Pagi Nan Menawan Saksikan Mekarnya Bunga Rafflesia Terbesar di Dunia

Di tengah rimbunnya cagar alam di Agam, bunga Rafflesia ini mekar sempurna dengan diameter 111 sentimeter pada 3 Januari 2020

oleh Novia Harlina diperbarui 05 Jan 2020, 06:00 WIB
Bunga Raflesia jenis Tuan Mudae terbesar di dunia mekar di Agam. (Foto: Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Agam - Cuaca di Sumatera Barat masih belum bersahabat. Hujan masih mendominasi dua bulan terakhir. Namun ada yang menarik di awal 2020 ini di Ranah Minang, satu bunga Rafflesia jenis Tuan Mudae mekar di Kabupaten Agam dan mencatatkan sejarah sebagai bunga langka terbesar di dunia.

Berangkat dari Kota Padang pagi hari, Liputan6.com menyusuri jalan setapak menuju lokasi bunga Rafflesia itu. Beruntung, cuaca cukup bersahabat. Tidak hujan meskijuga tak cerah.

Mendung menggelayut di langit Kota Bengkuang hingga sampai di Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan, Agam, tempat tumbuhnya bunga bangkai tersebut.

Untuk sampai di tempat mekarnya bunga itu, kamis harus masuk ke kawasan hutan cagar alam sekitar satu kilometer. Jalannya cukup terjal, dipenuhi pepohonan dan semak belukar.

Jalur ini juga melewati beberapa anak sungai. Hujan yang terus mengguyur beberapa bulan terakhir menyebabkan jalur cukup licin. Jika tidak hati-hati bisa terpeleset.

Lelahnya perjalanan terbayar lunas. Di sana bunga Rafflesia itu sungguh mempesona. Di tengah rimbunnya cagar alam di Agam, bunga Rafflesia ini mekar sempurna dengan diameter 111 sentimeter pada 3 Januari 2020. Bunga ini juga menjadi tontonan masyarakat yang sengaja datang ke tempat itu.

Data dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Bunga Raflesia Tuan Mudae di Kecamatan Palembayan, Agam ini mengalahkan rekor sebelumnya dengan ukuran 107 sentimeter pada 2017 lalu. Tak heran, banyak warga yang datang menyaksikan langsung ke lokasi.

"Sampai saat ini, sudah sekitar 400 orang yang datang ke lokasi Rafflesia Tuan Mudae ini dan semuanya didampingi petugas," kata Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Ade Putra.

Simak video pilihan berikut ini:


Sebaran Bunga Rafflesia di 14 Wilayah Sumbar

Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit ketika melihat bunga Raflesia di Agam. (Foto: Liputan6.com/ Novia Harlina)

Dia mengaku telah berkomunikasi dengan ahli bunga Rafflesia dari Universitas Bengkulu (Unib) untuk memastikan jenis bunga bangkai tersebut. Dari komunikasi itu, bunga dengan nama serupa sebelumnya juga pernah tumbuh di Negeri Jiran, Malaysia.

"Namun yang tumbuh di Malaysia itu ukurannya lebih kecil dari yang mekar di Agam," sebutnya.

Ade menyebut setidaknya ada 14 daerah di Ranah Minang yang menjadi lokasi tumbuhnya bunga Rafflesia dengan jenis berbeda. Namun lokasi yang paling banyak tersebar di daerah Agam, yakni 13 titik yang sebagian besar di sekeliling Danau Maninjau.

"Hal ini dikarenakan Hutan Cagar Alam Maninjau kaya dengan satwa, serta jenis flora dan fauna," kata dia.

Dari 19 kabupaten dan kota di Sumatera Barat, hanya lima daerah yang belum pernah ditemukan tumbuhnya bunga Rafflesia, yakni Sawahlunto, Solok, Pariaman, Payakumbuh, dan Kepulauan Mentawai.

Pihaknya memperkirakan, hingga sebulan ke depan ada lima bongkol yang akan mekar. Namun untuk menuju lokasi bunga Rafflesia yang pertama kali ditemukan di Provinsi Bengkulu itu tidak lah mudah.

BKSDA juga tidak sembarangan mengizinkan orang masuk ke lokasi hutan konservasi tersebut. Dikhawatirkan bunga tersebut rusak.

Selain lokasinya jauh, licin, dan curam, hutan cagar alam Maninjau itu juga masih banyak terdapat binatang buas. Dalam artian, harus mendapat persetujuan dan pendampingan dari petugas BKSDA setempat.

Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit yang sudah melihat langsung bunga Rafflesia terbesar di dunia itu mengaku kagum dengan bunga tersebut.

Menurut mantan Bupati Pesisir Selatan itu, Agam merupakan daerah habitat tumbuhnya bunga Bangkai. Ia juga mengimbau, agar warga setempat menjaga Bunga Rafflesia Tuan Mudae itu bersama-sama.

"Bunga ini termasuk tanaman yang dilindungi sesuai Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya," kata Nasrul.

Dia juga berharap bunnga Rafflesia ini bisa menjadi daya tarik dan menggerakkan ekowisata. Tentu saja, yang ingin berkunjung harus didampingi pihak BKSDA.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya