Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan, Jawa Timur menyiapkan satuan tugas untuk mengantisipasi bencana khususnya banjir di wilayah setempat. Hal itu karena daerah tersebut berpotensi risiko bencana yang beragam.
Bupati Lamongan, Fadeli menuturkan, penyiapan Satgas ini penting, karena Lamongan memiliki topografi yang beragam. "Seperti di utara yang merupakan wilayah dengan garis pantai yang mencapai 47 kilometer. Wilayah tengah yang dilalui Sungai Bengawan Solo sepanjang 68 kilometer dan wilayah selatan yang merupakan dataran tinggi juga memiliki risiko tersendiri," ujar dia.
Ia mengatakan, saat ini sudah memasuki musim penghujan dengan intensitas tinggi, sehingga perlu diantisipasi. "Oleh karena itu, semua harus meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana. Kesiapsiagaan ini dilakukan dengan integrasi penanggulangan bencana antar instansi dalam satu komando, di posko satgas ini," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Sekretaris Daerah Lamongan Yuhronur Efendi mengatakan, kesiapan satgas sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama sehingga bencana dapat ditanggulangi sedini mungkin, meminimalisir korban jiwa, kerugian ekonomi, dan infrastruktur.
Ia mengatakan, Satgas bencana terdiri dari unsur TNI, Kepolisian, Satpol PP, Dinas Perhubungan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Kesehatan, PMI, TAGANA, serta Relawan Penanggulangan Bencana, Panter PSHT.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Wagub Jatim Minta Masyarakat Waspada Hadapi Bencana Akibat Cuaca Ekstrem
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak meminta masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada dalam menghadapi adanya ancaman bencana hydrometeorologi yang telah melanda sebagian wilayah di Indonesia.
"Beda waspada dan panik. Kami ingin warga waspada, bukan panik. Apabila warga waspada maka jika kondisinya ada bencana maka bisa lebih tertata," ujarnya di sela meninjau kesiapan posko siaga darurat penanggulangan bencana hydrometeorologi di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur di Sidoarjo, Kamis, 2 Januari 2020.
Bencana hydrometeorologi merupakan bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, seperti banjir, longsor hingga puting beliung, dilansir dari Antara.
Di Jatim, sebelumnya Gubernur Khofifah Indar Parawansa telah menetapkan status siaga darurat bencana hydrometeorologi melalui surat keputusan (SK) Nomor 188/650/KPTS/013/2019 tertanggal 16 Desember 2019.
Dalam kesempatan tersebut, orang nomor dua di Pemprov Jatim itu membahas terkait pembuatan rencana operasi (renops) dalam rangka penanganan bencana hydrometeorologi.
Advertisement
Langkah Antisipatif
Untuk itulah Emil bersama BPBD Jatim akan segera menginventarisasi langkah-langkah yang dimungkinkan untuk mengantisipasi kesiapsiagaan atau kecepatan merespons saat terjadi bencana.
"Semua sudah sepakat bahwa akan dibedah satu per satu dengan instansi terkait, mengenai draft renops yang sudah disusun. Mulai dari bagian mana yang mengurusi logistik, komunikasi, hingga langkah preventif seperti susur sungai dan susur bukit," ucapnya.
Mantan Bupati Trenggalek itu menambahkan, dalam kesiapan penanganan penanggulangan bencana ini kunci utamanya adalah bagaimana kecepatan dan respons yang diberikan.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Jatim Subhan Wahyudiono juga menyampaikan, masyarakat harus waspada dan mengamati beberapa daerah, seperti aliran Kali Lamong, mulai Mojokerto dan Gresik, lalu Kali Malang yang ada di Pasuruan serta kali lainnya.
"Daerah-daerah yang mendekati seperti itu harus dipantau untuk kewaspadaannya," kata dia.