Wahana Penjelajah Yutu 2 Tempuh 357 Meter Lebih Sisi Bulan yang Belum Terjamah

Wahana penjelajah Bulan milik China, Yutu 2, melakukan eksplorasi ilmiah di wilayah Bulan yang belum pernah terjamah.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jan 2020, 19:10 WIB
Foto dari Administrasi Luar Angkasa Nasional China pada 4 Januari 2019 ini menunjukkan gambar Yutu-2, wahana penjelajah Bulan milik China, di lokasi A yang telah ditentukan di permukaan sisi jauh Bulan. (Xinhua/CNSA)

Liputan6.com, Jakarta - Wahana penjelajah Bulan milik China, Yutu 2, melakukan eksplorasi ilmiah di wilayah Bulan yang belum pernah terjamah. Hingga kini, Yutu 2 telah melakukan perjalanan sejauh 357,695 meter di sisi jauh Bulan.

"Baik wahana pendarat maupun penjelajah dari misi Chang'e-4 mengakhiri pekerjaannya untuk siang yang ke-13 di Bulan pada Kamis 2 Januari waktu Beijing, dan beralih ke mode nonaktif (dormant) selama malam hari di Bulan," kata Pusat Program Eksplorasi Bulan dan Antariksa di bawah naungan Administrasi Luar Angkasa Nasional China, seperti dikutip dari Xinhua, Minggu (5/1/2020).

Sejumlah instrumen ilmiah pada wahana pendarat dan penjelajah itu bekerja sesuai rencana.

Wahana penjelajah melakukan penjelajahan ke beberapa situs, memotret, serta melakukan deteksi inframerah terhadap sebuah batu yang berada di permukaan Bulan, seperti diungkapkan pusat program tersebut.

Diluncurkan pada 8 Desember 2018, misi penjelajah Chang'e-4 melakukan pendaratan lunak (soft landing) perdana di Kawah Von Karman yang berada di Cekungan Kutub Selatan Aitken di sisi jauh Bulan pada 3 Januari 2019.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Temuan Batu yang Mirip dengan di Bumi

Rover penjelajah Bulan milik China, Yutu 2, dipotret menggunakan kamera dari pesawat pendarat Bulan milik China Chang'e 4 (kredit Badan Antariksa China)

Chang'e-4 mendarat di Bulan pada 3 Januari 2019 dan melepaskan robot Yutu 2 untuk mengeksplor wilayah di sekitar sisi terjauh Bulan.

Rover itu menginjakkan kakinya di dalam cekungan kawah selebar 180 km yang disebut Von Karman. Kawah ini berada di dalam South Pole Aitken (SPA) Basin atau Kutub Selatan Aitken Basin selebar 2.300 km, yang mencakup hampir seperempat keliling Bulan.

Tidak diketahui persis berapa usia SPA Basin, tetapi ilmuwan memperkirakan umurnya sekitar 3,9 miliar tahun. Sedangkan asteroid yang menciptakannya diperkirakan memiliki lebar sekitar 170 km.

Yutu 2 kini telah mengidentifikasi bebatuan dengan susunan kimia yang sangat berbeda dengan yang pernah ditemukan di tempat lain di Bulan.

Hasil awal dari temuan tersebut, yang menggunakan sistem Visible and Near Infrared Spectrometer (VNIS) dari Yutu 2, menunjukkan bahwa bebatuan di sana mengandung mineral yang dikenal sebagai piroksen rendah kalsium (orto) dan olivin (mineral magnesium besi silikat yang banyak ditemukan di bawah permukaan Bumi).

Para penulis makalah ini ingin melanjutkan pemeriksaan batu-batu tersebut dan mencari yang lain. Mereka juga menegaskan kemungkinan untuk mengirim misi lain agar bisa mengantarkan beberapa dari bebatuan itu ke Bumi untuk dipelajari lebih lanjut di laboratorium.

Sementara itu, kini temuan tersebut telah direpresentasikan di jurnal Nature.


Temuan Menakjubkan

Pesawat pendarat Bulan milik China, Chang'e 4, dipotret menggunakan kamera wahana penjelajah Bulan milik China, Yutu 2 (kredit Badan Antariksa China)

Dari hasil pengamatan di atas, para ilmuwan diharapkan bisa terbantu dalam memahami komposisi kimia dan mineralogi mantel Bulan, yang dapat menjelaskan asal-usul dan evolusi Bulan itu sendiri.

Anggota tim peneliti juga ingin mencari tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di Bulan setelah ditabrak asteroid dan membentuk SPA Basin. Mereka memperkirakan bahwa lubang di permukaan cekungan ini mungkin telah diisi oleh batuan cair.

Patrick Pinet, dari Research Institute in Astrophysics and Planetology (IRAP) di Toulouse, Prancis, menyebut hasil temuan itu menakjubkan dan mengatakan batuan serta kawah-kawah itu bisa punya implikasi yang cukup besar untuk mengkarakterisasi komposisi mantel Bulan.

"Sangat penting untuk membuat kemajuan dalam bidang geologi, membongkar sisi jauh Bulan, memperluas pengetahuan dasar kita tentang pembentukan Bulan dan asal-usul asimetri kerak yang ada antara sisi dekat dan jauh Bulan, juga untuk mempersiapkan masa depan manusia," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya