Tak Kenal Lelah, Perjalanan Seorang Ayah dari Penyandang Sturge Weber Syndrome Angioma

Bejalan berkeliling bersama ayah adalah kesenangan Jao-O,seorang penyandang disabilitas mental berusia 35 tahun.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 06 Jan 2020, 15:42 WIB
Ilustrasi/copyright pexels.com/Hannah Nelson

Liputan6.com, Jakarta Bejalan berkeliling bersama ayah adalah kesenangan Jao-O, seorang penyandang disabilitas mental berusia 35 tahun. Sekalipun sudah terlihat dewasa, Jao-O masih seperti anak berumur 1 tahun. Ia juga mengidap kelainan pembuluh darah yang menyebabkan bibir bawahnya membengkak.

Dilansir dari SBS ‘What on Earth’, dokter mendiagnosis Jao-O mengalami sturge weber syndrome angioma. Kondisi ini yang mempengaruhi perkembangan pembuluh darah tertentu. Efeknya menyebabkan kelainan pada otak, kulit, dan mata sejak lahir.

Hingga kini, Jao-O tidak dapat berkomunikasi dan menjalani rutinitas sehari-hari dengan normal. Ia selalu membutuhkan bantuan ayah dan ibunya. Setelah lahir, ia harus tinggal di rumah sakit selama 10 tahun. Kala itu, ia mengalami hidrosefalus dan sempat dioperasi.

Ayah Jao-O yang setia menemani selalu mengajak Jao-O berjalan-jalan dengan jarak 10 km setiap dua hari sekali di sekitaran Incheon, Korea Selatan. Kegiatan yang disukai Jao-O dan sudah dilakukan dalam 20 tahun terakhir. Jika ditotal, mereka seakan sudah 4 kali mengitari bumi.

“Ya, kami tidak melewatkan satu hari pun, dia belajar berjalan, kami berolahraga bersama,” kata ayah Jao-O kepada SBS ‘What On Earth’.

Ketika merasa gembira, Jao-O mengekspresikannya dengan menepuk dada. Sedang, ketika ia ingin buang air, ia mengeluarkan suara “umm umm”. Ayah Jao-O sudah sangat mengerti akan kebutuhan anaknya.

Saksikan juga video berikut ini:


Alasan Berjalan-Jalan Bersama

Satu-satunya alasan sang ayah mengajak Jao-O jalan-jalan adalah untuk membuat Jao-O bahagia. Dengan melihat anaknya bahagia, sang ayah lupa akan segala lelah dan kerja keras yang sempat dilalui.

Di rumah, Jao-O juga membutuhkan perawatan dan perhatian intensif dari kedua orangtuanya. Ibu memasak dan Ayah selalu menyuapi Jao-O, sebelumnya sang ayah memotong-motong makanannya hingga ukuran terkecil agar memudahkan Jao-O dalam menelan makanan karena tak dapat mengunyah.

Kegiatan mandi pun tidak dapat dilakukan secara mandiri oleh Jao-O. Lagi-lagi ayah bertugas untuk memandikannya. Ibu Jao-O berkisah, ketika ia menyusui Jao-O, Ia merasakan sesuatu yang aneh dan tiba-tiba Jao-O kejang-kejang. Mereka membawanya ke rumah sakit dan di usia Jao-O yang kurang dari 100 hari, ia harus dioperasi karena hidrosefalus.

Keadaan Jao-O yang seperti ini tidak sedikit pun membuat ibu dan ayahnya menyerah. Mereka terus berupaya memberikan yang terbaik untuk Jao-O, terus berjalan bersama dan memenuhi semua kebutuhannya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya