan khusus Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani (AP)

Liputan6.com, Baghdad - Dunia telah menjadi tempat yang semakin berbahaya, setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan pembunuhan dengan target seorang jenderal senior Iran. Demikian peringatan negara-negara berpengaruh dunia seraya mendesak semua pihak agar menahan diri.

China, Rusia dan Prancis, semuanya anggota tetap Dewan Keamanan PBB, bersikap menentang serangan udara AS di dekat bandara Baghdad Jumat dini hari yang menewaskan Jenderal Qassem Soleimani.

"Kita terbangun di dunia yang semakin berbahaya. Eskalasi militer selalu berbahaya,” kata Deputi Menteri Luar Negeri Perancis, Amelie de Montchalin, kepada radio RTL seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (4/1/2020).

"Ketika aksi-aksi, operasi semacam itu terjadi, kita melihat eskalasi sedang terjadi," imbuh Deputi Menteri Luar Negeri Prancis, Amelie de Montchalin.

Kementerian Luar Negeri Rusia, melalui diplomat yang tidak disebut namanya dan dikutip kantor berita pemerintah TASS, mengecam pembunuhan jenderal top Iran itu sebagai suatu "langkah petualang yang akan menjurus pada berkembangnya ketegangan di seluruh kawasan."

Sementara itu China menyatakan "sangat prihatin."

"Perdamaian di Timur Tengah dan kawasan Teluk harus dipertahankan. Kami mendesak semua pihak terkait, khususnya AS, untuk tetap tenang dan menahan diri dan menghindari eskalasi ketegangan lebih jauh," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang.

Deputi Menteri Luar Negeri Prancis Montchalin mengindikasikan bahwa upaya-upaya rekonsiliasi yang mendesak sedang dilakukan di belakang layar. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan menteri luar negerinya meminta "dukungan dari semua pihak di kawasan," lanjutnya.


Iran Bersumpah Balas Dendam ke AS

Ilustrasi (iStock)

Sebelumnya, Pemerintah Iran menegaskan akan membalas dendam sebagai respons terhadap serangan drone Amerika Serikat (AS). Serangan itu menewaskan beberapa perwira Iran, termasuk Jenderal Qasem Soleimani yang memiliki pengaruh signifikan di Iran.

Dilaporkan CNBC, Jumat 3 Januari 2020, Presiden Iran Hassan Rouhani bersama menteri pertahanan dan menteri luar negeri kompak menyuarakan kecamannya pada AS. Ketiganya pun berjanji akan ada konsekuensi.

"Pengorbanan Soleimani akan membuat Iran lebih tegas untuk melawan ekspansionisme Amerika dan mempertahankan nilai-nilai Islami," ujar Rouhani.

Ia bahkan mengajak negara-negara lain untuk melakukan reaksi. "Tanpa ragu, Iran dan negara-negara lain yang mencari kemerdakaan di wilayah ini akan membalas dendam," lanjutnya.

Senada, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berkata akan ada retaliasi yang menanti. Ia pun berkata Iran akan melakukan hari berkabung selama tiga hari, demikian laporan AP News.

Qasem Soleimani bukanlah jenderal Iran biasa. Pengaruhnya sangat besar di Iran dan ia menguasai intel karena memimpin pasukan Quds. Soleimani dan pasukan Qud juga mengurus proxy Iran di Suriah, Yaman, dan Lebanon.

Pada Juli 2018, ia sempat menantang Presiden AS Donald Trump setelah Trump memperingatkan Iran agar tidak mengancam AS.

Menteri Pertahanan Iran Amir Hatama berkata via media pemerintah Iran bahwa balas dendam keras akan dijalankan. Sasarannya adalah semua yang bertanggung jawab pada pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani.

Menteri Luar Negeri Iran Mohamad Javad Zarif berkata pembunuhan Qasem adalah tindakan bodoh serta memancing eksalasi. "AS menanggung tanggung jawab atas tindakan semena-menanya," ujarnya.

Analis dari Eurasia Group memprediksi akan ada pembalasan dalam sebulan, namun efeknya hanya terjadi di Irak. 

"Para pasukan militer yang didukung Iran akan menyerang basis-basis AS dan beberapa tentara AS akan dibunuh; AS akan meretaliasi dengan serangan-serangan di dalam Irak," ujar anais Henry Rome dan Cliff Kupchan.  


Serangan Atas Perintah Donald Trump

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunjuk sambil makan bersama para tentara di Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan, Kamis (28/11/2019). Kunjungan dadakan Trump pada hari Thanksgiving tersebut mengejutkan pasukan AS yang bertugas di Afghanistan. (AP Photo/Alex Brandon)

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kamis malam oleh Pentagon menyebut serangan terhadap Soleimani "ditujukan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan."

Dilaporkan AP News, jenderal yang terbunuh adalah Qasem Soleimani (atau Suleimani) yang memimpin Pasukan Elit Quds Iran yang bertugas di bidang intel dan masuk ke dalam daftar teroris AS.

Soleimani adalah sosok jenderal berpengaruh di Iran. Kementerian Pertahanan AS mengatakan Soleimani berencana menyerang diplomat dan prajurit AS di Irak.

Soleimani tewas di mobilnya akibat serangan drone AS pada jalanan dekat bandara Baghdad. Pihak keamanan Irak berkata Soleimani baru tiba dari luar negeri, namun belum dipastikan apakah dari Lebanon atau Suriah.

Korban tewas lain adalah pejabat dari Pasukan Mobilisasi Populer (Popular Mobilization Forces/PMF) di Irak yang mendapat dukungan Iran. Salah satunya adalah Abu Mahdi al-Muhandis.

Pihak PMF berkata tubuh Jenderal Soleimani tercabik-cabik akibat serangan. Jasadnya teridentifikasi berkat cincin yang ia pakai.

Penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani yakni Hessameddin Ashena mengancam Iran siap melakukan pembalasan. "Siapapun yang melangkahi garis merah harus siap melawan konsekuensi," tulisnya via Telegram.

Presiden Donald Trump sedang berlibur di rumahnya di Mar-a-Lago, Florida. Namun, ia memposting foto bendera AS di Twitter.

Politikus oposisi Senator Richard Blumentshal menyebut tindakan Trump bisa mengancam perang baru. Namun, senator pro-Donald Trump Lindsey Graham justru memberikan pujian.

"Kepada pemerintah Iran: jika kamu ingin tambah, kamu akan diberikan lagi," tulis Graham di Twitter. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya