Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menguat pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) setelah pembunuhan seorang jenderal penting Iran oleh Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran konflik yang lebih luas yang dapat mengganggu produksi energi dan menurunkan ekonomi global.
Dikutip dari CNBC, harga emas naik 1,5 persen menjadi USD 1.551,8 per ounce, mendekati capaian tertinggi dalam 6 tahun terakhir yang dicapai pada September.
Benchmark imbal hasil Treasury 10 tahun, yang bergerak terbalik dengan harga obligasi, jatuh lebih dari 8 basis poin menjadi sekitar 1,79 persen, penurunan terbesar dalam satu bulan. Indeks dolar AS muncul 0,2 persen, sementara yen Jepang mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhit di 107,92 melawan greenback.
Baca Juga
Advertisement
Investor berbondong-bondong berinvestasi ke aset yang aman setelah serangan udara AS yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump membunuh jenderal top Iran, Qasem Soleimani, di Baghdad.
Soleimani telah menjadi tokoh kunci dalam politik Iran, dan kematiannya telah menimbulkan kekhawatiran atas kemungkinan pembalasan dari pasukan Iran.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
AS Harus Bertanggung Jawab
Menteri luar negeri Iran menyatakan bahwa AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari serangan ini. Sementara Kantor Berita Fars melaporkan bahwa badan keamanan Iran akan bertemu untuk membahas tanggapan Teheran.
"Tidak mungkin untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom Keuangan di MUFG, dalam sebuah catatannya.
"Pasar bahkan tidak tahu apa yang mereka tunggu untuk memberi tanda pada sirine yang aman," lanjut dia.
Di sisi lain, ekuitas berisiko dijual pada hari Jumat dengan Dow Jones Industrial Average turun sebanyak 300 poin.
Advertisement